Misteri Kematian PNS Cantik Mulai Terkuak

Misteri Kematian PNS Cantik Mulai Terkuak

KUTAI KARTANEGARA – Misteri kematian Muniarti Jasmi, pegawai Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) Kukar yang ditemukan tak bernyawa di semak-semak, Kilometer (Km) 10 bilangan jalan poros Tenggarong – Kota Bangun akhirnya mulai terkuak.

Warga Jalan Graha Indah, Blok AD, Nomor 15, Kelurahan Air Putih, Kota Samarinda ini hampir dipastikan menjadi korban pembunuhan. Hal tersebut menyusul hasil autopsi yang dilakukan di RSUD AW Sjahranie Samarinda.

Kapolres Kukar AKBP Mukti Juharsa melalui Paur Subag Humas Aiptu Agus Priyono mengatakan, mayat ini pertama kali di ketahui oleh Rusni (50) warga KM 5, Kelurahan Jahab, Kecamatan Tenggarong. Saat itu Rusni, mau pulang kerumah, sehabis dari kebun.

Sementara Kasat Reskrim AKP Ida Bagus WS didampingi Tim Inafis Polres Kukar Aipda Dian Heri Wahyudi menjelaskan, hasil olah Tempat Kejadian Perkara (TKP), korban tewas karena dibunuh. “Jari telunjuk kanan korban dalam kondisi kulitnya hilang atau terkelupas, sikut sebelah kiri memar dan lidah dalam kondisi tergigit,” terang Dian.

Dari hasil otopsi di RSUD AW Sjahranie Samarinda, PNS Disperindagkop Kukar ini mengindikasikan bahwa korban ada kemungkinan tewas akibat kehabisan oksigen, diduga dibekap. “Ujung jari tangan dan paru-paru korban yang membiru, itu biasa terjadi kepada korban lemas atau tenggelam, jadi korban ini dibekap sehingga kehabisan oksigen,” tukas Bagus.

Dia menegaskan, tidak ada unsur pemerkosaan karena korban se-dang datang bulan. “Kalau bajunya dibuka seperti disengaja mungkin sebagai alibi saja agar orang beranggapan diperkosa. Kalau ini perampokan, kenapa hanya Ponsel dan perhiasan dalam tas saja yang diambil, sementara yang di tubuh korban tidak?” ucap dia.

“Namun, kita masih mendalami kasus ini. Apakah ini murni perampokan atau ada motif lain. Semuanya itu akan terungkap kalau pelaku ketangkap, Doakan saja kasus ini cepat terungkap, “ kata Ida Bagus.

Untuk mendalami analisa hasil otopsi tersebut, pihak kepolisian mengirim hasilnya ke Laboratorium Forensik (Labfor) Mabes Polri Cabang Surabaya. “Diperiksa apakah ada racun atau bagaimana. Sampel menstruasi korban pun dibawa juga. Apakah ditemukan air mani atau tidak,” jelas Ida Bagus.

Selain telah melakukan olah TKP, petugas Mapolsek Tenggarong juga sudah memeriksa feri penyeberangan dengan membawa foto korban. “Semua kami periksa. Bahkan tukang bakso sekali pun,” tegas Bagus.

Namun, kasat reskrim belum mau berkomentar soal kemungkinan apakah ini pembunuhan berencana. Polisi, misalnya, berupaya menggali dengan teori motivasi pelaku. Misalnya, mengapa tasnya hilang, tapi perhiasan di tubuh korban tak diambil. “Masih banyak kemungkinan. Bakal kami maksimalkan,” tutur dia.

Sementara menurut sumber media ini dari lingkungan keluarga korban, ada dugaan korban dibunuh oleh orang dekat korban. Alasannya, sebelum ditemukan meninggal dunia, korban sempat terlibat pertengkaran dengan orang dekat tersebut. “Tadinya tidak boleh diotopsi, tapi karena kami yang meminta, akhirnya diotopsi,” ujar sumber media ini.

PERANGAI

Sebelum pergi untuk selama-lamanya, Muniarti Jasmi sempat menghadiri hajatan atau pernikahan keluarganya di Kecamatan Muara Jawa, Kutai Kartanegara, pada Kamis (16/4) lalu. Selama acara tersebut, Muniarti sering kali meminta selfie bareng keluarga besarnya, seperti adik, dan saudara sepupunya. Padahal, hal itu tidak pernah dilakukan almarhumah.

“Saya sebenarnya merasa heran dengan gaya Kakak saya saat itu, namun karena itu kemauannya, maka kami mengikuti saja apa keinginanya. Almarhumah merupakan anak pertama dari keluarga kami. Dia seorang wanita yang bijaksana dan berwibawa.Kami adik-adiknya agak segan dengan beliau,” ungkap Mujijat, adik keempat Mujiati kepada wartawan, Minggu (19/4) di kediamannya.

Bagi teman-teman sekantornya, almarhumah memang dikenal sebagai orang bijak dan pintar dalam mencari solusi.”Kami merasa sangat kehilangan. Dia tidak saja bisa menjadi rekan atau teman kerja, melainkan bisa menjadi saudara,” ungkap salah satu rekan korban saat pemakaman.

Mujijat yang didampingi beberapa teman sekantor almarhum menjelaskan, pada hari Jumat (17/4) lalu, almarhum diketahui dia telat turun kerja dari rumahnya di Kota Samarinda. Sekitar pukul 07.30 Wita, ia menitipkan motornya di Simpang Tiga Jl Suryanata, Samarinda, lokasi langganan PNS Kukar.

Dia kemudian menumpang mobil yang pengemudinya tidak dikenal. Sekitar pukul 08.15, ia masih sempat mengirim pesan BBM ke salah satu teman, “Kemungkinan tidak bisa ikut Apel Pagi, Saya Turun hanya Absen Saja”. Namun, sampai pukul 09.00 Wita tak muncul ke kantor. Ponselnya dihubungi tapi sudah tidak aktif.

“Setelah mendapat informasi Kakak saya belum juga bisa dihubungi sampai pukul 16.00 Wita, saya mencoba keliling Kota tenggarong mendatangi teman-teman sekantornya sampai Magrib. Namun tidak ada juga yang tahu. Sehabis salat Isya, kami seke-luarga berkumpul dan memutuskan untuk meminta pertolongan teman-teman dengan cara mem-broadcast melalui Facbook (FB), Path dan BBM kesemua kontak. Keesokan harinya yaitu Sabtu (18/4), sekitar pukul 12.30 Wita, kami mendapat kabar adanya ditemukan mayat dengan ciri-ciri yang telah kami berikan tersebut. Setelah mendatangi, ternyata benar itu Kakak saya yang terbaring kaku di pinggir jalan menggunakan baju Korpri,” jelasnya.

Mujijat menyerahkan peristiwa yang menimpa kakak kandungnya tersebut ke aparat hukum. Dia bersama keluarga besar, menyerah-kan sepenuhnya ke pihak aparat hukum. Untuk bisa menegakan hukum sesuai aturan yang berlaku jika memang nantinya pelaku ditemukan. “Saya bersama keluarga besar, tidak ada sama sekali menanam dendam dari kejadian ini, semua sudah ada jalan dan takdirnya masing-masing,”pungkasnya.

FENOMENA NUMPANG

Kasus tewasnya Muniarti Jasmi menguak “fenomena” cukup banyak pegawai negeri sipil (PNS) Kutai Kartanegara (Kukar) asal Samarinda yang mesti menumpang kendaraan milik orang lain menuju tempat kerja.

Nelly Ahmad, seorang PNS yang juga bekerja di lingkungan Pemkab Kukar juga kerap melakoni rutinitas serupa. Dia mengaku terbiasa menumpang sejak Jembatan Kutai Kartanegara runtuh. Sebelumnya, ia menggunakan sepeda motor untuk bolak-balik Kota Tepian-Kota Raja. Namun, karena merasa lelah, ia memutuskan menumpang mobil temannya. “Tak kuat lagi naik motor, saya sering sakit pinggang,” ucap Nelly.

Menumpang mobil biasanya Nelly lakukan bersama dua temannya. Yakni, Maryati Subari dan mendiang Muniarti. Mereka mengatur janji dengan kawan sesama PNS Kukar yang punya mobil. “Menumpang sama teman, ya, gratis,” ujar perempuan yang tinggal di Jalan Gatot Subroto, Samarinda, ini.

Biasanya, Nelly berangkat kerja setelah mengantar anak ke sekolah. Untuk urusan pulang ke Samarinda, mereka pasti berbarengan pada pukul 16.00 Wita. Karena pada waktu tersebut nyaris semua PNS sudah pulang.

Meski begitu, Nelly menghindari menumpang kendaraan milik orang tak dikenal. Jika ada mobil yang menawari tumpangan, ia selalu menyelidiki terlebih dulu. Bila ternyata itu adalah teman sesama PNS, ia baru mau naik. “Dari berbagai dinas, misalnya Dinas Perikanan, Peternakan, dan sebagainya,” ungkap Nelly.

Ia mengaku terakhir bertemu Muniarti, Rabu (15/4) lalu. Saat itu mereka belanja bersama di sebuah mal di Samarinda. Mereka karib sejak 2002 saat sama-sama menjadi pegawai honorer di Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) Kukar. Setelah shopping bareng itu, mereka tak ada saling kontak lagi.

Nahas bagi Muniarti. Jumat (17/4) pagi itu, karena kepepet waktu setelah mengantar anak ke sekolah, dia bersedia saja menumpang kendaraan milik orang tak dikenal menuju Tenggarong. Seharian dinyatakan hilang, ibu dua anak itu akhirnya ditemukan sudah dalam kondisi tak bernyawa di semak-semak Kilometer 10 Jalan Poros Jahab-Kota Bangun, Kelurahan Loa Ipuh Darat, Kecamatan Tenggarong.

Mengenai ada kebiasaan PNS Kukar yang menumpang dari Samarinda, Kasat Reskrim Ida Bagus menyarankan agar berhati-hati. Hindari menumpang kendaraan orang tak dikenal. Untuk menjaga diri, Bagus menyarankan boleh membawa alat pelindung diri, misalnya bubuk merica semprot. “Karena kejahatan terjadi karena kesempatan. Terlebih perempuan lebih rentan jadi korban,” tandasnya. [] KK/KP

Serba-Serbi