JAKARTA – Ketua DPP Partai Gerindra Desmon J. Mahesa menyangsikan kemenangan Joko Widodo-Jusuf Kalla di Pemilu Presiden 2014. Dia menduga klaim kemenangan itu sudah direncanakan.
Sebab pengumuman kemenangan dilakukan kubu Joko-Kalla sebelum pukul 16.00 WIB, ketika penghitungan cepat masih berlangsung.
Klaim itu, kata Desmon, adalah bentuk ketakutan kubu Joko-Kalla paska kalah dalam keputusan Undang-Undang MD3 yang memutuskan pimpinan DPR dipilih langsung oleh anggota dewan.
“Lihat muka Jokowi-JK pada saat mendeklarasikan itu. Terlihat bukan seorang pemenang. Terlihat masih pucat dan lain-lain. Ini ada perencanaan agar KPU dan masyarakat digiring membenarkan kemauan mereka,” kata Desmon di Gedung DPR, Jakarta, Kamis 10 Juli 2014.
Menurut Desmon, penggiringan opini yang dilakukan kubu Joko-Kalla sangat tidak sehat. Hal ini bisa memancing terjadinya konflik horizontal.
“Ditambah lagi Jokowi kan langsung ke Tugu Proklamasi dan ke Bunderan Hotel Indonesia bikin pesta di tengah masyarakat luas. Ini kan sengaja memancing emosional dan mengajak konflik horizontal. Kalau koalisi pendukung Prabowo tidak sabar maka terjadi konflik horizontal itu,” tuturnya.
Ke depan, anggota Komisi III DPR itu menyarankan agar semua pihak lebih dewasa dalam berpolitik. Selain itu, perlu ada hukuman yang harus diterapkan untuk lembaga survei. Terutama lembaga survei ‘orderan’.
“Harusnya bagi yang mengklaim menang diberi sanksi, ini kan sama saja memancing kenapa nggak sabar menunggu KPU,” kata dia.
Calon Presiden Joko Widodo mendeklarasikan kemenangan hasil hitungan sementara di Tugu Proklamasi, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu, 9 Juli 2014. Kemenangan mengacu kepada beberapa lembaga survei di antaranya adalah, CSAS, SMNC, RRI, Indikator dan LSI.
Bahkan pada kesempatan tersebut, Joko Widodo menyampaikan terima kasih kepada pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, karena telah memberikan kontribusi lebih baik dalam berdemokrasi di Indonesia. []RedNS29/VN