JAKARTA – Nilai tukar (kurs) mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di akhir perdagangan Rabu, ditutup menurun menjadi Rp 15.570 per dolar AS, tertekan kinerja dolar AS yang menguat. “Rupiah bergerak melemah pada perdagangan hari ini ditekan oleh kinerja mata uang dolar AS yang menguat,” kata analis Indonesia Commodity & Derivatives Exchange (ICDX) Taufan Dimas Hareva di Jakarta, Rabu (10/01/2024).
Taufan mengatakan kenaikan pada kinerja dolar AS dipengaruhi oleh peningkatan imbal hasil Treasury AS atau obligasi Pemerintah AS. Pergerakan tersebut mencerminkan meningkatnya skeptisisme di kalangan investor terhadap ekspektasi pasar terkait penurunan suku bunga acuan bank sentral AS atau Federal Reserve tahun ini.
Para pelaku pasar saat ini memperkirakan sekitar 135 basis poin pelonggaran dari Federal Reserve, dengan peluang besar penurunan suku bunga dimulai pada awal Maret 2024. Perkiraan tersebut selaras dengan kenaikan imbal hasil Treasury baru-baru ini, dengan imbal hasil Treasury 10-tahun yang naik menjadi 4,03 persen dan imbal hasil Treasury 2 tahun meningkat menjadi 4,379 persen.
Dari dalam negeri, kinerja penjualan eceran pada Desember 2023 diperkirakan tetap tumbuh kuat, tercermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) Desember sebesar 217,9 atau secara tahunan meningkat 0,1 persen secara year on year (yoy). Tetap kuatnya kinerja penjualan eceran tersebut didorong oleh meningkatnya pertumbuhan kelompok bahan bakar kendaraan bermotor serta makanan, minuman, dan tembakau.
Pada penutupan perdagangan Rabu, rupiah merosot 50 poin atau 0,32 persen menjadi Rp 15.570 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp 15.520 per dolar AS. Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Rabu juga melemah ke posisi Rp 15.568 per dolar AS dari posisi sebelumnya Rp 15.518 per dolar AS.
Redaksi02