SAMARINDA – Begitu besarnya populasi bisnis perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Timur (Kaltim), pemerintah setempat terus berupaya untuk melindungi agar produksinya terus berkembang. Di antaranya dengan turut membantu pemeberantasan hama sawit. Tikus adalah satu hama sawit yang cukup ditakuti para petani sawit.
Untuk memberantasanya, para petani sawit umumnya menggunakan racun. Tapi sekarang, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kaltim melalui Dinas Perkebunan (Disbun) berupaya untuk mencari solusi terbaru agar pemberantasannya lebih aman dan alami, yakni dengan membudidayakan burung hantu (tyto albar) di lahan sawit.
“Selama ini petani sawit lebih suka menggunakan racun untuk membasmi tikus yang sering merusak tanaman muda dan buah sawit, tapi cara ini kurang baik karena racun tikus merupakan bahan kimia yang bisa merusak kesuburan tanah,” kata Kepala Dinas Perkebunan Kaltim, Etnawati di Samarinda, Jumat (26/6) lalu.
Etnawati didampingi Supriyadi, Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas Pengembangan Perlindungan Tanaman Perkebunan (UPTD P2TP) melanjutkan, uji coba pemberantasan hama tikus dengan burung hantu dilakukan karena predator yang suka memburu tikus ini diharapkan bisa mengurangi ketergantungan petani terhadap racun tikus.
Menurut Supriyadi, pembiakan burung hantu di perkebunan kelapa sawit cukup mudah, yakni petani tinggal membuat kandang burung hantu (gupon) di lahan miliknya, sehingga burung hantu akan betah di gupon tersebut dan akan memburu tikus untuk makanannya.
“Dengan menggunakan burung hantu sebagai predator alami yang andal saat menangkap tikus, perkembangan tikus diharapkan bisa ditekan. Diprediksi satu ekor burung hantu mampu menangkap 6-8 ekor tikus per hari,” katanya.
Menurutnya, kelapa sawit merupakan komoditas unggulan di Provinsi Kaltim dan banyak memberikan kontribusi besar bagi pendapatan petani, sehingga serangan hama tikus pada tanaman ini perlu diwaspadai.
Ada banyak jenis tikus yang sering menjadi hama perkebunan sawit, di antaranya jenis tikus belukan, tikus huma, dan tikus wirok. Semua jenis tikus tersebut menjadi makanan empuk bagi burung hantu.
Burung hantu efektif menekan perkembangan hama tikus karena jangkauannya mencapai 20 ha. Kandang burung hantu diletakkan di tengah perkebunan sawit, maka sekitar 20 ha lahan di sekitar itu mampu dijangkau predator tersebut.
Burung hantu mempunyai sifat kembali ke kandangnya, sehingga meskipun ia terbang mengitari areal kebun, dipastikan bakal kembali lagi ke guponnya.
Hal yang harus diperhatikan oleh pengelola kebun kelapa sawit jika menggunakan burung hantu sebagai pengusir tikus, disarankan tidak membuat kandang burung hantu dekat sumber cahaya karena hal ini bisa menyebabkan burung hantu stres. [] ANT