MAHAKAM ULU – Kabupaten Mahakam Ulu (Mahulu) belum genap berusia tiga tahun dan kini terus berbenah. Bukan merupakan perjuangan mudah untuk membangun Mahulu karena sebagian besar yang wilayahnya berada di pedalaman Kalimantan masih terisolasi. Perlu semangat ekstra dan kucuran dana hingga triliunan rupiah agar derajatnya dapat terangkat hingga sejajar dengan daerah lain.
Salah satu wilayah yang terisolasi dari akses jalur darat di Mahulu ialah Kecamatan Long Apari. Bertahun-tahun hidup dalam kesederhanaan, sebagian masyarakat rupanya bercita-cita ingin memajukan daerahnya dengan memisahkan diri dari Indonesia ke Malaysia.
Malaysia memang getol melebarkan perluasan wilayah. Long Apari dinilai cocok karena letaknya strategis dan kaya akan budaya. Sekadar informasi, Long Apari berbatasan langsung dengan wilayah Serawak, Malaysia. Warga di sana bilang, kalau hanya mengandalkan program dari pemerintah Indonesia dan disuruh terus menunggu, Mahulu tidak maju-maju.
Jika hendak melihat perubahan nyata, mungkin bisa gabung dengan Malaysia. Banyak keluarga yang berpindah haluan jadi warga negara Malaysia dan tinggal di Serawak. Pihak Malaysia memang memberikan tawaran menggiurkan bagi rakyat Long Apari. Dari sumber yang sama, negeri jiran siap membuka akses jalur darat dan memasang kabel komunikasi di daerah hulu Long Apari.
Sebenarnya, wacana pindah negara sudah sejak lama tercetus. Namun, sebagian masyarakat Long Apari masih menjunjung tinggi nilai kehormatan negara kesatuan republik Indonesia (NKRI). Selain karena tanah mereka adalah perjuangan dari nenek moyang, mereka juga sayang dengan Indonesia.
“Jujur, kami masih cinta Indonesia meski begini nasib kami yang selalu terpinggirkan. Ada saja tawaran lalu beberapa warga tergiur untuk pindah. Tapi, selalu ditahan-tahan oleh petinggi dan kepala adat,” ungkap warga yang tinggal di Kampung Nahabuan, Long Apari kepada awak media.
Sementara itu, Ketua Adat Besar Kecamatan Long Apari Yustinus Hibau Hului menyebut, perkembangan kehidupan masyarakat di kawasannya belum merata. Sebagian warga memang mengeluhkan infrastruktur berupa jalur darat yang hingga kini belum terlihat jelas pembangunannya.
“Harapannya 2016 mendatang sudah ada jalur yang bisa dilewati. Kalau tidak, masyarakat akan terus menjerit. Kami juga tidak segan pindah ke Malaysia kalau tuntutan kami tidak bisa dipenuhi,” sebut Yustinus.
Tuntutan getol yang digaungkan penduduk Long Apari adalah terbukanya akses jalur darat. Bila itu saja bisa terwujud, masyarakat pedalaman di ujung Sungai Mahakam wilayah Kaltim ini bakal senang bukan kepalang. Tak hanya gembira, perekonomian dan pendidikan juga bisa lebih maju berkali-kali lipat ketimbang saat ini.
“Kalau terus-terusan mengandalkan jalur sungai menuju Long Apari. Tak ada jaminan potensi yang kami miliki bisa berkembang pesat,” tambahnya.
Terpisah, Penjabat (Pj) Bupati Mahulu Frederik Bid yang beberapa waktu lalu juga menghadiri Festival Budaya Perbatasan (FBP), gagasan Badan Pengelolaan Kawasan Perbatasan Pedalaman dan Daerah Tertinggal (BPKP2DT) Kaltim, di Long Apari meminta masyarakat bersabar.
Jangan sampai terpisah dari Indonesia. Dia menegaskan, kini sudah ada pembukaan jalur darat yang prosesnya memang belum signifikan karena jalannya cukup panjang. “Salah satu program pemerintah, yaitu pembukaan jalur darat. Dan saat ini sudah dalam proses pengerjaan,” ujar Frederik.
Tak hanya jalur darat saja yang tengah menjadi fokus Pemkab Mahulu, namun beberapa rancangan sudah siap diprogramkan. Di antaranya, ada program transmigrasi penduduk lokal ke tempat yang lebih strategis yaitu di sepanjang jalur darat nanti. Selain itu, ada rencana pembuatan bandara perintis di Long Apari.
Pemerintah sudah berusaha maksimal untuk menyelaraskan program dengan realisasi di lapangan. Ia berharap, tidak ada gangguan dari pihak mana pun, sehingga proses pengerjaan seluruh program bisa berjalan.
Long Apari memiliki penduduk mayoritas suku Dayak. Ada tiga etnis Dayak di kawasan ini, yaitu Aoheng, Seputan, dan Bukot. Meski berada di pedalaman, masyarakat di sana tetap menjaga nilai kebudayaan mereka dengan seksama.
Agar nilai kecintaan terhadap Indonesia terus terjaga, BPKP2DT Kaltim beberapa waktu mencoba menggelar FBP 2015. Haus akan hiburan sekaligus wadah mengembangkan bakat yang dimiliki, para peserta antusias mengikuti event yang rencananya digelar serupa tahun depan.
Berdiri sejak 63 tahun lalu, Long Apari merupakan kawasan yang punya nilai sejarah tinggi. Tentu teramat disayangkan jika masyarakatnya gerah ingin berpindah kewarganegaraan. Peran aktif pemerintah sangat diperlukan agar hubungan harmonis kawasan pedalaman dan lingkup perkotaan di Kaltim bisa terjaga dan tidak terjadi kesenjangan sosial.
***
“Jalanlah jalan ke kota baru
Untuk membeli seruling bambu
Semoga kita tetap bersatu
Untuk membangun Mahakam Ulu”
Untuk membeli seruling bambu
Semoga kita tetap bersatu
Untuk membangun Mahakam Ulu”
Sepenggal lirik tersebut menjadi alunan syahdu yang disuguhkan salah satu tim yang berpartisipasi dalam ajang Festival Budaya Perbatasan (FBP) 2015 di Long Apari, Mahulu, pada 28–30 Mei. Menggambarkan keceriaan masyarakat pedalaman yang juga memiliki kreativitas tinggi di bidang seni budaya.
Digagas sejak 2014, Badan Pengelolaan Kawasan Perbatasan Pedalaman dan Daerah Tertinggal (BPKP2DT) Kaltim akhirnya FBP sukses melaksanakannya tahun ini. Event tersebut menjadi langkah awal memperkenalkan budaya di kawasan perbatasan yang ternyata memiliki keragaman seni tinggi.
“Setiap tahunnya, ada event nasional yang melibatkan kawasan perbatasan untuk unjuk kebolehan menyuguhkan kesenian yang dimiliki. Berawal dari kegiatan tersebut, kami akhirnya berpikiran untuk menjaring budaya di daerah perbatasan,” ujar Kepala Bidang Pemberdayaan Lembaga Sosial dan Budaya, BPKP2DT Kaltim Ibrahim Dungau.
Dengan konsep yang sederhana, FBP 2015 disambut baik masyarakat. Tak hanya menjaring potensi budaya daerah di Kecamatan Long Apari, BPKP2DT melibatkan kecamatan yang berada di kawasan perbatasan lain, Long Pahangai. Keterlibatan dua kecamatan tersebut mencuatkan sejumlah desa yang menjadi kontestan.
Tercatat, 20 kontestan ikut andil dalam FBP 2015. Dari angka tersebut, terpilih empat kontingen yang berhak mewakili Kaltim pada event nasional di Jakarta, yaitu Festival Anak Bangsa dan Festival Perbatasan Nasional.
Empat tim yang terpilih mewakili Kaltim ke Jakarta ada Sanggar Seni Kenyuhi Mangan, Marang Boan, serta Lavon Kekuhang dari Kecamatan Long Apari, dan Apau Punyaat mewakili Long Pahangai. Tim terakhir dinobatkan menjadi yang terbaik dari seluruh kontestan.
“Selamat buat para pemenang. Semua kontingen harus giat berlatih selepas event ini untuk kegiatan selanjutnya di skala nasional,” tambah Ibrahim.
FBP 2015 memiliki lima juri. Mereka adalah Agus Irawan dan Sujasno dari Badan Nasional Perbatasan RI, Tri Raharjo seorang pelaku seni asal DKI Jakarta, Awang Kholid perwakilan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kaltim, dan Irman Irawan seorang dosen dan staf Badan Perbatasan Unmul yang juga mewakili akademisi.
Seluruh juri yang bukan berasal dari Mahulu memang diharapkan bisa memberikan penilaian secara objektif. Terus terang, semua kontestan tampil bagus dan mampu memberikan suguhan menarik. Beberapa di antaranya juga memberikan aksi yang di luar prediksi kami.
Seperti penampilan tarian teatrikal yang menggambarkan sebuah cerita namun dikemas dengan durasi singkat. “Suguhan seperti itu skalanya sudah setara dengan tingkat nasional,” ujar Irman, salah seorang juri.
Memilih empat kontestan terbaik dari 20 peserta, diakui para juri tidak mudah. Setiap tim memberikan seluruh kemampuan maksimal yang akhirnya para juri memberikan nilai yang beda-beda tipis.
Untuk menghindari protes yang berlebihan dan meminimalisasi risiko, pihak panitia memberikan penghargaan kepada seluruh peserta berupa piala dan piagam penghargaan. “Jadi, semua kontestan adalah pemenang pada FBP 2015. Hanya empat tim yang terpilih memberikan aksi terbaik dan berhak mewakili Kaltim ke Jakarta,” kata Irman.
Salah seorang pelatih dari Sanggar Seni Apau Punyaat mengatakan senang menjadi kontestan terbaik pada FBP 2015. Terlebih, mereka juga berkesempatan mengharumkan nama Kaltim, khususnya Mahulu di tingkat nasional September mendatang.
“Ini mimpi besar kami untuk bisa eksis tak hanya di kampung saja. Kemenangan yang kami dapatkan tak terlepas dari kerja keras penari, ofisial kontingen, dan masyarakat Long Pahangai. Kami berterima kasih untuk itu semua,” tuturnya.
Bagi Ketua Adat Besar Long Apari, Yustinus Hibau Hului, mengaku senang dengan FBP 2015 gagasan BPKP2DT. Pasalnya, selama 52 tahun terakhir atau tepatnya saat Kecamatan Long Apari baru dimekarkan, belum pernah ada event yang menyatukan dua Kecamatan Long pahangai dan Long Apari.
“Wah, ini kegiatan yang sudah kami tunggu-tunggu. Sejak 1963, kami dari dua kecamatan belum pernah berkumpul seperti sekarang. Dengan adanya FBP 2015, keakraban sungguh bisa kami rasakan,” ujar Yustinus.
Menilik kondisi Long Apari saat ini yang sudah menjadi bagian dari Kabupaten Mahulu, akses transportasi masih sulit. Satu-satunya cara menempuh tempat ini menggunakan jalur Sungai Mahakam. Biaya yang dikeluarkan pun cukup mahal yaitu Rp 1 juta sampai Rp 3 juta.
Dia berharap kepada pemerintah untuk segera membuat akses jalur darat. Mereka tidak ingin terus tertinggal. “Saya harap tahun 2016 selesai atau setidaknya ada akses melalui jalur darat. Jika tidak, kami siap berpindah kewarganegaraan bila pihak Malaysia mampu memberikan apa yang kami mau, yaitu akses jalur darat menuju kota,” tutur Yustinus. [] KP