JAKARTA, Negara-negara Teluk Arab menyatakan netral saat ketegangan di Timur Tengah meningkat usai Iran meluncurkan ratusan rudal ke Israel pada akhir pekan lalu. Sebagaimana dilansir dari CNN Indonesia, Negara yang tergabung dalam Dewan Kerja Sama Negara Teluk Arab (Gulf Cooperation Council/GCC) melontarkan sikap mereka dalam pertemuan di Doha, Qatar pada Jumat (4/10).
Mereka juga menegaskan deeskalasi Israel dan Iran.
Israel berulang kali menyatakan akan membalas serangan Iran. Beberapa menduga mereka bakal menggempur situs nuklir dan kilang minyak Teheran.
Mengapa negara-negara Arab ini memilih netral saat Iran-Israel perang?
Pengamat hubungan internasional dari Universitas Indonesia Sya’roni Rofi’i mengurai pandangan dia soal sikap negara Arab.
“Sikap negara-negara teluk yang netral bukan sesuatu yang mengejutkan sebab negara teluk dalam beberapa kesempatan berupaya untuk menghindari konfrontasi militer secara langsung dengan Israel,” kata Sya’roni kepada CNNIndonesia.com, Selasa.
Negara Teluk terdiri dari Bahrain, Kuwait, Oman, Qatar, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab (UEA).
Semua negara itu memiliki hubungan yang dekat dengan sekutu Israel yakni Amerika Serikat.
AS sementara itu menjadikan Iran sebagai musuh mereka dan menyerukan dunia melakukan hal serupa.
Kecuali Saudi, kelima anggota GCC juga memiliki hubungan dengan Israel entah diplomatik atau sekedar hubungan dagang.
Sya’roni melihat tujuan negara-negara Arab memilih netral untuk “mencegah eskalasi” di Timur Tengah.
“Negara teluk tampaknya punya keyakinan bahwa terlibat konflik militer dengan Israel akan membawa dampak serius bagi ekonomi dan sektor lain,” ungkap dia.
Lebih lanjut, Sya’roni menduga faktor lain sikap negara Arab saat ini adalah opsi paling rasional.
Jika negara-negara Arab memilih satu pihak, lanjut dia, maka ada potensi menjadi target serangan terutama “kilang minyak.”
Iran juga bersumpah kemungkinan akan menyerang kilang minyak negara Teluk jika mereka membantu Israel.
“Mereka saya kira sangat khawatir tentang keamanan energi. Konflik berkepanjangan antara Israel-Iran juga akan menghambat suplai minyak,” imbuh Sya’roni.
Pecah dukungan ke Palestina?
Pengamat HI dari kampus yang sama Yon Machmudi mengatakan sikap negara-negara Arab menunjukkan perpecahan dukungan ke Palestina di Timur Tengah.
Menurut Yon banyak pihak melihat bahwa konflikn Iran dan Israel akan membelah dukungan terhadap Palestina.
“Karena biar bagaimanapun Iran mendukung Palestina,” ujar dia.
Yon lalu berkata, “Sehingga secara langsung ini menunjukkan keengganan secara serius negara-negara Arab mendukung Palestina karena di situ ada Iran.”
Iran selama ini memang lantang mendukung perjuangan kemerdekaan Palestina. Mereka bahkan sempat menyerukan embargo dan sanksi ke Israel saat pasukan Zionis meluncurkan invasi ke Gaza.
Iran juga kerap mengklaim tindakan mereka selama ini terkait Israel berkaitan dengan perjuangan kemerdekaan Palestina. Namun, negara-negara Arab tak bersahabat dengan Iran karena dinilai terlalu konfrontatif.
Di luar dukungan Iran ke Palestina, sejumlah pihak menduga jika Israel melakukan serangan balasan akan ada serangan lanjutan dari Iran.
Iran juga sebelumnya sudah mewanti-wanti agar Israel tak melakukan serangan balasan. Jika mereka abai, IRGC akan menggempur Negeri Zionis dengan cara yang lebih menghancurkan dan mematikan.
Para pengamat menilai eskalasi semacam itu bisa memicu perang ping-pong rudal dan merugikan kedua pihak.
Beberapa pengamat lain juga menilai perang Iran-Israel justru memperkeruh upaya komunitas internasional untuk menyelesaikan konflik di Palestina.[]
Putri Aulia Maharani