NUNUKAN, – Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) di Kabupaten Nunukan disinyalir masih banyak yang salah sasaran. Hal ini terlihat dari beberapa hari pembagian PSKS yang dilaksanakan di Kantor Pos Nunukan.
Sejak pagi terlihat warga miskin mulai mengantri di kantor pos, namun yang mengherankan kebanyakan dari mereka menggunakan sepeda motor untuk datang ke kantor pos. Selain itu dari pengakuan beberapa warga, penerima PSKS ada yang bergelar haji serta pemilik kos-kosan. Padahal PSKS seharusnya diperuntukkan bagi warga miskin.
Salah satu warga Nunukan penerima PSKS yang bertempat tinggal di Jalan Gajah Mada mengaku memiliki motor dan memiliki usaha air galon. “Tahun kemarin saya juga terima. Tahun ini dapat lagi,” ujarnya kepada beritakaltara.com.
Kepala Kantor Pos Nunukan telah membagikan PSKS kepada 496 Rumah Tangga Sasaran (RTS) terhitung tanggal 25 April. Pembagian PSKS di Kabupaten Nunukan sendiri direncanakan hingga tanggal 2 Mei 2015 mendatang.
Terkait masih banyaknya penerima PSKS dari golongan yang mampu, Kepala Kantor Pos Nunukan Yusran enggan mengomentrai hal tersebut. Menurutnya Kantor Pos Nunukan hanya bertugas membagikan dana PSKS tersebut.
Selama pembagian PSKS, para penerima juga tidak didampingi oleh pihak pendamping, sehingga banyak masyarakat yang salah jadwal. Kantor Pos Nunukan sendiri membagi jadwal untuk mempermudah penyaluran dana PSKS.
Hingga hari ke-3 , Yusran mengaku belum ada warga Nunukan yang mengembalikan kartu PSKS karena merasa tidak berhak menerima dana PSKS.
“Jumlah penerima untuk Kecamatan Nunukan 3.376. Untuk penerima apa mampu atau tidak bukan kita yang menilai. Untuk pendamping kalau di Tarakan ada, di sini saya tidak tahu. Untuk warga yang mengembalikan kartu belum ada,” ujar Yusran.
Salah satu penerima PSKS dari warga tidak mampu, Mahmudin, 73 tahun, mengaku sangat terbantu dengan adanya progra PSKS. Mahmud, warga Nunukan Barat yang berprofesi sebagai petani tersebut mengaku uang 600 ribu yang diterimanya untuk 6 bulan tersebut akan digunakan untuk berobat.
“Bisa saya berobat karena penyakit saya sering kambuh. Maklum usai sudah tua,” ujarnya.
Namun sayang, program PSKS belum menjamah Ismail Ahmad. Veteran perang konfrontasi dengan Malaysia itu terpaksa hidup ala kadarnay di gubuk tuanya di Jalan Gang P Jana.
Jangankan untuk mengobati sakit stroke yang dideritanya, untuk membeli beras pun Isamil Ahmad kesulitan.
Anak pertama pejuang konfrontasi tersebut terpaksa putus sekolah karena ketidak mampuan membeli buku dan seragam sekolah. Sementara ketiga anak lainnya terancam putus sekolah karena hal yang sama, kemiskinan.
Orang yang seharusnya berhak menerima PSKS seperti Ismail Ahmad justru tidak tahu adanya program tersebut. “Tidak pernah menerima tunjangan dari pemerintah. Kita tidak tahu,” ujar Ismail Ahmad, beberapa waktu lalu saat beritakaltara.com mengunjungi rumahnya. [] KK