Setengah Jam Lagi Dijemput Travel, Terkubur setelah Berpamitan

Setengah Jam Lagi Dijemput Travel, Terkubur setelah Berpamitan

JONO hampir melompat kegirangan tatkala menggenggam tiket pesawat yang akan menerbangkannya ke Bandara Juanda di Sidoarjo, Jawa Timur. Pekan lalu, sang mandor bernama Toni menyerahkan “karcis terbang” di dalam sebuah amplop putih kepada pria 50 tahun asal Ponorogo itu. Di dalam tiket tertera penerbangan dari Bandara Internasional Sepinggan, Balikpapan, pada Selasa (3/6) pukul 14.00 Wita.

Kepada teman-teman sepekerjaan, Jono yang diliputi kebahagiaan terus bercerita tentang kampung halaman. Hampir setiap hari selama seminggu, dia tak bosan-bosan menguraikan apa saja yang akan dia perbuat di Ponorogo nanti.
“Saya mau kumpul dengan keluarga. Sudah kangen, apalagi dekat Ramadan,” ucap Jono seperti ditirukan adik iparnya, Alamsyah (37). Saudara ipar Jono itu ikut bekerja bersama Jono membangun rumah kantor (rukan) di Jalan Ahmad Yani, Kompleks Cenderawasih Permai, Samarinda.
Senin (2/6) malam, Jono sudah terlihat tidak sabar. Ketika pekerja yang lain sedang menyelesaikan gawai pengecoran lantai tiga rukan, Jono memilih mengemasi barang. Tabungan selama bekerja pun sudah disimpan baik-baik di dalam tas pinggang.
Seperti pekerja yang lain, Jono jarang mengambil upah dua mingguan. Dia hanya mengambil gaji secukupnya. Dua minggu lalu, Jono baru mengambil semua upah selama enam bulan.
Selama setengah tahun bekerja di Samarinda, dia berhasil mengumpulkan Rp 8 juta. Namun, di tas pinggangnya ada Rp 23 juta karena gabungan upah si adik ipar, Alamsyah.
Malam itu, Jono tidur lelap. Esok pagi, Selasa (3/6), pukul 07.00 Wita, jasa angkutan perjalanan darat atau sering disebut travel menjemput pria yang sehari-hari berkumis ini. Saking semangatnya, tutur beberapa rekan, Jono menyempatkan mencukur kumis, sehari sebelum pulang.
***
Pagi semakin dekat ketika Jono bersalaman dengan pekerja yang lain. Jemingan (33), kawan yang satu kampung dengan Jono mengatakan, orang terakhir yang disalami pria itu adalah Toni (35). Adapun Toni adalah mandor yang membawa Jono dari kampung sekaligus membelikan tiket pulang.
“Kita ketemuan di kampung, ya,” janji Jono kepada sang mandor, seperti diucapkan Jemingan. Baru selesai bersalaman, rukan tiba-tiba bergemuruh. Dia baru saja melangkah untuk keluar gedung karena setengah jam lagi travel menjemputnya.
Garis nasib berkata lain. Menurut Jemingan, Jono hanya perlu lari selama dua detik untuk selamat. Sayang, tidak sempat, karena tubuhnya terbenam runtuhan beton hanya beberapa meter dari gedung timur yang masih berdiri. Sang mandor, Toni, pun ikut menjadi korban dalam peristiwa ini.
Di mata para rekan, Jono adalah orang yang sayang kepada keluarga. Jasadnya ditemukan tim penyelamat pukul 11.30 Wita, kemarin (6/6). Dia adalah korban kesepuluh dari total 12 jiwa yang tewas dalam tragedi di rukan Jalan Ahmad Yani.
“Kalau saja travel datang setengah jam lebih cepat. Kalau saja dia keluar dari gedung sepuluh detik lebih cepat,” ucap Jemingan menangisi nasib kawannya. [] RedFj/KP
Hotnews