JAKARATA – Mata uang Asia terpantau mayoritas melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pasca hasil Federal Open Meeting Committee (FOMC) menunjukkan potensi pemangkasan suku bunga hanya satu kali serta inflasi yang diperkirakan semakin jauh dari target bank sentral AS (The Fed). Dilansir dari CNBC Indonesia pada Jumat (11/6/2024) pukul 09:50 WIB, pelemahan mata uang Asia terparah dipimpin oleh rupiah Indonesia sebesar 0,49%, won Korea Selatan turun 0,16%, hingga rupee India melemah 0,01%.
Namun berbeda halnya dengan peso Filipina yang justru menguat 0,12%.Indeks dolar AS (DXY) terpantau naik sebesar 0,53% pada Kamis (13/6/2024) ke angka 105,19. Sedangkan pada perdagangan hari ini terpantau menguat tipis 0,02% ke angka 105,21. Kenaikan DXY ini pada akhirnya menekan mata uang Asia meskipun The Fed berekspektasi tahun ini terjadi pemangkasan suku bunga.
Namun jika dilihat lebih dalam, ekspektasi pemangkasan suku bunga kali ini hanya satu kali. Hal ini berbeda jauh jika dibandingkan rapat pada Maret 2024 yang menunjukkan potensi penurunan suku bunga sebanyak tiga kali.Selain itu, perkiraan inflasi PCE dan inflasi inti PCE yang diproyeksi lebih tinggi dibandingkan saat rapat FOMC Maret silam yakni menjadi 2,6% dan 2,8%.
Hal ini semakin memberatkan potensi pembabatan suku bunga The Fed tahun ini karena target inflasi The Fed sendiri yakni di level 2%.Ketika penurunan suku bunga tidak terjadi, maka tekanan terhadap mata uang Asia masih akan terus terjadi. []
Putri Aulia Maharani