PONTIANAK – Belasan aktivis Gerakan Mahasiswa (Gema) Pembebasan Kalimantan Barat (Kalbar) melakukan aksi menuntut digantinya sistem demokrasi yang dianut Republik Indonesia saat ini dengan sistem khilafah Islamiyah, negara yang sepenuhnya menganut sistem hukum Islam.
Dalam aksi yang dilakukan di Bundaran Kota Baru Kota Pontianak, Rabu (29/4/2015) pukul 17.00 WIB, belasan aktivis Gema pembebasan yang dipimpin oleh Kordinator Lapangan (Korlap) Galih Pramono juga menyatakan menolak neo imprealisme dan neo liberalisme yang mengancam Indonesia.
Korlap Galih Pramono mengatakan, kegiatan ini merupakan aksi damai dengan tema terancamnya Indonesia dari bahaya neo imprealisme dan neo liberalisme.
“Kalau dulu penjajahan secara fisik, sekarang penjajahan terhadap bangsa Indoensia dilakukan dengan lebih halus dengan penjajahan ekonomi,” ungkap Galih.
Sebagai pembuktian, ia menyebutkan hampir 50% sumber daya alam Indonesia berupa lahan perkebunan kelapa sawit dikuasai asing, migas juga dikuasai oleh asing.
“Tahun 2013, Gubernur BI mengatakan utang negara sudah mencapai level kritis. surat utang dipegang oleh asing,” ujarnya.
“Kami memandang Indonesia sedang gawat. Menurut kami, kesengsaraan rakyat dan kemiskinan rakyat mencapai 30% lebih serta kebijakan pencabutan subsidi BBM merupakan kebijakan neo liberalism,” papar Galih.
Ia meminta para pejabat negara seperti presiden dan wakil presiden tidak membuat kebijakan yang dipengaruhi neo liberalism.
“Seperti BPJS, yang tidak lebih sebagai pemalakan rakyat atas nama jaminan sosial, kalau namanya jaminan sosial kenapa rakyat dibebani biaya, harusnya gratis,” katanya.
Bahkan, lanjut Galih, di beberapa pasalnya, ketika kita tidak membayar premi, kita tidak mendapat jaminan sosial. Ini namanya pemalakan terhadap rakyat.
“Selama ini kami melihat pergantian rezim tidak menghasilkan solusi, masalah juga tetap sama. Maka kami menuntut untuk berganti rezim dan ganti sistem yaitu dengan sistem khilafah Islam, tidak lagi menggunakan sistem kapitelisme demokrasi,” tegas Galih.
Dalam aksi di Bundaran Untan tersebut, massa aksi membawa poster-poster berisi tulisan 2015 : Saatnya Revolusi Islam, Kapitalisme Demokrasi : Biang Keladi Kesengsaraan Rakyat, Mahasiswa bersatu : Ganti Rezim Ganti Sistem.
Menurutnya, ini merupakan aksi awal, intinya adalah silent action tanpa adanya orasi yang akan kita laksanakan pada 16 Mei 2015 mendatang. [] Mulyadi/Rachmat Effendi.
mantap..