Putin Kian di Atas Angin, 2 Tahun Invasi Rusia ke Ukraina

Putin Kian di Atas Angin, 2 Tahun Invasi Rusia ke Ukraina

Putin belum mau berhenti. Usaha mendominasi Ukraina terus dilakukan. Meskipun ujungnya, warga sipil yang harus menerima konsekuensi.

 

HARI ini, 24 Februari 2024 tepat dua tahun sejak invasi Rusia atas Ukraina berlangsung pada 24 Februari 2022. Presiden Rusia Vladimir Putin tetap berniat untuk mengalahkan dan mendominasi Ukraina dua tahun setelah melancarkan invasi yang menyebabkan lebih dari setengah juta korban jiwa.

Banyaknya korban jiwa akibat serangan pasukan Rusia itu diperparah dengan kondisi yang mengerikan di garis depan sisi timur. Perubahan cuaca di wilayah tersebut menjadi tidak menentu. Tanah yang semula beku berubah menjadi lumpur tebal saat suhu menjadi hangat di luar musim, mengakibatkan dampak yang buruk pada kesehatan para tentara.

Menjelang ulang tahun kedua invasi pada 24 Februari, Rusia di bawah Vladimir Putin sedang naik daun dalam perang yang menggabungkan pertempuran parit yang mengingatkan pada Perang Dunia Pertama, dengan perang drone berbasis teknologi tinggi yang mengirimkan puluhan ribu pesawat nirawak ke langit.

Moskow -ibu kota Rusia, menorehkan sedikit kemajuan dalam beberapa bulan terakhir dan mengklaim kemenangan besar pada akhir pekan ketika berhasil mengambil alih Avdiivka di wilayah timur Donetsk yang diperebutkan.

Moskow kini menguasai hampir seperlima wilayah Ukraina termasuk semenanjung Krimea yang dicaploknya pada 2014, meskipun garis depan perang sebagian besar mengalami stagnasi dalam 14 bulan terakhir.

Sebenarnya Ukraina bukan tanpa perlawanan. Semangat angkatan bersenjata Ukraina dalam mempertahankan setiap jengkal wilayah itu, ditambah dukungan besar dari negara-negara barat, membawa harapan, bahwa Ukraina yang kalah jumlah pasukan dan persenjataan dapat memukul mundur pasukan Rusia.

Namun dua tahun kemudian, harapan akan kemenangan Ukraina tampak makin pudar dan hampa, begitu pula janji negara-negara Barat untuk mendukung Ukraina selama diperlukan.

Walaupun tetap memiliki semangat untuk melawan pendudukan Rusia, mereka menyatakan kesulitan dalam menahan musuh yang lebih banyak dengan persenjataan yang lebih mumpuni. Apalagi bantuan militer dari Barat yang melambat.

Wakil Menteri Pertahanan Ukraina Ivan Havryliuk mengatakan kepada Reuters bahwa Ukraina terpaksa bersikap defensif karena kurangnya amunisi artileri dan roket. Kyiv memperkirakan Rusia akan mengintensifkan serangannya di beberapa garis depan.

“Jika bantuan militer yang diperlukan terus ditunda, situasi di garis depan bisa menjadi lebih sulit bagi kami,” katanya dalam tanggapan tertulis, Rabu (21/02/2024).

Para pejabat Ukraina mengatakan angkatan bersenjata mereka berjumlah sekitar 800.000 prajurit, sementara pada Desember, Putin memerintahkan pasukan Rusia ditingkatkan sebanyak 170.000 tentara menjadi 1,3 juta tentara.

“Tahun ini adalah tahun yang paling sulit bagi Ukraina dibandingkan dengan perang yang pernah terjadi sejauh ini, sebagian karena kekhawatiran atas penggantian Zaluzhnyi dan mundurnya Avdiivka, namun sebagian besar, karena ketidakpastian besar mengenai tingkat bantuan Barat,” kata James Nixey, kepala program Rusia dan Eurasia di lembaga pemikir Chatham House, seperti dikutip CNBC International.

Rusia punya alasan untuk percaya diri dalam memenangkan perang berkepanjangan ini. Pasalnya bantuan militer Amerika senilai miliaran dolar kepada Ukraina masih belum disetujui dan belum jelas nasibnya.

Rusia jelas tampak bersemangat ketika perang memasuki tahun ketiga, kepercayaan diri mereka didukung oleh kemajuan belum lama ini. Perebutan Avdiivka minggu lalu menjadi kemenangan paling signifikan dalam sembilan bulan, diikuti oleh perolehan teritorial yang lebih kecil minggu ini, dan pembersihan lawan-lawan politik di dalam negeri menjelang pemilihan presiden bulan depan.

Tentu saja, Presiden Rusia Vladimir Putin diperkirakan akan memenangkan pemilu dengan mudah, terutama mengingat sebagian besar kritikus berada di pengasingan, dilarang berpartisipasi dalam politik, dipenjara atau mati.

Meskipun nasib perang tidak dapat diprediksi, para analis politik mencatat bahwa Rusia memegang kendali besar atas apa yang terjadi dalam perang tersebut, seperti halnya Barat.

 

PAHLAWAN SEJATI

Sementara itu, pada hari libur kenegaraan “Hari Pembela Tanah Air” di Moskow, tepat pada malam peringatan tahun kedua invasi Rusia ke Ukraina, Presiden Vladimir Putin memuji pasukan militer Rusia yang bertempur di Ukraina dengan menyebut mereka sebagai “pahlawan sejati”.

“Dalam beberapa tahun terakhir, kompleks militer dan industri telah melipatgandakan produksi senjata dan pasokan kepada pasukan,” tambah Putin dalam pesan video yang disiarkan oleh kepresidenan Rusia.

Dilansir CNA, Sabtu (24/2/2024), tahun ini perayaan tersebut bertepatan dengan perebutan Kota Avdiivka di Ukraina dan ketika Kongres AS memblokir bantuan militer ke Kyiv, yang kemudian disambut baik oleh Rusia.

Putin menghabiskan beberapa hari terakhir untuk menerbangkan pesawat pembom, membagikan medali kepada tentara dan menggembar-gemborkan “titik balik” di Ukraina. Di Moskow, Putin akan meletakkan bunga di Makam Prajurit Tak Dikenal di luar tembok Kremlin dan secara tradisional menyambut pasukan militer.

Liburan ini juga ditandai dengan perayaan di sekolah-sekolah, yang mengalami tingkat militerisasi yang belum pernah terjadi sebelumnya sejak Putin meluncurkan kampanye Ukraina.

Sebelumnya, dalam sebuah wawancara dengan jurnalis sayap kanan Amerika Tucker Carlson yang dirilis Kamis (22/02/2024), Presiden Vladimir Putin mengatakan negara-negara Barat harus paham bahwa “tidak mungkin” mengalahkan Rusia di Ukraina.

Di wawancara itu, Putin menegaskan keputusannya untuk menginvasi Ukraina sejak Februari 2022. Dan dia mengatakan negara-negara Barat sekarang menyadari bahwa Rusia tidak akan terkalahkan, meskipun AS, Eropa, dan NATO membantu Ukraina.

“Sampai saat ini, ada berbagai keributan dan teriakan mengenai kekalahan strategis bagi Rusia di medan perang. Namun kini mereka tampaknya mulai menyadari bahwa hal ini (mengalahkan Rusia) sulit untuk dicapai. Menurut pendapat saya, hal tersebut adalah hal yang sulit untuk dicapai. Mustahil,” katanya.

Ia juga menyampaikan pesannya kepada Kongres AS, di mana Partai Republik yang didominasi Trump semakin enggan untuk terus mendukung Ukraina dengan senjata dan bantuan militer lainnya.

“Saya akan memberi tahu Anda apa yang kami katakan mengenai masalah ini dan apa yang kami sampaikan kepada para pemimpin AS. Jika Anda benar-benar ingin berhenti berperang, Anda harus berhenti memasok senjata,” katanya. []

Penulis: Anjas Asmara | Penyunting: Agus P Sarjono

Berita Lainnya Breaking News Headlines Internasional