BANYUWANGI – Ratusan penyair dan penulis dari seluruh Indonesia dan sejumlah negara berkumpul untuk mengikuti Jambore Sastra Asia Tenggara di Kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa Timur, pada 24-26 Oktober 2024.
Sebagaimana dilansir dari AntaranewsJatim, “Kami berterima kasih atas kehadiran para sastrawan dari seluruh Indonesia dan Asia Tenggara yang telah hadir di kegiatan Jambore Sastra Asia Tenggara di Banyuwangi,” kata Pelaksana Tugas Bupati Banyuwangi Sugirah dalam keterangannya di Banyuwangi, Jumat.
Salah satu agendanya adalah meluncurkan antologi puisi berisi karya 200 penyair yang hadir di Jambore Sastra Asia Tenggara itu.
Kehadiran semua sastrawan di Banyuwangi, menurutnya, sangat berarti bagi pengembangan sastra lokal dan juga pengenalan budaya daerah ke kancah yang lebih luas.
Sugirah menyampaikan bahwa Jambore Sastra Asia Tenggara tersebut dihadiri sejumlah tokoh penyair tanah air, seperti Zawawi Imron yang dikenal juga sebagai “Si Celurit Emas”, Wayan Jengki Sunarta yang dikenal dengan sejumlah karyanya yang dihormati.
“Salah satunya berjudul ‘Jumantara’ yang meraih Anugerah Buku Puisi Terbaik pada tahun 2021,” katanya.
Sedangkan dari Malaysia salah satunya hadir Sastrawan Mohamad Saleeh Rahamad yang juga seorang profesor di Universiti Malaysia, dan ia juga merupakan Presiden Persatuan Penulis Nasional Malaysia (PENA) sejak 2010.
Kemudian dari Singapura hadir Rohani Din, seorang penulis produktif yang telah menghasilkan banyak karya prosa dan puisi, salah satu karyanya yang paling terkenal adalah Novel “Diari Bonda” yang hadir dalam empat sekuel.
Penjabat Sekretaris Daerah Kabupaten Banyuwangi Guntur Priambodo menambahkan, kegiatan Jambore sastra diawali dengan pembukaan dan gala dinner yang dihadiri 200 penyair dan penulis di Pendopo Kabupaten Banyuwangi, pada Kamis (24/10) malam.
“Jambore Sastra ini bukan sekadar pertemuan pecinta sastra, tapi wadah untuk merayakan keragaman budaya dan kekayaan bahasa di Asia Tenggara, juga untuk berbagi rasa, pengalaman, dan kebijaksanaan,” katanya.
Menurut Guntur, Pemkab Banyuwangi rutin menggelar festival sastra sebagai upaya untuk menghidupkan kecintaan pada sastra di kalangan pelajar dan warga.
“Festival sastra kami gelar bukan hanya perayaan karya sastra, tapi juga momen penting merenungkan kembali bagaimana sastra berperan dalam merevitalisasi bahasa daerah,” kata Guntur.[]
Putri Aulia Maharani