SAMARINDA. Korban ke-13 lubang tambang ditemukan di kedalaman 8 meter. Koko Tri Handoko sebelumnya dinyatakan hilang pada Selasa (8/12) sore lalu, di danau bekas tambang di Kelurahan Bentuas, Kecamatan Palaran.
Tenggelamnya pelajar kelas dua SMA 1, Kelurahan Sangasanga Dalam, Kecamatan Sangsanga, Kutai Kartanegara (Kukar) ini, memang menyedot perhatian. Dia merupakan korban lubang tambang ke-13 yang merenggut warga Samarinda.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Samarinda dan Kaltim, tim relawan dibantu warga sekitar, terus melakukan pencarian sejak pagi kemarin. Namun baru ditemukan sekitar 16.45 Wita.
Saat remaja 16 tahun ini masih dalam proses pencarian, cukup menyedot perhatian warga sekitar. Tidak hanya puluhan, bahkan ratusan orang berkumpul di sekitar lubang tambang untuk menyaksikan proses pencarian. Empat penyelam BPBD Kaltim melakukan upaya penyisiran dari dalam air. Danau bekas galian tambang ini diperkirakan memiliki kedalaman hingga 20 meter. Mereka melakukan proses penyelaman secara bergantian.
Saat sejumlah relawan tengah sibuk melakukan pencarian, lokasi tambang yang jaraknya tak jauh dari pemukiman, membuat warga sekitar terus berdatangan. Kendati warga ramai berkerumun, namun tidak sedikitpun menggangu proses pencarian.
Kepala BPBD Kaltim Wahyu Widhi Hernata mengatakan, selain empat orang penyelam lengkap dengan peralatannya, pihaknya juga menyertakan dua unit perahu. Pada upaya penyelaman juga terlihat sejumlah warga menggunakan alat bantu berupa kompresor guna memaksimalkan upaya pencarian.
Seperti tidak mengenal lelah, dari malam tembus pagi hingga siang dan sore hari, relawan terus melakukan pencarian. Baik di dalam air maupun di kawasan hutan dan pemukiman sekitar. Namun baru pukul 16.45 Wita kemarin, tangan seorang penyelam BPBD Kaltim berhasil menemukan keberadaan tubuh remaja yang bermukim di RT 14, Jalan Yos Sudarso, Kelurahan Sangasanga Dalam, Kecamatan Sangasanga, Kukar, ini.
“Korban (Koko, Red) berhasil kami temukan di kedalaman 8 meter dengan kondisi sudah tidak bernyawa,” tutur Didit —sapaan Wahyu Widhi Hernata.
Setelah berhasil ditemukan dengan keadaan terbujur kaku, jenazah Koko langsung di bawa dengan pihak keluarga.
Sementara itu, sebelum jenazah Koko ditemukan, seorang rekannya bernama Teddy Saputra menuturkan, kalau saat kejadian dirinya dan kelima rekannya sedang asik berenang. Saat inilah dikatakan Teddy, Koko diketahui keluar dari air untuk menyingkirkan pakaiannya dari tepi danau agar tidak kotor atau basah terkena percikan air.
“Saat itu kami sudah tidak ada lagi yang melihat apakah dia (Koko, Red) masuk lagi ke dalam air atau pergi ke tempat lainnya,” tutur Teddy.
Tidak melihat keberadaannya rekannya, Teddy bersama yang lainnya langsung melakukan upaya pencarian semaksimal mungkin. Pencarian dilakukan bukan hanya di kawasan danau tempat mereka berenang, namun hingga ke kawasan hutan dan pemukiman sekitar.
“Setelah maghrib dan karena tidak ketemu juga, akhirnya kami memutuskan untuk mendatangi kediamannya serta memberitahukan pada orang tuanya,” ucap Teddy.
Belakangan diketahui, kalau Koko bersma rekan-rekannya sudah tiga kali mendatangi lokasi tersebut. Menurut Teddy, Koko merupakan sosok yang tidak terlalu lihai dalam hal berenang. Ali Aspar, ayah Koko (45) mengatakan, jika anak kedua dari dua bersaudara tersebut cukup jago berenang.
Dijelaskan Ali, sebelum Koko meninggalkan rumah, dirinya sempat mendapatkan firasat yang tidak nyaman. Perasaan ini dirasakan Ali saat seorang keponakan Koko yang berusia 10 tahun meminta untuk digendong namun ditolak.
“Setelah itu perasaan saya sudah tidak nyaman,” ucap Ali.
Menanggapi hilangnya Koko di seputaran kolam bekas galian tambang, Kapolsekta Palaran Kompol Yosafat Sallata menuturkan kesedihannya dengan 13 nyawa anak yang telah meregang di dalam kolam bekas galian tambang. Ditegaskan Yosafat, keadaan seperti ini dan korban-korban selanjutnya akan terus bertambah dan akan terus terulang jika tidak ada tindakan tegas dari pihak pemerintah.
“Jika dibilang lalai tentu saja. Untuk mengatasinya pemerintah harus bisa mengambil tindakan tegas dengan mencari cara agar lubang tersebut segera ditutup,” tegas Yosafat.
Kelalaian yang menyebabkan tewasnya Koko, dijelaskan Yosafat akan mendapatkan proses lebih lanjut apabila pihak keluarga merasa keberatan dan peristiwa ini.
“Tentu akan kita lakukan penyelidikan. Tetapi kita masih menunggu apakah akan di lakukan penyelidikan atau tidak nantinya,” pungkas Yosafat. [] SP