GAZA – Seorang bocah bernama Yazan Al-Kafarna (10 Tahun) meninggal dunia pada, Senin (04/03/2024) di Rumah Sakit (RS) Al-Najjar di Rafah, Gaza, Palestina. Yazan meninggal karena mengalami kekurangan gizi sejak dimulainya perang pada, 07 Oktober 2023 silam.
Berdasarkan foto yang dibagikan ayahnya pada, 02 Maret 2024, kondisi Yazan sebelum meninggal sangat mengenaskan. Dia tampak terbaring di ranjang RS dengan pipi yang cekung.
Dalam video lainnya, bocah berusia 10 tahun itu tampak sehat sebelum terjadinya perang. “Sebelum perang, dia dalam keadaan sehat, dia memiliki akses terhadap semua makanan dan perawatan medis yang dia butuhkan. Ketika perang dimulai, semuanya terputus. Hal ini terjadi pada dia karena kekurangan gizi dan dia tidak memiliki makanan penting,” kata ayah Kafarna.
Hingga, Rabu (06/03/2024), bocah yang meninggal dunia di Gaza akibat kekurangan gizi mencapai 16 orang.
Yazan dan keluarganya yang tinggal di Beit Hanoun, Gaza, Palestina harus mengungsi ke Rafah di selatan usai perang terjadi. Dalam wawancara yang dilakukan di Al Jazeera, ayah Yazan, Kafarna mengatakan, anaknya sempat bertahan hidup dengan mengonsumsi sepotong roti.
“Dia hidup dari sisa-sisa roti yang kami temukan dengan susah payah dan harganya sangat mahal. Jika kami tidak dapat menemukan makanan, kami akan memberinya gula supaya dia bisa tetap hidup,” kata Kafarna. Namun, tubuh Yazan tidak sanggup bertahan. Dia menderita kekurangan gizi yang kritis sebelum akhirnya meninggal dunia.
Kafarna mengatakan, anaknya sempat kehilangan berat badan. Di saat yang sama, keluarganya tidak sanggup memberikan makanan bergizi karena kesulitan memperoleh apa pun yang dibutuhkan. Kondisi kekurangan gizi Yazan semakin parah karena bocah tersebut menderita Cerebral Palsy (kondisi yang terjadi pada anak-anak dan menyebabkan terjadinya gangguan motorik) sejak lahir.
Akibatnya ia harus mengikuti diet khusus dan mengonsumsi suplemen. Namun, keluarganya mengatakan bahwa sejak awal perang, Kafarna tidak memiliki akses terhadap hal-hal tersebut. Juru bicara Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, Ashraf al-Qudra, mengatakan bahwa warganya tengah menghadapi perang baru, yaitu perang kelaparan.
Dia menyebutkan bahwa selama perang, jumlah orang yang meninggal karena kelaparan meningkat. Begitu juga dengan kasus gizi buruk juga semakin meningkat, terutama pada anak-anak. Di sisi lain, sistem kesehatan di Gaza utara kini sama sekali tidak mampu memenuhi kebutuhan wilayah yang terkepung, terutama setelah RS Kamal Adwan direbut pasukan Israel.
Kepala Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Pengungsi Palestina United Nations Relief and Works Agency (UNRWA) mengatakan, Gaza berada di ambang kelaparan. Pihaknya mengaku terakhir bisa mengantarkan bantuan pangan ke Gaza utara adalah pada, 23 Januari 2024.
Menurut UNRWA, setidaknya 500.000 orang menghadapi kelaparan sementara hampir seluruh penduduk Gaza yang berjumlah 2,3 juta orang, mengalami kekurangan pangan akut. Pada akhir Februari, setidaknya dua bayi meninggal karena kekurangan gizi dan dehidrasi di Gaza.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan para pejabat Palestina mengatakan, semakin banyak anak-anak di Gaza yang meninggal dunia karena kelaparan dan dehidrasi di tengah kondisi pembatasan bantuan. “Malnutrisi tingkat parah, anak-anak sekarat karena kelaparan, kekurangan bahan bakar, makanan dan pasokan medis, gedung rumah sakit hancur,” kata Direktur WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus.
Tedros mengimbau kepada Israel untuk memastikan pengiriman bantuan kemanusiaan yang aman serta menghentikan serangan imbas kondisi tersebut. Sementara itu, para perunding berkumpul di ibu kota Mesir, Kairo, pada, Minggu (03/03/2024) untuk melakukan pembicaraan mengenai kesepakatan gencatan senjata Israel-Hamas dan pembebasan sandera dari Gaza. Namun perundingan itu tidak dihadiri oleh delegasi Israel. []
Redaksi02