Jajaran Polsekta Samarinda Ulu menggiatkan razia bertajuk Cipta Kondisi (Cipkon), jelang Pemilihan Presiden (Pilpres) dan menyambut datangnya Ramadan. Cipkon bertujuan menekan kejahatan dan pelanggaran sosial yang bisa memicu gangguan keamanan. Rabu (11/6) malam, dipimpin Kapolsekta AKP Yogie Hardiman, belasan polisi melakukan razia.
Sasaran pertama ialah menuju rumah kos di bilangan Jalan Kadrie Oening. Polisi melakukan penggeledahan satu persatu di kamar kos.
“Kami melakukan pengecekan karena ada keluhan warga sekitar, dengan aktivitas di kos-kosan,” ujar Yogie mewakili Kapolresta Samarinda Kombes Pol Antonius Wisnu Sutirta kepada Sapos.
Namun setelah satu persatu kamar diperiksa, tak ditemukan tanda mencurigakan atau hal yang mengarah pada pelanggaran tindak kriminal.
Sebelum pulang, polisi lalu singgah ke salah satu hotel di bilangan Jalan Juanda. Polisi kembali melakukan penggeledahan dengan mengetuk satu persatu kamar hotel. Saat itu kebetulan kebanyakan kamar lagi kosong. Kalaupun ada penghuninya, mereka bisa menunjukkan KTP atau kartu pengenal lainnya. Penghuni kamar yang didapati berpasangan juga dicek keabsahan status mereka. Akhirnya di salah satu kamar, polisi mendapati sepasang remaja. Saat pintu diketuk, penghuninya lama baru membuka pintu. Hal ini membuat polisi menjadi curiga. Tak lama setelahnya, akhirnya muncul seorang remaja pria dari balik pintu dengan wajah pucat.
“Maaf kami dari kepolisian melakukan pemeriksaan rutin. Dengan siapa dan bisa tolong tunjukkan tanda pengenal,” kata salah seorang polisi.
Mendengar hal itu, remaja berinsial Mi (17), warga Kampung Jawa tersebut makin gelisah.
Setelah pintu kamar yang mulanya hanya dibuka separo terbuka keseluruhan, terlihat seorang remaja putri berperawakan kecil bersamanya. Mi yang ternyata putus sekolah dan kini bekerja di salah satu distributor HP di Bontang, mengakui kalau Yp (17) adalah tunangannya.
“Saya bersama tunangan saya. Kami tidak macam-macam kok,” ujar Yp buka suara.
Karena tak bisa menunjukkan kartu identitas, polisi mengamankan Yp dan Mi. Di kantor polisi, Yp akhirnya buka suara kalau selama dua tahun memadu kasih dengan Mi dan sudah beberapa kali berhubungan badan.
“Sudah berulang kali. Susah cari anak SMA yang tak kenal “begituan”. Anak SMP saja banyak yang sudah tahu,” ungkap Yp.
Yp mengaku bisa bebas menemui Mi yang kebetulan datang dari Bontang, karena orangtuanya sedang tak ada. Polisi terpaksa mendata dan memberikan pembinaan kepada Mi serta Yp.
Polisi juga memanggil orangtua dan pihak keluarga Yp maupun Mi. Sebelum dipulangkan, Mi dan Yp diminta membuat pernyataan untuk tak mengulangi perbuatannya lagi. [] RedFj/SP