PONTIANAK-Pemerintah bersama Perusahaan Listrik Negara (PLN) terus berkomitmen dalam mengejar target bauran energi baru terbarukan (EBT) 23 persen di tahun 2025. Direktur bisnis regional Kalimantan PT PLN (Persero) Machnizon Masri menyampaikan pengembangan energi baru terbarukan menjadi prioritas PLN dalam menyelesaikan mega proyek nasional 35.000 MW.
Hal ini disampaikan saat meninjau proyek pembangkit listrik tenaga biomassa (PLTBm) di daerah Wajok Hulu, Kecamatan Siantan, Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat (27/2). Pengembangan energi baru terbarukan menjadi salah satu prioritas PLN terutama di regional Kalimantan untuk menggantikan pembangkit yang menggunakan bahan bakar minyak/diesel. Saat ini di Wilayah Kalimantan Barat, presentase pembangkit yang masih menggunakan minyak sebagai bahan bakarnya masih sebesar 44 persen.
“Selain mengedepankan pemerataan kelistrikan untuk daerah-daerah yang belum mendapatkan akses energi listrik, PLN juga mengupayakan listrik dengan tarif yang terjangkau sehingga meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu langkahnya dengan bekerjasama dengan Independent Power Producer (IPP) pengembang EBT,” kata Machnizon.
“Dengan beroperasinya pembangkit listrik biomassa ini biaya pokok penyediaan (BPP) energi listrik di Wilayah Kalimantan Barat akan turun. Kami sangat mendukung para pengembang untuk membangun pembangkit listrik dengan green energy seperti ini,” tambahnya.
Pembangkit IPP milik PT Rezeki Perkasa Sejahtera Lestari ini memasok listrik sebesar 10 Mega-Watt atau sebesar 74 juta kilo watt hour (kWh) per tahun ke Sistem Khatulistiwa mulai hari ini (27/2).
Ditemui di kesempatan yang sama, Deputi bidang Restrukturisasi dan Pengembangan Usaha Kementerian BUMN sekaligus Komisaris PLN Aloysius Kiik Ro, menyampaikan arah pemerintah untuk mengembangkan energi baru terbarukan sebagai sumber energi dan meningkatkan porsinya dalam bauran energi nasional sudah benar. “Potensi sumber energi terbarukan di Kalimantan terutama biomassa sangat besar. Dengan luasnya lahan perkebunan sawit, cangkang sawit dapat digunakan sebagai sumber energi untuk membangkitkan listrik yang ramah lingkungan dengan harga yang murah dan sustain,” ungkap Alloy.
Pembangkit yang mulai dibangun pada Desember 2016 ini menggunakan bahan bakar dari energi baru terbarukan, yakni cangkang sawit, sekam padi, tongkol jagung, ampas tebu, serbuk kayu dan limbah pertanian lainnya. Harga material tersebut berkisar Rp 600/kg. Diperkirakan kebutuhan bahan bakar untuk memproduksi energi listrik setahunnya sebanyak 98.400 ton pertahunnya.
Untuk mengamankan pasokan energi primernya, pihak PT Rezeki Perkasa menjalin kerjasama dengan pengusaha perkebunan kelapa sawit (PKS) yang berada tersebar di provinsi Kalimantan Barat. Kedepannya akan dijalin kerjasama dengan pihak pemilik lahan untuk membuat koperasi demi meningkatkan perekonomian masyarakat lokal.
General Manager PLTBm PT Rezeki Perkasa Sejahtera Lestari, Panahatan mengatakan, untuk membangun PLTBm ini pihaknya menginvestasikan dana lebih dari Rp US$ 21 juta. “Dari total kapasitas terpasang 1×15 Mega-Watt, kami dan PLN sudah sepakat untuk menyalurkan sebesar 10 mega-watt terlebih dahulu sesuai power agreement yang sudah ditandatangani pada 2016 lalu,” ujarnya.
Perjanjian jual beli tenaga listrik ini menggunakan skema build, own, operate, transfer (BOOT) yang mana apabila perjanjian yang telah disepakati bersama dengan kontrak 20 tahun habis, maka pembangkit ini akan menjadi milik PLN.
Dengan beroperasinya pembangkit ini akan memperkuat pasokan listrik di sistem Khatulistiwa dan menggantikan beberapa pembangkit listrik tenaga diesel yang beroperasi sebelumnya. General Manager PLN Wilayah Kalimantan Barat, Richard Safkaur, menyampaikan pihaknya telah menyiapkan jaringan untuk menyalurkan listrik dari PLTBm ini ke Sistem Khatulistiwa. “Kami sudah membangun jaringan listrik tegangan menengah (JTM) 20 kilo-volt sepanjang 5,65 kilo meter sirkit (kms) menuju titik interkoneksi di Gardu Induk (GI) Siantan. Langkah ini sebagai komitmen kami dalam mendukung program pemerintah dan menjalankan bisnis yang berwawasan lingkungan,” pungkasnya.(Rachmat Effendi)