JAKARTA – PRABOWO Subianto dan Gibran Raka Bumiraka memenangi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 versi quick count atau hitung cepat sejumlah lembaga survei. Tak hanya itu, pilpres juga dipastikan hanya berlangsung satu putaran.
Tiga jam pasca proses pencoblosan pemilu yang berakhir pada pukul 13.00 waktu setempat, 10 lembaga survei rata-rata menempatkan kemenangan Prabowo – Gibran di angka 54 hingga 58 persen. Sementara pasangan Anies Baswedan – Muhaiman Iskandar 22 – 25 persen dan pasangan Ganjar – Mahfud 16 – 19 persen.
Kesepuluh lembaga survei itu antara lain Lembaga Survei Kedai Kopi (PT Kio Sembilan Lima), Litbang Kompas (PT Kompas Media Nusantara), Charta Politika (PT Indonesian Consultant Mandiri), dan Populi Center (Public Opinion & Policy Research).
Kemudian, Indikator Politik Indonesia, Politika Research and Consulting atau PRC (PT Publik Riset Cendekia), PT Poltracking Indonesia, Lembaga Survei Indonesia (LSI), Voxpol Center Research and Consulting serta Centre For Strategic and International Studies (CSIS).
Meski hasil hitung cepat bukanlah hasil resmi pemilu, karena hasil resmi Pemilu 2024 tetap menunggu perhitungan suara secara manual oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU), namun diprediksi hasil tersebut tidak akan jauh berbeda dengan reel count KPU.
Berdasarkan pemilu presiden beberapa tahun lalu bisa dipastikan bahwa hasil quick count tidak jauh berbeda dengan hasil real count dari KPU. Dan sudah bisa dipastikan bahwa Prabowo-Gibran akan menjadi Presiden dan Wakil Presiden baru bagi Indonesia.
Karena itu, begitu mengetahui dirinya unggul jauh dari paslon lain, Prabowo didampingi Gibran dengan penuh percaya diri menyampaikan pidato kemenangan di hadapan para pendukungnya di Istora Senayan, Jakarta, Rabu (14/02/2024) malam.
Mengawali pidatonya, calon presiden nomor urut dua ini menyapa satu per satu nama-nama tokoh yang hadir dalam perayaan kemenangan (versi hitung cepat) itu.
“Kita masih diberi kesehatan sore hari berkumpul di tempat bersejarah ini untuk menyambut hasil sementara dari pemilihan umum pemilihan presiden yang baru saja dilaksanakan oleh seluruh rakyat Indonesia baik di dalam negeri maupun di luar negeri,” kata Prabowo.
Sejumlah tokoh yang dia sapa dalam acara itu, antara lain para ketua umum dan sekretaris jenderal partai-partai politik pengusungnya yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Maju. Partai politik pengusung Prabowo-Gibran yaitu, Partai Gerindra, Partai Golkar, Partai Amanat Rakyat, Partai Bulan Bintang, Partai Demokrat, Partai Solidaritas Indonesia, Prima, Partai Gelora, dan Partai Garuda.
Dia juga menyapa Gibran dan istrinya, Selvy Ananda yang hadir dalam acara itu. “Saudara-saudara sekalian, saya menyapa tokoh-tokoh yang hadir insyaallah Wakil Presiden RI Mas Gibran Rakabuming Raka beserta Mbak Selvy Ananda,” kata Ketua Umum Partai Gerindra ini.
Tak hanya para elite, dia juga turut menyapa organisasi relawan yang hadir. Mereka yaitu Projo, Bara JP, Samawi, Gempita, Rela NU, Repnas, Bolone Mase, Matahari 08, Laskar Trisakti, Pesaudaraan 98, dan Relawan Sahabat Ara.
Menurut Prabowo, hari ini seluruh rakyat Indonesia di seluruh Tanah Air baru saja melaksanakan tugas konstitusi sebagai warga negara dengan menjalankan kedaulatan rakyat. Dia mengatakan kewajiban itu ditunaikan dengan memilih presiden, wakil presiden, serta wakil-wakil di DPR dan DPD.
Menteri Pertahanan Republik Indonesia (RI) ini mengatakan, sekalipun diklaim sebagai pemilu terbesar di dunia, dia mensyukuri pemilu berjalan dengan aman dan tertib. “Kita bersyukur yang diakui sebagai pemilihan umum terbesar di dunia kita laksanakan dengan aman tertib sejuk tidak ada ketegangan kekisruhan,” kata Prabowo.
Atas nama TKN Prabowo-Gibran dan KIM, dia menyampaikan terima kasih kepada KPU, Badan Pengawas Pemilu atau Bawaslu, hingga Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu atau DKPP. “Yang telah menyelenggarakan pemilihan umum terbesar di dunia dalam keadaan lancar dan sukses,” ujarnya.
Atas nama TKN Prabowo-Gibran dan KIM pula, dia bersyukur atas hasil hitung cepat. “Semua lembaga survei termasuk lembaga yang berada di pihak-pihak paslon lain menunjukkan angka-angka yang memang paslon Prabowo-Gibran menang sekali putaran,” jelasnya penuh optimis.
Sementara Gibran dalam pidatonya mengatakan, tiga bulan lalu dirinya bukan siapa-siapa. Dia mengaku sering diremehkan dan kerap dikata-katai plonga-plongo. “Tiga bulan yang lalu saya itu bukan siapa-siapa, bapak/ibu sekalian. Saya masih dikatain planga-plongo, dikatain Samsul, dikatain takut debat,” katanya.
Wali Kota Sola ini menyatakan rasa terima kasihnya pada Prabowo yang telah membuka ruang kepada anak muda seperti dirinya. Selain itu, dia mengatakan bahwa keberhasilan dirinya menjadi wakil presiden berkat doa masyarakat.
“Tapi yang jelas ini berkat dukungan doa bapak/ibu semua, saya dan Pak Prabowo sekarang sudah ada di sini. Saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Pak Prabowo yang sudah memberikan ruang untuk anak-anak muda seperti saya,” imbuhnya.
IKUT PILPRES
Kemenangan pilpres tentu saja pencapaian yang luar biasa bagi seorang Prabowo Subianto. Betapa tidak, tiga kali dia sudah mengikuti kontestasi pemilihan presiden. Pertama saat mendampingi Megawati sebagai calon wakil presiden dalam pilpres 2009.
Dalam pilpres yang diikuti tiga pasangan calon tersebut, pasangan Megawati – Prabowo yang terkenal dengan jargon “Mega-Pro” hanya memperoleh 26,79 persen suara, kalah jauh dari pasangan Susilo Bambang Yudhoyono – Boediono dengan 60,80 persen suara. Sementara paslon lainnya, Jusuf Kalla – Wiranto hanya meraih 12,41 persen suara.
Pilpres lima tahun berikutnya (2014), Prabowo maju menjadi calon presiden didampingi Hatta Rajasa. Diusung koalisi partai yang tergabung dalam Koalisi Merah Putih (KMP), Prabowo-Hatta langsung berhadapan dengan Joko Widodo – Jusuf Kalla yang diasung Koalisi Indonesia Hebat (KIH) yang dimotori PDI Perjuangan.
Nasib baik belum berpihak pada Prabowo. Dalam pilpres yang digelar pada Rabu, 9 Juli 2014 itu, pasangan Prabowo – Hatta Rajasa hanya memperoleh 62.576.444 suara atau 46,85 persen suara. Sedangkan Jokowi – Jusuf Kalla unggul dengan 53,15 persen suara atau 70.997.833 suara pemilih.
Sempat terjadi drama di hari KPU secara resmi mengumumkan hasil perolehan suara pilpres, pada 22 Juli 2014. Prabowo menyatakan menarik diri dari proses pemilihan umum setelah sebelumnya menegaskan kemenangannya sejak hasil hitung cepat dirilis.
Ia mengatakan bahwa rakyat Indonesia “kehilangan hak-hak demokrasi” karena “telah terjadi kecurangan masif dan sistematis”. Prabowo juga menyatakan, dirinya dan Hatta menggunakan hak konstitusional yaitu menolak pelaksanaan Pilpres 2014 yang cacat hukum.
Menyusul pengunduran Prabowo, saksi-saksinya juga meninggalkan acara pengumuman hasil pemilu oleh KPU. Akan tetapi, penghitungan resmi terus berlanjut, dan Ketua KPU Husni Kamil Manik, mengatakan bahwa mereka sudah memenuhi kewajibannya untuk mengundang para saksi.
Kemenangan Jokowi sudah diprediksi dan terbukti beberapa jam kemudian karena jadwal pengumuman yang awalnya ditetapkan pukul 16:00 mundur empat jam. KPU menyatakan bahwa Jokowi – Jusuf Kalla memenangi Pilpres 2014.
Tahun 2019 menjadi titik balik bagi Prabowo. Dia kembali maju sebagai calon presiden didamping Sandiaga Uno sebagai wakilnya. Lawan yang dihadapi masih Jokowi. Namun kali ini sang petahana menggandeng KH Mar’uf Amin, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang juga tokoh Nahdlatul Ulama (NU).
Prabowo – Sandiaga maju diusung Partai Gerindra, Partai Demokrat, Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Keadilan Sejahtera dalam bingkai Koalisi Indonesia Adil Makmur. Sedangkan Jokowi – Ma’ruf Amin diusung PDI Perjuangan, Partai Golkar, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Nasdem, Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Hanura dan Partai Keadilan Persatuan Indonesia (PKPI) yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Maju.
Proses pemilihan presiden 2019 diwarnai sejumlah drama. Mulai dari istilah cebong dan kampret untuk menyebut pendukung dua kubu yang berseberangan, tagar #2019 Ganti Presiden, istilah buzzerRp yang menggambarkan para aktifis media sosial yang dibayar hingga drama hoak tentang penganiayaan Ratna Sarumpaet.
Namun di pilpres 2019 Prabowo kembali menelan pil pahit. Dia kembali kalah setelah hanya memperoleh 44,50 persen atau 68.650.239 suara. Sementara Jokowi – Ma’ruf unggul dengan 55,50 persen atau 85.607.362 suara.
Lagi-lagi Prabowo menolak hasil pemilu. Menurutnya, hasil Pilpres 2019 itu penuh dengan kecurangan yang tidak dapat diselesaikan oleh KPU. Dia pun menggugat KPU ke Mahkamah Konstitusi (MK). Massa pendukungnya pun tak tinggal diam. Mereka menggelar demonstrasi yang berujung kerusuhan di Jakarta pada tanggal 21 dan 22 Mei.
JABAT MENHAN
Namun tak lama berselang, kabar mengejutkan datang. Prabowo menerima tawaran Jokowi untuk bergabung dalam Kabinet Indonesia Maju. Penunjukan Prabowo sebagai Menteri Pertahanan diumumkan Jokowi di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (23/10/2019).
Prabowo beralasan, merapatnya dia ke Jokowi adalah dalam rangka rekonsialiasi agar dualisme di masyarakat imbas pilpres tidak melebar ke mana-mana. Namun pendukungnya tentu saja kecewa. Setelah berdarah-darah membela, mereka merasa seakan-akan ditinggalkan begitu saja.
Sementara di bawah kepemimpinan Prabowo, Kementerian Pertahanan (Kemenhan) menjadi instasi yang memiliki anggaran belanja terbesar dari seluruh Kementerian. Kemenhan mendapatkan ‘jatah’ belanja hingga Rp 127,35 triliun.
Anggaran ‘jumbo’ itu kemudian dimanfaatkan Prabowo untuk memperkuat alat utama sistem persenjataan (alutsista) yang dalam pandangannya sudah usang. Upaya tersebut dilakukan dengan merevitalisasi PT Pindad dalam pengembangan senjata dan kendaraan tempur, PT PAL Surabaya yang didorong untuk dapat memproduksi kapal selam. Hingga rencana pembelian pesawat tempur.
Selain itu, Kemenhan juga diserahi tugas untuk melaksanakan program ketahanan pangan. Yang kemudian dimanifestasikan dengan mewujudkan food estate di Gunung Mas, Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng). Namun belakangan program tersebut tak tercapai.
Sayangnya, di tengah upaya memacu industri pertahanan strategis nasional, Kemenhan seakan abai terhadap kesejahteraan prajurit sebagai obyek utama pertahanan dan keamanan negara. Hal itu yang kemudian berujung pada kritik yang disampaikan capres Anies Baswedan dalam sesi debat yang digelar KPU.
Anies bahkan memberikan nilai 11 dari 100 atas kinerja Menteri Pertahanan Prabowo. Alasannya adalah kesejahteraan para prajurit TNI yang dinilai tak diperhatikan oleh Prabowo. Salah satunya adalah tak ada rumah dinas untuk para perwira TNI yang bertugas, sehingga tempat tinggal jadi masalah tersendiri.
“Kalau rumah dinas tidak dipikirkan, kesejahteraan mereka tidak dipikirkan lalu bagaimana kita berharap mereka fokus (bekerja),” ujarnya dalam debat capres, Minggu (07/01/2024) malam.
Anies Baswedan juga mengkritik kenaikan gaji yang dinilainya kurang memadai selama masa pemerintahan saat ini. Mantan Gubernur DKI Jakarta itu membandingkan kinerja Kemenhan saat era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang mampu menaikan gaji sebanyak sembilan kali.
Penilaian Anies itu diungkapkan saat menanggapi Ganjar Pranowo yang memberikan penilaian 5 untuk kinerja Kemenhan era Prabowo Subianto. Saat itu, Ganjar menekankan pentingnya perencanaan pertahanan yang konsisten dan partisipasi dari seluruh matra, serta keberlanjutan pembangunan yang telah dimulai oleh para pendiri bangsa.
“Dalam perencanaan kita tidak boleh gonta-ganti. Kita mesti ajeg. Kita mesti konsisten. Kedua, kita mesti mendengarkan betul-betul dari seluruh matra. Maka seluruh proses perencanaannya harus bottom up,” kata Ganjar.
AKHIRNYA MENANG
Lepas dari itu, Pilpres kali ini menjadi pertaruhan terakhir bagi Prabowo. Dalam berbagai kesempatan dia menegaskan, dirinya secara bersungguh-sungguh berdoa, sebelum ajal menjemput kiranya Tuhan memberikan kesempatan kepadanya untuk berbakti dan mengabdikan diri pada bangsa dan negara.
“Apalagi sekarang saya siap dipanggil yang Maha Kuasa asal bisa berbakti untuk bangsa dan rakyat saya,” ujar Prabowo saat berkampanye di Subang, Jawa Barat, pada Sabtu (27/1/2024).
“Hanya satu permintaan saya pada Yang Maha Kuasa, Ya Allah berikan saya kesempatan sebelum saya dipanggil, berilah saya kesempatan melihat rakyat saya hidup sejahtera, melihat kemiskinan hilang dari bumi Indonesia, melihat koruptor kita usir dari Indonesia kalau perlu ditaruh di Pulau,” tuturnya lagi.
Permohonan tersebut terasa wajar mengingat pria kelahiran 17 Oktober 1951 ini telah memasuki usia 72 tahun. Usia yang cukup senja untuk beraktivitas di dunia politik. Untungnya, pendamping Prabowo adalah anak muda bernama Gibran Rakabuming Raka. Wali Kota Sola kelahiran 1 Oktober 1987 ini baru berusia 36 tahun.
Meski pencalonan Gibran cukup kontrovesial, namun anak muda itu pula yang menjadi senjata rahasia Prabowo memenangkan ‘pertarungan’ terakhirnya. Terlebih, Gibran menyandang status sebagai putra sulung Presiden Joko Widodo.
Kini Prabowo boleh berlega hati, ambisinya akhirnya terwujud. Dia siap mengabdikan diri sepenuh hati di sisa umurnya yang tak muda lagi. Prabowo juga akan meneruskan kerja-kerja Jokowi dalam tema keberlanjutan dengan program utama makan siang dan susu gratis bagi para pelajar untuk mencegah stunting.
Bila tak ada aral melintang, 20 Maret 2024 mendatang KPU akan menetapkan hasil perolehan suara masing-masing pasangan capres-cawapres. Lalu pada 20 Oktober 2024 dilakukan pelantikan presiden dan wakil presiden terpilih untuk periode 2024 – 2029. Selamat Jenderal! []
Penulis: Anjas Asmara | Penyunting: Agus P Sarjono