Cinta itu buta memang bukan ungkapan semata, karena faktanya ada dimana-mana. Demi cinta, nyawa rela dipertaruhkan. Seperti sejoli di Samarinda, Kalimantan Timur ini, rela mengakhiri hidup karena diduga perkara cinta. Ini ceritanya.
Bau busuk tiba-tiba saja menyebar di kawasan lereng bukit, Jalan Kurnia Makmur, RT 23, Kelurahan Harapan Baru, Loa Janan Ilir.
Bau itu menusuk hidung siapa saja yang berada di kawasan tersebut.
Aroma tak sedap itu rupanya bersumber dari jasad pasangan Nurhayati (20) dan M Yudi Hartono (24) warga RT 23, Kelurahan Harapan Baru, Loa Janan Ilir ini. Kedua sejoli ini nekat gantung diri bersama, Sabtu (21/3) lalu. Keduanya ditemukan membusuk tergantung di pohon aren, Selasa (24/3) kemarin, sekitar pukul 09.00 Wita.
Menurut salah seorang warga sekitar bernama Mustari (43), Nur yang tinggal di areal Lokalisasi Suka Damai itu menghilang sejak akhir pekan lalu. Sejumlah keluarga, kerabat hingga tetangga wanita berparas ayu ini berusaha mencari keberadaannya selama dua hari terakhir.
“Sebelumnya, kami curiga Nur ini jalan bersama Yudi. Karena selama ini mereka (Nur dan Yudi, Red) pacaran,” kata Mustari ditemui Sapos di lokasi kejadian pagi kemarin.
Proses pencarian mulai membuahkan hasil. Senin (23/3) lalu, sekitar pukul 18.00 Wita, Mustari dan warga sekitar berhasil menemukan motor bermerk Suzuki Satria FU KT 3431 CR milik Yudi di sekitar gubuk di pinggir bukit. Motor itu ditemukan sekitar 100 meter dari lokasi keduanya tergantung.
“Kunci kontaknya masih menempel. Tapi waktu itu, kami tidak lihat mereka. Karena hari mulai gelap, akhirnya kami sepakat pulang dan membawa motor itu,” jelasnya.
Pagi kemarin pencarian kembali dilanjutkan. Saat menyisiri lereng bukit yang lokasinya tak jauh dari Lokalisasi Suka Damai itu, Mustari tak sengaja terpeleset saat menginjak gundukkan tanah. Spontan ia melihat dua sosok tubuh manusia mulai membusuk tergantung di pohon aren. Penasaran akan hal itu, ia mendekati jasad wanita berbalut kaos dan bercelana jins pendek itu. “Ada tali nilon biru yang menjerat leher keduanya. Tak jauh dari situ ada pula sandal dan racun pembasmi rumput,” paparnya.
Setelah diamati lebih jeli, pria ini yakin bahwa wanita dan pria yang tergantung di pohon aren di sekitar kebun buah naga itu adalah Nur dan Yudi. Tak ingin merusak tempat kejadian perkara (TKP), ia bergegas meninggalkan lokasi itu dan mengabarkan temuannya kepada warga.
“Posisinya yang cewek (Nur, Red) di depan dan yang cowok (Yudi, Red) di belakang. Keduanya sudah meninggal dunia dan hampir membusuk,” ulasnya.
Dalam sekejap kabar itu tersebar luas dari mulut ke mulut. Lokasi kejadian mendadak ramai dikunjungi warga. Bak sebuah tontonan, masyarakat yang penasaran memenuhi lereng bukit ini. Padahal untuk sampai ke lokasi itu warga harus menyusuri jalan setapak sekitar 400 meter dari bibir jalan utama dengan posisi menurun.
Jajaran Polsekta Samarinda Seberang yang mendapat informasi itu langsung menuju lokasi temuan. Dibantu anggota Polresta Samarinda, penyelidikan awal dilakukan di lokasi kejadian. Inavis Polresta Samarinda terlihat mengabadikan suasana sekitar lokasi keduanya tergantung menggunakan. Hal ini dilakukan sebagai langkah identifikasi serta penyelidikan tahap awal terhadap kematian korban.
Beberapa benda yang ditemukan di sekitar lokasi kejadian seperti tiga pasang sandal, racun pembasmi rumput liar merk Gromoxone dan beberapa tali nilon biru diamankan petugas sebagai barang bukti. Kondisi lereng bukit yang cukup curam membuat proses evakuasi berjalan alot.
Selain itu, kondisi kedua jasad yang mulai membusuk juga membuat evakuasi rumit. Apalagi kaki Yudi dan Nur terkunci ke sebuah reng dari kayu yang dibuat untuk mengambil tuak (Miras tradisional) di atas pohon aren tersebut.
“Sedikit susah, karena bagian kakinya terhalang kayu untuk memanjat. Makanya rengnya kami bongkar agar mereka bisa dikeluarkan,” kata Awal (39) salah seorang warga sekitar.
Setelah tali yang menjerat leher keduanya berhasil dilepaskan serta Yudi dan Nur kaki terlepas dari reng itu, tubuh mereka akhirnya berhasil dipisahkan. Jasad Nur dimasukkan ke kantung jenazah untuk kemudian di bawa ke ambulans yang sudah terparkir di atas bukit.
Lantaran hanya ada satu kantong jenazah, jasad Yudi harus dievakuasi menggunakan tandu. Agar bau busuk dari tubuhnya tidak menyebar, tubuh pria yang tinggal di RT 23, Kelurahan Harapan Baru, Loa Janan Ilir ini ditutup menggunakan terpal sebelum dimasukkan ke mobil jenazah.
Keduanya langsung dibawa ke RSUD AW Sjahranie untuk kepentingan autopsi. Ditemui di lokasi kejadian, Kanit Patroli Polsekta Samarinda Seberang, Iptu Yunus belum dapat menentukan penyebab kematian dua sejoli ini. “Kita lihat hasil pemeriksaan dari tim medis nanti. Dugaan sementara meninggal kedua korban akibat gantung diri,” kata mantan Kanit Reskrim Polsekta Samarinda Ilir ini.
***
GELAGAT Samsuddin (39) sudah kelewat gelisah. Pria berkulit cerah yang biasa dipanggil Rambo itu tak percaya bahwa adik iparnya, Nurhayati (20), belum juga pulang. Jarum waktu menunjukkan malam telah berganti ketika dia dengan kesal berkata kepada istrinya, Wira (29), “Kalau tiga hari tidak ada, baru dicari.”
Ahad (22/3) dini hari, pasangan suami istri yang tinggal di Jalan Kurnia Makmur, Kelurahan Harapan Baru, Loa Janan Ilir, Samarinda, itu berkali-kali menelepon Nurhayati. Pesan pendek pun berulang-ulang dikirim ke telepon genggam sang adik yang belum setahun tinggal di ibu kota Kaltim. Namun, Nur yang berasal dari Manado, Sulawesi Utara, itu tak menjawab.
Di tengah kekalutan, Wira, kakak kandung Nur, diliputi bermacam-macam prasangka. Dia kembali mengingat kepergian adiknya pada Sabtu (21/3) petang.
Saat itu, Nur pergi mengenakan kaus hijau. Perempuan muda berambut sebahu itu dijemput seorang pria yang dikenal sebagai kekasihnya, Yudi Hartono (25).
Setengah jam sebelum pergi, Yudi menghubungi Wira. Laki-laki yang bekerja sebagai buruh bangunan itu meminta izin kepada sang kakak bertemu Nur untuk terakhir kali. Ketika hendak berangkat, Wira sempat menitip pesan kepada adiknya.
“Hati-hati di jalan nanti,” pesan Wira kepada Nur, yang diceritakan kembali kepada Kaltim Post, kemarin (24/3). Namun, lebih dari lima jam Nur tak kembali, Wira terbayang-bayang bahwa adiknya telah dibunuh.
Yudi datang dengan sepeda motor Satria FU KT 3431 CR merah-hitam. Di rumahnya, Yudi izin keluar kepada orangtuanya untuk membeli rokok.
Sebelum membawa Nur, Yudi pergi ke belakang rumah sang pacar. Diduga, lelaki itu mengambil tali nylon biru dengan panjang sekitar 2 meter. Keduanya pergi berboncengan tanpa mengenakan helm sekitar pukul 19.30 Wita. Adegan ini menjadi yang terakhir terekam kedua keluarga sejoli yang baru menjalin hubungan selama delapan bulan.
***
MUSTARI, warga Jalan Kurnia Makmur, hanya bisa heran melihat sepeda motor Satria FU diparkir di semak-semak, sekitar 20 meter dari tepi jalan. Senin (23/3), sekitar pukul 18.00 Wita, keheranannya bertambah karena kunci sepeda motor masih tergantung. Setelah memanggil beberapa warga, sepeda motor itu dikira hasil curian yang disembunyikan.
Sukoco (37), warga yang lain, lalu menghubungi anggota Polsekta Samarinda Seberang. Petang itu juga, kepolisian membawa sepeda motor ke markas.
Keesokan pagi (24/3), Samsuddin alias Rambo mendengar penemuan sepeda motor sekitar 1 kilometer dari rumahnya. Merasa curiga karena sepeda motor itu mirip milik Yudi yang pergi bersama adik iparnya sejak dua hari sebelumnya, Rambo bergegas menuju lokasi.
Bersama Sukoco, Mustari, serta ketua RT setempat bernama Samsul, Rambo mulai mengelilingi tempat penemuan sepeda motor, sekitar pukul 07.30 Wita.
Namun, baru beberapa menit mencari, Rambo melihat pemandangan yang membuatnya tak percaya. Mulutnya ternganga, lalu kepalanya tertunduk tanpa bisa berkata-kata.
Hanya 50 meter dari titik sepeda motor ditemukan, Rambo yang bekerja di Pasar Harapan Baru itu menemukan adik iparnya telah tewas. Tubuh Nur yang mungil tergantung di pohon aren. Kakinya berjuntai setengah meter di atas tanah. Sementara di belakangnya, tubuh Yudi juga tak bernyawa. Ketika ditemukan, kaki Yudi terlipat dan menyentuh tanah. Kedua tangan Yudi sedikit melingkar di tubuh Nur.
Dari kondisi jasad yang mulai membusuk, diperkirakan Yudi dan Nur meninggal sejak Sabtu malam. Tak ada warga yang curiga karena tidak ada aroma menyengat sampai ke tepi jalan.
Kedua jenazah lalu diturunkan. Bau menyengat pun menyebar. Keduanya dibawa ke kamar jenazah RSUD AW Sjahranie.
***
ISAK tangis tiada henti tercurah dari keluarga Yudi dan Nurhayati di kamar jenazah RSUD AW Sjahranie. Keluarga perempuan asal Manado itu hanya bisa pasrah mendapat kabar duka.
Rambo kakak ipar Nur yang menemukan adiknya tergantung di pohon aren, juga tak mampu menahan sedih. “Saya sudah ikhlas. Bagaimanapun, adik saya tidak bisa hidup lagi,” ucapnya dengan lirih. Di rumah sakit, telepon genggam Rambo tak kunjung berhenti berbunyi. Keluarga dari Manado ingin agar Nur dikebumikan di Sulawesi. Namun, setelah keluar dari rumah sakit pelat merah itu sekitar pukul 16.00 Wita, jasad keduanya dikebumikan bersebelahan di kuburan muslim RT 23, Loa Janan Ilir.
Rambo mengatakan, Nur dan Yudi hendak menjalin pernikahan. Dia mengatakan, keluarga sudah memberi restu dan tinggal menunggu pengiriman kartu keluarga dari Manado.
“Dia belum punya KTP Samarinda,” ucapnya. Namun, Rambo mengatakan bahwa Yudi seperti tak sabar.
Namun, keterangan Ketua RT 23, Samsul, menunjukkan bahwa Nur yang tidak sabar mengurus kepindahan. Kepada polisi, Samsul bercerita bahwa warganya itu pernah mengancamnya.
“Kalau dipersulit, dia (Nur) akan bunuh diri,” kata Kapolsekta Samarinda Seberang Kompol Hari Widodo kepada Kaltim Post, menirukan keterangan Samsul. Sejauh ini, kepolisian menyimpulkan keduanya bunuh diri. “Tidak ada luka dari hasil visum. Dua saksi juga sudah kami periksa,” terang Hari.
Penyebab keduanya nekad bunuh diri masih simpang siur. Ada yang menyebutkan tidak mendapat restu, ada pula karena hubungan keduanya kerap putus-nyambung dan ingin segera menikah. Namun, sekitar tiga jam sebelum menjemput Nur malam itu, Yudi tiga kali menulis di dinding Facebook-nya.
“Ku harus bisa lupakan dia, ya Allah. Bantu aku karena seorang pengkhianat hanya cukup diberi maaf. Tapi kepercayaanku sudah habis. Sesungguhnya di mana jodohku, ya Allah? Pertemukanlah dengan jodohku, ya Allah.” [] KP/SP