Malaysia Airlines di Ambang Kebangkrutan

Malaysia Airlines di Ambang Kebangkrutan

Kehilangan dua armada pencari uang bernilai mencapai lebih setengah triliun dolar, Malaysia Airlines bisa masuk di ambang kebangkrutan. Hal tersebut ditandai dengan turunnya saham Malaysia Airlines hingga 11% di Malaysia pada Jumat lalu (18/07). Saham tersebut anjlok setelah terjadi kecelakaan kedua pada armada Boeing 777 milik Malaysia Airlines, yakni jatuhnya MH17 di Ukraina.
Ini adalah bencana kedua yang memukul maskapai Malaysia tahun ini setelah penerbangan MH370 yang lenyap bak ditelan bumi pada bulan Maret silam. Pertanyaan yang muncul sekarang apakah maskapai ini masih dapat bertahan hidup.

“Bahkan jika ini adalah murni kebetulan, ini tidak pernah terjadi dalam sejarah maskapai penerbangan bahwa dua pesawat besar menghilang dalam beberapa bulan,” kata Bertrand Grabowski, kepala penerbangan di DVB Bank, yang bertindak sebagai bankir terhadap Malaysia Airlines.

Perusahaan Malaysia tersebut telah kehilangan uang selama bertahun-tahun dan nilai pasarnya menurun lebih dari 40% dalam sembilan bulan terakhir. “Dukungan dari pemerintah harus lebih eksplisit dan mungkin lebih besar,” katanya.

Laporan menunjukkan bahwa perusahaan investasi Malaysia Khazanah Nasional, pemegang saham utama di Klik Malaysia Airlines, ingin mengambil alih maskapai tersebut.

Perusahaan telah menginvestasikan lebih dari $1triliun (Rp11.6triliun) ke maskapai penerbangan itu dalam beberapa tahun terakhir dan sebelumnya menunjukkan bahwa restrukturisasi besar akan dilakukan di maskapai itu.

Para analis mengatakan investasi lebih lanjut diperlukan jika Malaysia Airlines akan bertahan dalam jangka pendek.

Mohshin Aziz, seorang pengamat investasi di Maybank, Kuala Lumpur mengatakan tantangan yang dihadapi Malaysia Airlines “sulit untuk diatasi”. Tanpa dana yang signifikan, maskapai tersebut tidak akan bertahan lebih dari setahun, ungkap Aziz.

Tetapi bahkan jika maskapai itu berhasil mendapatkan pendanaan yang memadai, berbagai pertanyaan tentang kelangsungan jangka panjangnya tetap ada, kata para pengamat.

BANTUAN PEMERINTAH

Sementara salah seorang konsultan dari Whitesky Aviation, sebuah perusahaan penyedia penerbangan charter yang berbasis di Jakarta, Gerry Soejatman, pun memaparkan analisanya kepada AFP soal kejatuhan Malaysia Airlines.

“Efek sangat besar dapat menyebabkan maskapai runtuh tanpa adanya dukungan pemerintah. Hilangnya dua pesawat berbadan lebar juga harus dilihat serius, dan kinerja keuangan mereka akan mencerminkan hal ini,” kata Soejatman.

Maskapai penerbangan ini 70% dimiliki oleh perusahaan investasi yang dikendarai negara, Khazanah Nasional. Perusahaan ini mencatat rugi bersih 443 juta ringgit (US$137 juta) pada periode Januari-Maret.

“Kasus MH370 membuat orang hilang kepercayaan, tetapi kebanyakan orang menyadari itu adalah hal yang biasa terjadi, sehingga pemesanan tiket terhadap maskapai itu akan pulih,” tambah Gerry Soejatman.

Bahkan, menurut Gerry, pemesanan tiket terhadap maskapai tersebut lebih banyak peminatnya. “MH17 seperti petir yang menyambar Malaysia Airlines dua kali. Efek pemesanan akan lebih besar,” katanya.

Sekadar informasi, harga saham Malaysia Airlines (MAS) anjlok lebih dari 11% pada penutupan perdagangan Jumat sore di bursa Kuala Lumpur. Saat ini Malaysia Airlines telah kehilangan lebih dari sepertiga nilainya sejak akhir 2013.

Seperti diketahui, kecelakaan pesawat di Ukraina timur yang dikuasai pemberontak terjadi pada saat yang sensitif dalam krisis regional yang telah memicu ketegangan antara Rusia dan Barat. Tidak ada tanda-tanda korban selamat dari kecelakaan pesawat Boeing 777 Malaysia Airlines yang membawa 295 orang dari Amsterdam ke Kuala Lumpur itu. [] BBC/MTv

Headlines Internasional