MOSKOW – Militer Ukraina yang didukung NATO memulai serangan kejutan berskala besar ke wilayah Kursk Rusia pada awal Agustus, mengirim pasukan khusus, tentara bayaran, pejuang PMC, dan serangkaian peralatan Barat ke wilayah perbatasan. Serangan Ukraina itu terjadi di tengah percepatan kemajuan Rusia di Donbass dan dukungan Barat yang melemah. “Upaya pasukan Ukraina untuk maju telah dihentikan di seluruh wilayah Kursk, dengan sumber daya utama musuh dihancurkan dan pasukan Rusia bekerja untuk membersihkan permukiman musuh,” ungkap komandan pasukan khusus Akhmat Apti Alaudinov.
“Perlu dicatat bahwa sejak unit kami masuk…Hari-hari pertama kami sibuk menghentikan pasukan utama musuh, dan kami berhasil. Musuh benar-benar dihentikan di sepanjang perimeter,” tegas Alaudinov dalam wawancara dengan TV Rusia pada Selasa (20/8/2024). Menurut komandan, “Penghancuran sumber daya utama pasukan Ukraina, termasuk eselon terdepan mereka, telah menimbulkan kerusakan yang sangat parah pada musuh. Mereka kehilangan banyak peralatan, tank, kendaraan lapis baja, dan banyak infanteri.”
“Penghancuran musuh terus berlanjut, kami sudah membersihkan beberapa daerah berpenduduk. Saat ini, pekerjaan sedang dilakukan untuk membersihkan permukiman. Saya pikir saat ini, kami tidak perlu lagi khawatir bahwa musuh, tidak peduli berapa banyak sumber daya yang dimilikinya, dapat melewati daerah tempat kami berada,” tegas komandan tersebut.
“Mereka dihentikan di lokasi yang tidak terlalu menguntungkan bagi mereka… Bahkan sekarang mereka sudah mulai aktif menggali. Tidak akan terlalu menguntungkan bagi mereka untuk mempertahankan diri, karena saat ini kami sudah mengendalikan pasokan, transportasi, logistik musuh.
Dan mereka juga menderita kerugian besar pada rute logistik setiap hari,” tambah Alaudinov. Menurut komandan tersebut, tentara bayaran asing yang terlibat dalam operasi Kursk Ukraina termasuk prajurit dari negara-negara NATO. “Mereka menambahkan sejumlah besar tentara bayaran asing, sebanyak yang dapat dikerahkan (untuk operasi Kursk). Saya pikir perlu dicatat bahwa di antara tentara bayaran asing ini ada orang-orang yang bekerja langsung di unit NATO,” ujar Alaudinov.
Komandan Akhmat yakin operasi Kursk adalah rencana oleh kekuatan NATO yang dirancang untuk mengalihkan perhatian Rusia dan menyebabkannya menghentikan kemajuannya melalui wilayah lain, dan menekankan hal itu telah disertai dengan kejahatan perang oleh pasukan musuh. “AS dan Inggris memimpin operasi ini… Terobosan ini dimaksudkan untuk membuat kita bertekuk lutut dan mencekik kita. Sayangnya, ternyata musuh memasuki wilayah Rusia, warga sipil tewas, ditembak oleh musuh seolah-olah mereka berada di galeri tembak,” ujar dia.
Sebelumnya pada Selasa, dalam wawancara dengan seorang koresponden perang China, Alaudinov mengatakan dia memperkirakan pertempuran, tidak hanya di wilayah Kursk, tetapi operasi militer khusus secara keseluruhan, akan selesai dalam dua atau tiga bulan ke depan. Menjelang sore hari Senin, Alaudinov melaporkan telah menerima sejumlah besar bukti foto warga sipil Rusia yang “ditembak dari jarak dekat, di kepala, di belakang kepala.
” Sambil menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban, komandan tersebut berjanji mereka akan membalas dendam. Ukraina memulai serangan mendadak berskala besar ke wilayah Kursk pada pagi hari tanggal 6 Agustus. Pada hari Senin, Kementerian Pertahanan Rusia melaporkan musuh telah kehilangan hingga 3.800 tentara dan 54 tank. Militer Rusia telah mengerahkan formasi darat, pesawat, dan drone berskala besar di wilayah tersebut.[]
Putri Aulia Maharani