KOTAWARINGIN TIMUR – Kapal motor penumpan milik PT Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni) Persero hingga saat ini masih menjadi alat transportasi favorit untuk menyeberang antara pulau, terutama saat mudik lebaran nanti.
Sebab itu, tiket Pelni dari Pelabuhan Sampit, Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah (Kalteng) untuk keberangkatan 12 dan 14 Juli 2015 mendatang, telah ludes terjual. Parahnya, masih ada sekitar 10 ribu orang yang berencana menggunakan sarana transportasi ini belum mendapat tiket. Mereka tentu saja terancam tak jadi mudik lebaran.
Soal habis terjualnya tiket Pelni keberangkatan 12 dan 14 Juli, disampaikan Kepala PT Pelni Cabang Sampit Lamson Ompusunggu kepada wartawan di Sampit, Rabu (1/7). “Yang sudah habis terjual untuk keberangkatan 12 dan 14 Juli, sedangkan untuk keberangkatan hari lainnya masih cukup tersedia,” kata Lamson Ompusunggu kepada wartawan di Sampit.
Penghentian penjualan tiket untuk keberangkatan 12 dan 14 Juli tersebut dilakukan sejak Selasa (30/6). Penghentian penjualan di semua loket, baik itu di loket kantor PT Pelni, secara dalam jaringan maupun di enam biro perjalanan yang bermitra dengan PT Pelni.
Sedangkan untuk keberangkatan kapal terakhir, yakni H-2 menjelang lebaran, tiket masih cukup tersedia. Pada hari itu, ada dua kapal yang berangkat. Lamson mengimbau para calon penumpang untuk tidak terpaku pada keberangkatan kapal tanggal 12 dan 14 Juli, karena masih ada keberangkatan kapal pada tanggal lainnya.
“Kami harap penumpang bisa memilih keberangkatan kapal di hari lainnya karena kami cukup banyak menyediakan keberangkatan kapal untuk angkutan mudik lebaran,” katanya.
Lamson mengungkapkan hingga memasuki H-15 lebaran, belum terlihat peningkatan jumlah calon penumpang kapal yang akan mudik lebaran. “Berdasarkan pantauan saya di lapangan belum ada peningkatan, bahkan untuk keberangkatan kapal pada tanggal 2 Juli masih cukup sedikit, dari 1.500 kapasitas yang tersedia baru 500 yang terisi,” katanya.
Sementara itu Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) Kotim, Fadlian Noor mengatakan, lonjakan jumlah penumpang di Pelabuhan Sampit diprediksi akan terjadi pada H-7 lebaran nanti.
“Kami perkirakan arus mudik lebaran melalui Pelabuhan Sampit akan meningkat sebesar 3,24 persen dari tahun sebelumnya atau akan ada sekitar 30.000 orang pemudik yang berangkat melalui Pelabuhan Sampit,” katanya.
Secara terpisah, Ketua Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kotim, Jainudin Karim menyayangkan adanya pembatasan jumlah penumpang dan terbatasnya keberangkatan kapal di Pelabuhan Sampit. Sebab dikhawatirkan ada 10 ribu pemudik terancam tidak terangkut.
“Dengan jumlah 20 kali keberangkatan, kami hitung-hitung sekitar 20.000 penumpang yang diangkut. Kalau sesuai prediksi KSOP bahwa musim lebaran tahun ini pemudik mencapai 30.000 orang, maka yang 10.000 penumpang sisanya itu bagaimana nasibnya? Diangkut pakai apa?” tanya Jainudin Karim saat memantau arus mudik di Pelabuhan Sampit, Kamis (2/7).
Kekhawatiran ini cukup logis karena pemerintah mengeluarkan aturan tentang pembatasan jumlah penumpang yang maksimal hanya sesuai kapasitas masing-masing kapal. Padahal, jumlah pemudik melalui Pelabuhan Sampit diprediksi meningkat, sementara keberangkatan kapal cukup terbatas.
Apalagi, fenomena yang terjadi saat ini, jumlah penumpang beberapa hari terakhir belum meningkat signifikan. Sehingga, diperkirakan penumpang akan membeludak pada hari-hari terakhir menjelang lebaran, padahal jumlah penumpang dibatasi.
Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Sampit memperkirakan, pemudik tahun ini naik sekitar 3,24 persen. Tahun lalu jumlah penumpang yang naik sebanyak 29.119 orang, sedangkan tahun ini diperkirakan mencapai 30.000 orang lebih.
Saat rapat gabungan belum lama ini disebutkan, ada 20 call atau keberangkatan kapal yang melayani penumpang mulai H-15 hingga sehari sebelum lebaran untuk tujuan Semarang dan Surabaya. Terdiri dari 11 keberangkatan dilayani kapal milik PT Pelayaran Nasional Indonesia dan 9 keberangkatan dilayani kapal milik PT Dharma Lautan Utama.
Pelni menambah tiga kapal sehingga menjadi enam kapal yang dioperasikan yaitu KM Binaiya, Leuser, Sirimau, Kelimutu, Lawit dan Bukit Raya, dengan kapasitas masing-masing sekitar 1.500 penumpang. Sementara PT DLU mengoperasikan dua kapal mereka yaitu Kirana I dan III dengan kapasitas masing-masing sekitar 600 penumpang. DLU tidak ada mengoperasikan kapal tambahan karena semua armada mereka juga digunakan mengangkut pemudik di pelabuhan lain.
“Kita akan usulkan penambahan lagi ke Direktur Perhubungan Laut, mudah-mudahan disetujui. Solusi lainnya, kita berharap ada toleransi jumlah maksimal penumpang. Misalkan satu kapal bisa mengangkut sampai 2000 penumpang saja, saya rasa akan cukup,” saran Jainudin.
Kepala KSOP Sampit, Benny Noviandinudin mengaku tetap optimistis seluruh penumpang akan terangkut. Meski begitu, dia juga tidak menampik tentang kondisi yang terjadi saat ini.
“Jumat lalu saya bersama pimpinan di Jakarta secara khusus membahas angkutan mudik lebaran di Pelabuhan Kumai dan Sampit. Saat ini masih dicarikan solusinya dengan melihat alternatif seperti menggunakan kapal perintis dan alternatif lainnya,” ucap Benny.
Benny berharap, tren peningkatan penumpang pesawat, didukung adanya penerbangan tambahan ke Semarang, bisa membantu mengurai konsentrasi penumpang sehingga tidak menumpuk menggunakan kapal laut. Dia berharap penyelenggaraan arus mudik lebaran tahun ini berjalan lancar dan seluruh pemudik bisa terangkut.
SERUPA DI KOBAR
Di Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar), Kalteng tampaknya mengalami nasib serupa dengan di Kotim. Kebijakan Kementerian Perhubungan RI yang tidak memperkenankan lagi dispensasi penambahan calon penumpang pada angkutan mudik lebaran pada jalur laut sebanyak 30 persen, sangat disayangkan karena tanpa solusi.
Kebijakan Kemenhub ini disesalkan Wakil Bupati Kotawaringin Barat karena dianggap tanpa memberikan solusi, seperti dengan penambahan kunjungan atau penambahan kapal yang akan menyeberangkan warganya yang hendak mudik lebaran tahun ini.
Bahkan Wakil Bupati Kotawaringin Barat, Bambang Purwanto menuding Menhub tidak adil dalam melayani warga Indonesia yang hendak mudik lebaran, karena untuk angkutan lebaran di luar Pulau Jawa, terutama angkutan laut tahun ini dibatasi dan harus sesuai dengan kapasitas angkutan pada kapal laut tersebut, sementara untuk angkutan lebaran di Pulau jawa dengan menggunakan angkutan darat, justru digratiskan.
“Kalimantan, khususnya Kabupaten Kotawaringin Barat yang terkenal sebagai salah satu jalur mudik terpadat jelang arus mudik Lebaran, kenapa justru dibatasi jumlah calon pemudiknya dengan tidak memberikan armada angkutan tambahan untuk calon pemudik,” kata Bambang Purwanto.
Hal ini diperparah dengan diterapkannya jumlah kapasitas maksimal angkutan sejak tahun ini yang semakin menyulitkan Pemda Kotawaringin Barat untuk menanggulangi lonjakan penumpang jelang Hari Raya Idul Fitri, karena jumlah armada yang disiapkan terbatas dan hanya mampu mengangkut separuh dari perkiraan jumlah calon pemudik di Kotawaringin Barat yang mencapai 36.000 calon penumpang.
Untuk mengantisipasi ini, Pemerintah Kotawaringin Barat sudah melayangkan surat kepada Kemenhub RI untuk memprtimbangkan penambahan sejumlah armada, selain itu pemerintah daerah juga telah menyurati TNI-AL dan TNI-AU untuk meminta bantuan dan kerjasama atas peminjaman fasilitas TNI seperti kapal dan pesawat untuk mengangkut calon penumpang.
Selain itu pemerintah juga sudah menghubungi perusahaan Pelayaran Indonesia (Pelni) untuk meminjamkan kapal barangnya untuk digunakan mengangkut penumpang dari Pelabuhan Panglima Utar Kumai menuju Pulau Jawa, yakni Pelabuhan Tanjung Emas Semarang dan Tanjung Perak Surabaya.
Wakil Bupati Kotawaringin Barat juga mengharapkan agar perusahanan yang beroperasi di wilayah Kotawaringin Barat terutama pemilik perusahaan perkebunan kelapa sawit untuk merealisasikan Tunjangan Hari Raya (THR) segera mungkin kepada buruh mereka agar arus mudik Lebaran teratur dan tidak lagi mengalami lonjakan mendadak jelang arus mudik lebaran karena sebagian buruh menunggu THR keluar. [] ANT