RUSIA – Bloomberg Intelijen Amerika Serikat (AS) mengatakan Rusia telah menggunakan peluru kendali (rudal) dari Korea Utara (Korut) untuk menyerang target di Ukraina sebagai bagian dari serangan udara dalam beberapa minggu terakhir. Hal ini menunjukkan ketergantungan Moskow yang meningkat pada negara lain untuk melanjutkan perang.
Juru bicara Gedung Putih, John Kirby, mengatakan hasil penilaian intelijen AS pada wartawan, bahwa pemerintah AS yakin Rusia menggunakan rudal dari Korut dalam setidaknya dua serangan pada, 30 Desember dan 02 Januari.
Kirby mengatakan AS juga yakin Rusia sedang berusaha mendapatkan rudal balistik jarak dekat dari Iran, meskipun AS belum yakin Iran telah mengirimkan sistem senjata tersebut. Rusia sering menggunakan drone buatan Iran untuk meluncurkan serangan ke Ukraina dalam beberapa bulan terakhir.
Gedung Putih menambahkan, mereka sedang membangun pabrik yang akan memproduksi drone yang dirancang oleh Iran. Bloomberg, Intelijen AS mengatakan Rusia telah menggunakan rudal dari Korut untuk menyerang target di Ukraina sebagai bagian dari serangan udara dalam beberapa minggu terakhir. Hal ini menunjukkan ketergantungan Moskow yang meningkat pada negara lain untuk melanjutkan perang.
Juru bicara Gedung Putih, John Kirby, mengatakan hasil penilaian intelijen AS pada wartawan, bahwa pemerintah AS yakin Rusia menggunakan rudal dari Korut dalam setidaknya dua serangan pada 30 Desember dan 2 Januari.
Kirby mengatakan AS juga yakin Rusia sedang berusaha mendapatkan rudal balistik jarak dekat dari Iran, meskipun AS belum yakin Iran telah mengirimkan sistem senjata tersebut. Rusia sering menggunakan drone buatan Iran untuk meluncurkan serangan ke Ukraina dalam beberapa bulan terakhir. Gedung Putih menambahkan, mereka sedang membangun pabrik yang akan memproduksi drone yang dirancang oleh Iran.
Rusia berencana untuk terus menggunakan rudal balistik Korut yang dapat ditembakkan dari jarak hingga 550 mil – dalam beberapa minggu mendatang, kata Kirby, tanpa merinci bagaimana AS memperoleh informasi tersebut.
Pejabat administrasi Biden berencana untuk mengangkat masalah ini di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), dengan tuduhan bahwa transfer rudal Korut ke Rusia melanggar beberapa resolusi yang ada yang membatasi perdagangan dengan Pyongyang. AS juga berencana untuk menerapkan sanksi baru terhadap pihak-pihak yang bekerja untuk memfasilitasi kesepakatan tersebut. “Kami tidak akan membiarkan negara lain membantu mesin perang Rusia secara diam-diam,” kata Kirby, Jumat (05/01/2024).
Pemerintahan Biden telah menyoroti upaya Rusia untuk mengumpulkan peralatan dari negara-negara seperti Iran dan Korut dengan menyatakan bahwa sanksi dan upaya Ukraina dan sekutunya di medan perang telah menguras cadangan militer Rusia.
Para legislator gagal tahun lalu untuk mengesahkan bantuan tambahan ke Ukraina. Gedung Putih dan Senat dari Partai Republik saat ini sedang merundingkan paket yang akan menawarkan lebih banyak senjata di samping kontrol imigrasi baru di perbatasan AS-Meksiko.
Upaya AS untuk mengisolasi Putin setelah invasi Ukraina telah mendorong pemimpin Rusia itu lebih dekat ke Korut dan Iran. Pemimpin Korut Kim Jong Un dan Putin bertemu pada September di Rusia. Menurut AS, pembicaraan difokuskan pada peningkatan kesepakatan senjata antara kedua negara. Putin juga menjanjikan hubungan yang lebih erat dengan Iran bulan lalu setelah bertemu dengan mitranya dari Iran, Ebrahim Raisi.
Redaksi02