BALIKPAPAN – Nakhoda KM Titian Muhibah, Halim (70) dan tiga anak buah Kapal Motor (KM) Titian Muhibah yang tenggelam di perairan Selat Makassar, Selasa (9/6 ) dini hari lalu diperiksa secara intensif oleh penyidik Kepolisian Daerah (Polda) Kalimantan Timur (Kaltim) di Balikpapan dan hingga sekarang belum dilepaskan.
Sementara 65 penumpang yang selamat dari peristiwa tenggelamnya kapal tersebut sudah dipulangkan ke Bontang. “Mereka masih kami periksa dengan status sebagai saksi,” kata Direktur Direktorat Polisi Perairan Polda Kaltim Komisari Besar Polisi M Yasin Kosasih di Balikpapan, Jumat (12/6).
Namun, seandainya terkonfirmasi ada korban tewas dari peristiwa ini, menurut Yasin, tidak menutup kemungkinan nakhoda KM Titian Muhibah ditetapkan menjadi tersangka. Ia mengatakan, sebenarnya dengan membawa penumpang saja, nakhoda KM Titian Muhibah sudah melakukan pelanggaran, sebab kapal tersebut izin berlayarnya adalah kapal barang.
Kapal berbobot 7 Gross Ton (GT) dengan panjang 12 meter dan lebar 4 meter itu, diduga memuat sekitar 70 orang. “Makanya tidak ada manifes (daftar) penumpang di kapal itu atau di KSOP Bontang,” kata Kombes Yasin.
Menurut ia, para penumpang itu naik dari pelabuhan rakyat di Kampung Melasing, setelah kapal berangkat dari Pelabuhan Tanjung Laut, Bontang. Mereka membayar ongkos antara Rp200.000 hingga Rp250.000 per orang. KM Titian Muhibah berlayar menuju Mamuju, Sulawesi Barat, dari Bontang, Kaltim, mulai Senin (8/6) pukul 13.30 Wita, dengan muatan 10 unit sepeda motor, sejumlah sembako dan sekurangnya yang diketahui sekitar 70 penumpang.
Dari kesaksian Nakhoda Halim dan tiga ABK masing-masing Ismail, Idris dan Arman, diketahui kondisi kapal sebelum tenggelam. Mengutip keterangan nakhoda, Kombes Yasin menuturkan kapal kayu itu pada Senin tengah malam mulai miring ke kiri setelah air masuk dari lambung kiri depan yang pecah terhantam ombak.
Posisi kapal saat itu diperkirakan berada 55 mil laut dari Majene, Sulawesi Barat. Sebagian besar penumpang tidur saat kapal mulai karam dan mereka kemudian menyelamatkan diri dengan berpegangan pada apa saja yang mengapung. “Ada kayu, bambu, kayu bekas lantai kapal, jerigen, gabus putih, dan lainnya,” jelas Kombes Yasin.
Sampai kemudian pada Rabu (10/8), para penumpang itu ditolong oleh kapal USS Rushmore yang melintas di ALKI II Selat Makassar, yang sedang dalam perjalanannya ke Guam, Hawaii. Sebanyak 65 orang lelaki, perempuan, orang tua, dan anak-anak ditolong kru kapal perang AS jenis landing ship deck tersebut, dan seterusnya dijemput oleh kapal Basarnas untuk dibawa ke Balikpapan. “Sekarang mereka sudah kita antarkan kembali ke Bontang, kecuali nakhoda dan anak buah kapal,” tambah Kombes Yasin Kosasih. [] ANT