JAKARTA – Mi instan menjadi salah satu makanan yang digemari banyak orang, baik anak-anak maupun dewasa. Sebagaimana dilansir dari Tempo.co, Selain menawarkan rasa yang lezat, sesuai dengan namanya, makanan yang umumnya dimasak dengan cara direbus tersebut memiliki harga yang relatif terjangkau dan proses penyajian yang singkat, sehingga menjadi pilihan praktis bagi beberapa orang.
Menurut World Instant Noodles Association (WINA), Indonesia menempati urutan kedua setelah Cina sebagai negara dengan konsumsi mi instan terbanyak di dunia pada 2023, yaitu 14,54 juta porsi. Selain itu, hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menunjukkan bahwa satu dari sepuluh penduduk Indonesia atau sekitar 58,5 persen responden mengonsumsi mi instan 1-6 kali per minggu.
Apa Efek Makan Mi Instan Setiap Hari?
Menurut WebMD, perempuan yang mengonsumsi mi instan lebih dari dua kali seminggu mempunyai risiko 68 persen lebih tinggi mengalami sindrom metabolik. Hal itu terlepas dari seberapa banyak makanan sehat yang dikonsumsi atau tingkat aktivitas fisik tinggi yang dilakukan.
Penyebabnya adalah kandungan bahan-bahan olahan di dalam mi instan, seperti lemak jenuh dan natrium tinggi. Bahan-bahan itu berkontribusi terhadap peningkatan kadar gula, tekanan darah, penyakit jantung, diabetes, dan stroke.
Kandungan natrium yang tinggi di dalam bumbu mi instan merupakan penyebab langsung terhadap peningkatan tekanan darah yang dapat berujung pada gagal jantung dan stroke. Berdasarkan data Departemen Pertanian Amerika Serikat atau United States Department of Agriculture (USDA), mi ramen, salah satu jenis mi instan mengandung 1.503 miligram natrium.
Jumlah itu setara dengan sekitar 65 persen dari asupan harian yang direkomendasikan Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat atau Food and Drug Administration (FDA). Dengan begitu, mi ramen dapat meningkatkan asupan garam harian tanpa disadari.
Mi Instan Minim Nutrisi
Sementara itu, melansir Healthline, mayoritas merek mi instan yang beredar di pasaran rendah kandungan kalori, serat, dan protein. Namun, di sisi lain, mi instan tinggi lemak, karbohidrat, natrium, dan beberapa zat gizi mikro.
Satu porsi mi ramen rasa daging sapi setidaknya mengandung 188 kalori, 27 gram karbohidrat, 7 gram total lemak, 3 gram lemak jenuh, 4 gram protein, 0,9 gram serat, dan 861 miligram natrium. Meskipun rendah kalori yang berpotensi menyebabkan penurunan berat badan, mi instan bukan pilihan terbaik untuk program diet karena rendah serat dan protein.
Kemudian, kebanyakan mi instan mengandung monosodium glutamat atau dikenal dengan akronim MSG. Walaupun FDA menyebut MSG aman untuk dikonsumsi, efek negatifnya terhadap kesehatan masih menjadi kontroversial.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa konsumsi MSG sangat tinggi dapat meningkatkan tekanan darah, sakit kepala, dan mual. Studi lainnya juga menyebutkan bahwa MSG dapat mengakibatkan pembengkakan dan kematian sel-sel otak dewasa.
Penelitian lainnya juga mengamati penurunan kadar vitamin D pada orang dewasa yang sering mengonsumsi mi instan. Hal itu dikaitkan dengan berat badan berlebih atau obesitas, gaya hidup kurang sehat karena minim bergerak, dan konsumsi minuman manis.
Cara Membuat Mi Instan Lebih Sehat
Untuk membuat mi instan lebih sehat, Anda dapat memilih mi yang terbuat dari biji-bijian utuh, seperti gandum utuh atau yang diproduksi dengan campuran sayuran. Hal itu bertujuan agar meningkatkan kandungan serat dan rasa kenyang di perut.
Menambahkan beberapa jenis sayuran dan sumber protein juga dapat meningkatkan profil nutrisi mi instan yang dikonsumsi. Tambahkan kubis, wortel, atau jamur, lalu taburi dengan daun bawang. Gunakan telur rebus atau tahu sebagai bahan pangan penyedia protein tinggi.
Bumbu yang tersedia di dalam bungkus mi instan juga bisa diganti dengan kaldu ayam yang dibuat sendiri. Untuk menambah rasa, gunakan potongan dada ayam ke dalam semangkuk mi instan agar rasa gurihnya tidak berkurang.[]
Putri Aulia Maharani