JAKARTA – Amerika Serikat (AS) tampaknya menjauhi jurang resesi. Ini terlihat dari tingkat pengangguran yang tetap rendah. Sebagaimana dilansir dari CNBC Indonesia, Tingkat pengangguran di AS terus meningkat. Yakni pada bulan Mei lalu 4% atau naik 3,9% dari bulan sebelumnya dan jauh naik dari bulan April tahun lalu 3,4% yang menjadi tingkat rendah.
Namun para ahli mengatakan angka 4% masih tergolong rendah dalam sejarah, dikutip dari awak media, Sabtu (22/6/2024). Kepala ekonom tenaga kerja Moodys’s Analytics, Marisa DiNatale menjelaskan alasan peningkatan tersebut. Ini karena adanya kelompok usia yang sangat fluktuatif. Pada bulan Mei tingkat pengangguran dipengaruhi mereka yang berusia 20-24 tahun yang masuk dan kembali ke dunia kerja. Libur sekolah dan musim panas juga menjadi faktor peningkatan jumlah pengangguran. Karena adanya peningkatan jumlah remaja, mahasiswa hingga lulusan baru yang mulai mencari kerja.
“Masyarakat kian sulit mendapatkan kerja saat lulus dari perguruan tinggi, namun tidak ada bukti adanya PHK besar-besaran dalam perekonomian,” jelas dia. Tahun ini memang dimulai dengan PHK besar-besaran dari raksasa teknologi seperti Google dan Amazon. Namun tren PHK belum meluas ke pasar tenaga kerja.
Selain itu, tingkat non-farm payrolls dilaporkan juga bertumbuh 272 ribu pada bulan lalu. Ekonom di Bank of America, Stephen Juneau mengatakan partisipasi angkatan kerja tinggi pada kelompok pekerja usia prima. Data BLS menyebutkan masyarakat berusia 25-54 tahun mencapai 83,6%. Jumlah itu tertinggi selama 20 tahun terakhir.
Namun AS tak sepenuhnya bisa bernapas lega, karena DiNatale mengatakan negara itu perlu khawatir saat angka mengajukan tunjangan pengangguran mencapai 260 ribu orang. Batas tersebut tak berbeda jauh dengan angka pengajuan hingga minggu yang berakhir 15 Juni, yakni mencapai 238 ribu orang AS. “Yang lebih mengkhawatirkan adalah saat penguasa merumahkan pekerja. Kami mencari gerakan besar dan tajam,” jelas dia. []
Putri Aulia Maharani