Pemerintah Kabupaten Kutai Timur telah berkomunikasi dengan pihak PLN Area Bontang untuk menjajaki kemungkinan pemindahan perangkat pembangkit listrik ke kawasan Kabo, Kecamatan Sangatta Utara.
Pemkab Kutim sudah menyediakan lahan sekitar 3,5 hektar untuk kepentingan tersebut. Namun menurut pihak Pemkab Kutim, hingga saat ini belum ada tindaklanjut dan kejelasan dari pihak PLN.
Manager PLN Area Bontang, yang membawahi Rayon Bontang dan Sangatta, Mujiono, mengatakan pihaknya menyambut baik langkah Pemkab Kutim, dan hingga saat ini terus mempersiapkan penempatan perangkat di kawasan Kabo.
“Sampai saat ini kami masih menunggu kelengkapan dokumen Hak Guna Bangunan (HGB) lahan tersebut dari Pemkab Kutim. Nantinya akan dijadikan acuan dan dasar penyusunan UKL dan UPL,” kata Mujiono.
Pihak PLN akan berkonsentrasi dalam pemanfaatan lahan tersebut. “Kami akan berkonsentrasi di Kabo, khususnya pada piranti pembangkitnya. Hal ini sudah kami komunikasikan dengan pusat dan wilayah. Sudah ada beberapa skenario,” katanya.
Diantaranya, penggunaan gas engine hingga pemindahan mesin PLTD Batakan ke Kutai Timur. Opsi kedua mengemuka dalam konteks setelah masuknya pembangkit yang dibangun di sistem Mahakam. Termasuk di Senipah yang sedang diselesaikan.
Mujiono mengatakan, pemindahan piranti ke Kawasan Kabo hanya akan dimanfaatkan sementara. “Hal ini karena tahun 2016 ditargetkan dimulai pembangunan gardu induk, yang merupakan sistem transmisi nasional, melalui interkoneksi Kalimantan.
Pihak PLN juga sedang mematangkan desain pemanfaatan kawasan secara maksimal. “Adapun wacana pindah ke Kenyamukan, kami belum melaksanakannya. Karena kami fokus pada pemanfaatan kawasan Kabo. Pemanfaatan lahan 3,5 hektar itu akan kami optimalkan,” katanya.
Pihaknya pun menyampaikan apresiasi atas upaya Pemkab Kutim mengatasi problematika kelistrikan. “Kami telah bertemu langsung dengan Wakil Bupati Kutim untuk membicarakan berbagai hal terkait aktivitas kami di Sangatta. Kondisi saat ini adalah keterbatasan pembangkit listrik. Kami juga akan menjadwalkan pertemuan lanjutan,” katanya.
Adapun pembangkit yang berada di tengah kota Sangatta, yaitu Jalan APT Pranoto, sudah sulit di up-grade, karena kebisingannya akan mengganggu masyarakat. “Baku mutunya sudah di ambang batas. Bila beban naik, kebisingan semakin tinggi, masyarakat bisa protes. Belum lagi kalau banjir, kota belum tergenang, mesin kami sudah terendam,” katanya.
Karena itu, muncullah alternatif pengalokasian lahan dari Pemkab Kutim untuk pengembangan pelayanan kelistrikan. “Berbagai upaya telah dilakukan. Alternatif yang muncul, perlu lahan yang bagus untuk pengembangan sehingga tidak mengganggu masyarakat,” katanya.
Pemkab Kutim pun bersedia mengalokasikan lahan sekitar 3,5 hektar. “Hibah ke BUMN itu tidak bisa dilakukan. Yang bisa adalah hak guna bangunan atau semacam hak pakai. Dalam waktu dekat kami bakal mengurus izin UKL dan UPL-nya. Setelah itu build up bisa berjalan,” kata Mujiono.
Untuk proyeksi di lokasi baru, Mujiono menyebutkan beberapa alternatif teknis. “Yang pertama adalah pembangunan pembangkit listrik baru. Kedua, pemindahan pembangkit lama yang akan diikuti peningkatan-peningkatan teknis,” katanya.
“Dengan lahan 3,5 hektar, kami proyeksikan bisa dilakukan ekspansi-ekspansi. Tentunya sepanjang tidak berbatasan langsung dengan permukiman masyarakat,” katanya.
Mujiono mengatakan relokasi perangkat secara bertahap akan dilakukan. Namun tetap diperlukan pengelolaan sistem yang baik dan handal. Sehingga pemindahan mesin tidak mengganggu pelayanan. Misalnya dengan back up mesin yang handal.
“Gardu induk di Bontang akan kami optimalkan dalam waktu dekat. Gardu itu bisa terhubung dengan Sangatta melalui Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) dengan kapasitas 20 Kilo Volt untuk penguatan pembangkit,” katanya. SUTM ini sudah dibangun melintasi kawasan TNK.
Gardu Induk yang berada di Bontang untuk sementara bisa memberikan dukungan daya, memanfaatkan surplus daya di sistem Mahakam sekitar 2 Mega Watt (MW). Secara kontraktual, saat ini daya mampu di Rayon Sangatta sekitar 15 Mega Watt ditambah back up untuk kehandalan sistem.
Untuk rencana jangka pendek, pihaknya akan melakukan penyesuaian RAB, pemanfaatan gardu induk di Bontang, juga penggunaan jalur SUTM Bontang-Sangatta.
“Walaupun di Bontang dayanya juga mepet, namun masih ada cadangan daya sistem Mahakam,” katanya. Pihaknya berharap rencana pemanfaatan lahan di Kabo bisa maksimal. [] RedFj/TK