JAKARTA – Pemimpin Hamas yang tewas di tangah pasukan Israel bertambah satu. Kepala Biro Politik Hamas, Ismail Haniyeh, tewas di kediamannya di Teheran, Iran, pada Rabu (31/7/2024). Sebagaimana dilansir dari CNBC Indonesia, Melalui sebuah pengumuman, kelompok Hamas menyebut Haniyeh tewas setelah rumahnya diserang oleh pihak Israel.
“Kami berduka atas kematian Haniyeh. Beliau tewas dalam serangan berbahaya Zionis di kediamannya di Teheran,” ucap kelompok itu, seperti dikutip Reuters. Pengumuman serupa juga disampaikan oleh Garda Revolusi Iran (IRG). Lembaga itu mengatakan Haniyeh tewas bersama salah satu pengawalnya. “Kediaman Ismail Haniyeh, kepala kantor politik Perlawanan Islam Hamas, diserang di Teheran, dan sebagai akibat dari insiden ini, dia dan salah satu pengawalnya menjadi martir,” kata sebuah pernyataan oleh situs web berita Sepah milik Korps Garda Revolusi Islam, seperti dikutip AFP.
Ismail Haniyeh adalah tokoh politik Palestina terkemuka yang telah memainkan peran kunci dalam lanskap politik Timur Tengah yang kompleks. Lahir pada tahun 1963 di kamp pengungsi Shati di Gaza, Ismail Haniyeh bersekolah di sekolah yang dikelola Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan lulus dari Universitas Islam Gaza dengan gelar dalam sastra Arab pada tahun 1987. Ia mulai terlibat dengan kelompok Hamas saat mengenyam pendidikan di perguruan tinggi.
Ismail Haniyeh berpartisipasi dalam protes dalam Intifada Pertama dan dijatuhi hukuman penjara oleh pengadilan militer Israel. Setelah dibebaskan, otoritas militer Israel di wilayah Palestina yang diduduki mendeportasinya ke Lebanon bersama para pemimpin senior Hamas Abdel-Aziz al-Rantissi, Mahmoud Zahar, Aziz Duwaik, dan 400 aktivis lainnya.
Ia ditunjuk untuk mengepalai kantor Hamas pada tahun 1997 setelah Israel membebaskan Ahmed Yassin, pendiri Hamas. Pada Desember 2005, Haniyeh terpilih untuk mengepalai daftar Hamas, yang memenangkan pemilihan Dewan Legislatif bulan berikutnya. Haniyeh menjadi Perdana Menteri pemerintah Otoritas Palestina setelah kemenangan Hamas dalam pemilihan legislatif tahun 2006. Namun, ia diberhentikan dari jabatannya oleh Presiden Mahmoud Abbas pada tahun 2007, yang memperdalam konflik politik antara Fatah dan Hamas.
Selama konflik Fatah-Hamas, Haniyeh ditolak masuk ke Gaza dari Mesir di Perlintasan Perbatasan Rafah saat ia kembali dari perjalanan resmi pertamanya ke luar negeri sebagai PM pada 2006. Kemudian ketika ia mencoba menyeberangi perbatasan, baku tembak menyebabkan seorang pengawal tewas dan putra sulung Haniyeh terluka. Pada tahun 2016, Haniyeh menggantikan pimpinan utama Hamas yang dipimpin Khaled Mashaal dalam pemilihan umum.
Dapat dikatakan Haniyeh merupakan figur tertinggi dalam kelompok Hamas. Ia diketahui sering berada di luar Gaza untuk menghindari serangan dan blokade yang dilakukan oleh Israel, sembari menjalankan komunikasi dengan beberapa mitra Hamas seperti Qatar dan Iran.[]
Putri Aulia Maharani