Primata Indonesia Terancam Punah

Primata Indonesia Terancam Punah

Peserta diskusi bertajuk “Membangun Strategi Konservasi Orangutan Kalimantan Barat” di Pontianak pada Selasa (30/1) (Foto:Yuni Hairunita)

PONTIANAK-Memperingati hari Primata Indonesia yang jatuh pada tanggal 30 Januari, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Barat bersama para mitra penggiat konservasi primata melakukan diskusi bertajuk “Membangun Strategi Konservasi Orangutan Kalimantan Barat” di Pontianak pada Selasa (30/1).

Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati, Kementerian Lingkungan dan Kehutanan Republik Indonesia, Bambang Dahono Adji mengatakan, lebih dari 600 jenis primata (bangsa kera atau monyet) di dunia setidaknya 58-59 jenis dapat ditemukan di Indonesia. Sayangnya, primata Indonesia itu terancam punah akibat kehilangan habitat dan perdagangan liar. Perdagangan primata merupakan ancaman paling serius terhadap kelestarian primata Indonesia setelah kerusakan habitat.

“Butuh keperdulian kita bersama untuk menjaga agar primata indonesia tetap lestari, dalam menangani perdagangan primata yang dilindungi . Pemerintah indonesia sangat konsisten dan menjadikan hal tersebut sebagai salah satu prioritas yang masuk ke dalam indikator kinerja kementrian.” ungkapnya.

Manager Program Kalimantan Barat WWF Indonesia, Albertus Tjiu melanjutkan, Keberadaan satu-satunya kera besar di benua Asia tersebut berdasarkan data IUCN 2016 semakin terancam, status dua  spisies, P.p.pygmaeus dan P.p.wurmbii naik dari Endangered menjadi Critically Endangered . Naiknya status ini di sebabkan oleh adanya konversi dan kebakaran habitat , serta pemburuan . Hal ini menjadi fokus utama diskusi sebagai upaya konservasi orangutan di Kalimantan Barat.

“Para pihak sebagai kunci utama keberhasilan dalam mengimplementasikan strategi dan rencana aksi konservasi orangutan . Kolaborasi keseluruh pihak akhirnya menjadi bagian yang tidak dapat diabaikan, bagaimana kemudian rencana perlindungan orangutan di Kalbar khususnya dapat dibangun dan diimplementasikan secara kolaborasi sehingga manfaatnya dapat dirasakan semua pihak,” ujar Albertus.

Disampaikan juga  kepala Balai KSDA Kalbar, Sadtata Noor Adirahmanta bahwa saat ini kasus kejahatan terhadap satwa liar masih tinggi.

“Dalam rangka menurunkan kasus kejahatan satwa liar khususnya orangutan, berbagai pihak kemudian dilibatkan dalam diskusi kali ini. Perlu kita lakukan bersama dan sinergikan . strategi konservasi seperti apa yang dapat kita jalani bersama kedepannya,” ucap Sadtata Noor disela-sela diskusi.

Pertemuan para pihak ini merupakan tindak lanjut dari penyusunan strategi dan rencana Aksi Konservasi (SRAK) orangutan Kalbar, SRAK Orangutan belum sepenuhnya menjawab permasalahan yang terus timbul pasca perumusan. Jika solusi konservasi orangutan termasuk keanekaragaman hayati kunci lainnya bisa di rumuskan,  termasuk juga pertimbangan aspek peningkatan ekonomi masyarakat lokal, kami yakin pilar konservasi dapat terwujud dan menguntungkan bagi semua pihak. (Yuni Hairunita)

 

Serba-Serbi