JAKARTA – Sikap Partai Golkar yang terkesan ragu-ragu mengusung Ridwan Kamil (RK) di pilkada Jakarta dinilai wajar. Pasalnya, tantangan di Jakarta berbeda dengan karakteristik RK di Jawa Barat (Jabar). Sebagaimana dilansir dari JawaPos.com, Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto masih akan menunggu situasi hingga Juli untuk memutuskan nasib RK maju dalam pemilihan gubernur (pilgub). Termasuk menunggu hasil survei terbaru.
Pengamat politik BRIN Wasisto Raharjo Jati mengatakan, Golkar pasti membuat perhitungan cermat. Sebab, meski punya popularitas yang baik, RK punya tantangan mencocokkan dengan basis pemilihnya. ”Saya pikir salah satunya pertimbangan basis dan latar belakang pemilih yang berbeda antara Jabar dan Jakarta,” ujarnya kemarin (18/6/2024).
Dari sisi kedekatan emosional, lanjut Wasisto, RK belum terlalu dekat dengan pemilih di Jakarta. Situasinya berbeda dengan pemilih di Jabar, kedekatannya sudah ada. ”Paling tidak, kedekatan emosional menjadi salah satu faktor pertimbangan pemilih di pilkada,” imbuhnya.
Namun, apakah Jakarta cukup berat untuk RK, Wasisto belum bisa menyimpulkan. Sebab, peluang akan sangat bergantung pada dinamika politik. Khususnya menyangkut peta koalisi dan lawan-lawannya. Sampai saat ini hal itu belum terlalu tampak. ”Kalau soal peluang sebenarnya dinamis,” ucapnya.
Di sisi lain, Wasisto juga menduga Golkar masih mengalkulasi perolehan kursinya dalam pembentukan koalisi. Di Jakarta Golkar dipastikan tidak bisa mengusung calon sendiri. Sementara itu, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) selaku peraih kursi terbanyak di Jakarta masih mengkaji semua opsi. Presiden PKS Ahmad Syaikhu menyatakan, ada banyak opsi. Bahkan, dia mengakui, ada tawaran bagi PKS untuk menjadi calon wakil gubernur pendamping RK dari Koalisi Indonesia Maju (KIM). ”Ada (tawaran) itu, makanya sedang kita coba analisis,” ujarnya kemarin.
Syaikhu mengungkapkan, pihaknya tengah menganalisis soal pilihan apa yang paling baik diambil. Semua pintu komunikasi dibuka dan belum ada yang final. Termasuk dengan Anies Baswedan. Meski berupaya mengusung kader sendiri, Syaikhu mengisyaratkan akan bersikap cair. Mengusung Anies, misalnya, bisa saja berjalan dengan syarat wakilnya dari PKS. ”Soal siapanya nanti tergantung chemistry dengan Pak Anies, ditawarkan saja,” ucapnya. Namun, jika Anies tidak menghendaki, akan ada keputusan lainnya yang dikaji.
Dalam politik, Syaikhu menegaskan harus siap dengan berbagai konsekuensi. Termasuk apabila dalam pilgub Jakarta PKS harus melawan KIM. ”Ya, namanya konsekuensi pilkada, harus dipersiapkan berhadapan dengan siapa saja. Jadi, itu konsekuensi logis,” tandasnya.[]
Putri Aulia Maharani