Saat Shalat Id di Lapas, Edy Hardoyo Berharap Dipindah

Saat Shalat Id di Lapas, Edy Hardoyo Berharap Dipindah

shalat id lapas bpp

BALIKPAPAN – Edi Hardoyo, Kepala Lembaga Pemasyarakatan Klas 2 A Balikpapan menyampaikan keinginannya agar segera dipindah tugas. Hal itu diutarakan Edi Hardoyo saat memberikan sambutan sebelum menunaikan ibadah Shalat Idul Fitri 1 Syawal 1436 H, Jumat (17/7/2015).

Shalat id sendiri diikuti sekitar 300-an orang dari narapidana dan petugas lapas dan dimulai pada pukul 07.00 wita dipimpin oleh Ustad Kusnadi dari pondok pesantren Hidayatullah sebagai Imam, Shalat berjalan dengan khidmat dan diakhir oleh khutbah sang Imam.

Setelah shalat Kalapas Edy Hardoyo memberikan sambutannya, Edy meminta maaf sebesar-besarnya bila selama kepemimpinannya ada salah kata dan menyakiti perasaan pegawai atau para napi.

“Pertama-tama saya ucapkan selama hari raya Idul Fitri 1 Syawal 1436 H, saya mewakili keluarga dan intitusi meminta maaf bila selama kepemimpinan ada salah kata atau tindakan yang menyakiti teman-teman di sini,” kata Edi.

Selain itu Edy menceritakan bahwa lebaran tahun ini merupakan yang ketiga kalinya bersama lapas Klas 2A Balikpapan, ia berharap ini lebaran terakhir dan selanjutnya bisa mengabdi di tempat yang baru.

“Tak terasa sudah tiga kali lebaran saya rasakan disini, saya mohon doa agar saya cepat dipindahtugaskan ke tempat baru, pinta saya agar bisa dipindah ke pulau Jawa, tapi semua keputusan ada di pusat, saya mohon doanya dari teman-teman,” ujarnya.

Saat ditemui setelah acara Edi mengatakan permintaan doanya semata-mata ingin mencari suasana baru, dan tak ada maksud lain.

“Saya sudah tiga tahun, cukup untuk pimpin lapas, mudahan dapat tempat dan suasana baru agar mendapat tantangan baru pula, milih pulau jawa, mungkin karena sudah di kalimantan saya pernah merasakan semua, mungkin jawa pelabuhan selanjutnya,” tutup Edi.

REMISI

Sementara, bagi sebagian narapidana, pada perayaan Idul Fitri kali ini, mendapatkan nikmat lebih, berupa remisi atau pemotongan masa tahanan. Mereka tentu saja makin bersuka cita. Kegembiraan itu dirasakan 421 warga binaan.

Setelah shalat selesai para napi tetap berkumpul di lapangan untuk mendengarkan pembacaan remisi yang diperoleh. Besaran remisi bervariasi mulai 15 hari hingga 2 bulan potongan masa hukuman.

Tak terkecuali Ticka Budana Bin Asmaran, ia satu-satunya napi yang bisa langsung bebas pada lebaran tahun ini, setelah menjalani hukuman selama 1 tahun 6 bulan akibat terlibat dalam penyalahgunaan narkoba. “Senang bisa langsung berkumpul dengan keluarga, kangen makan masakan orang rumah,” katanya.

Ticka belum tahu apakah akan dijemput keluarga saat dirinya bebas, tapi menurutnya keluarga sudah diberi kabar soal kebebasannya. “Sudah dikabarin, cuma tidak tahu mereka datang menjemput atau tidak,” katanya.

Ada yang bahagia, adapula yang haru. Kalapas menceritakan dirinya baru saja di datangi salah satu napi dan menceritakan kesedihannya, di hari lebaran sanak keluarga tak bisa datang berkunjung akibat tempat tinggal yang jauh dan tidak ada biaya.

“Saya baru saya didatangi napi dia sedih keluarganya tiba bisa datang pas lebaran, soalnya jauh dan belum ada biaya, keluarganya tinggal di muaro koman kabupaten paser, seperti itu contoh lebaran para napi ada yang senang, bisa bebas dan bertemu keluarga, tapi adapula yang keluarga tak bisa datang menjenguk, padahal sudah kangen sekali, kita melihatnya tentu sedih, harus terpisa dengan keluarga di hari raya,” kata Edi. [] TBK

Serba-Serbi