Trump Usulkan Kosongkan Gaza, Warga Palestina Tegaskan Tidak Akan Tinggalkan Tanah Air

Trump Usulkan Kosongkan Gaza, Warga Palestina Tegaskan Tidak Akan Tinggalkan Tanah Air

JAKARTA – Warga Palestina menolak proposal Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terkait pemindahan penduduk Gaza ke Mesir dan Yordania. Trump menginginkan pembersihan Gaza dan memindahkan penduduk baik sementara maupun permanen ke negara tetangga.Rencana tersebut disampaikan Trump pada Sabtu (25/1/2025) kepada media. Ia mengusulkan pembangunan perumahan di lokasi berbeda bagi sekitar 1,5 juta warga Gaza.

Trump beralasan hal itu dilakukan agar warga Gaza bisa hidup damai.Trump juga menyatakan akan membahas hal ini dengan Presiden Mesir, Abdel Fattah al-Sisi. Padahal, sejak awal perang Oktober 2023, Mesir berulang kali menolak rencana pemindahan paksa warga Palestina dari Gaza. Kairo bahkan memperingatkan hal itu bisa membahayakan perjanjian damai dengan Israel yang telah terjalin sejak 1979.Warga menilai proposal tersebut sebagai upaya pembersihan etnis terhadap penduduk Gaza yang jumlahnya mencapai 2,3 juta jiwa sebelum perang.

1. Warga Gaza menolak dipindahkan ke negara lain

Warga Gaza, Nafiz Halawa yang berada di Nuseirat, Gaza tengah, menyampaikan mustahil bagi rakyat menerima proposal tersebut. Penolakan juga datang dari warga Gaza lain.

“Seandainya kami ingin pergi, kami sudah melakukannya sejak lama. Perang genosida yang mereka lancarkan tidak akan membuahkan hasil apa pun terhadap rakyat Palestina, kami akan tetap bertahan apa pun yang terjadi,” kata warga Gaza lainnya, Elham al-Shabli, dilansir Al Jazeera.Warga Gaza lainnya, Magdy Seidam menilai rakyat Palestina memiliki keyakinan kuat bahwa tanah Gaza merupakan tanah mereka.

Keinginan hidup di tanah sendiri membuat rakyat Gaza memilih bertahan meski telah melewati berbagai kesulitan.Sebagian warga Gaza kini menunggu di pos pemeriksaan, berharap bisa kembali ke rumah mereka di Gaza utara. Banyak dari mereka tidak memiliki tempat untuk berlindung karena telah membongkar tenda mereka. Mereka mengira akan bisa segera kembali ke utara setelah pembebasan sandera Israel.

2. Tanggapan otoritas Palestina dan Hamas

Otoritas Palestina yang berbasis di Ramallah menolak proposal tersebut. Mereka menilai rencana itu melanggar batasan yang selama ini telah mereka peringatkan.”Rakyat Palestina tidak akan meninggalkan tanah mereka atau tempat suci mereka. Kami tidak akan membiarkan pengulangan bencana (Nakba) tahun 1948 dan 1967,” tulis pernyataan resmi Otoritas Palestina.Otoritas Palestina meminta Trump mempertahankan kesepakatan gencatan senjata Gaza. Mereka juga meminta jaminan penarikan penuh pasukan Israel serta menjadikan Otoritas Palestina sebagai badan pemerintahan di Gaza.Hamas yang menguasai Gaza juga menolak usulan Trump.

Kelompok tersebut meminta AS meninggalkan proposal yang dinilai sejalan dengan rencana Israel. Hamas juga meminta Washington menekan Israel mempercepat pembangunan kembali Gaza, dilansir Anadolu Agency.

3. Penolakan internasional terhadap rencana Trump

Yordania yang telah menampung 2,7 juta pengungsi Palestina langsung menolak proposal tersebut. Menteri Luar Negeri Yordania, Ayman Safadi menyebut penolakan tersebut bersifat tetap dan tidak akan berubah. Mesir juga telah memperingatkan berulang kali menentang pemindahan paksa warga Palestina dari Gaza. Presiden Abdel Fattah al-Sisi bahkan mempertegas penolakan dengan memperkuat penjagaan perbatasan, dilansir The Guardian.Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR) menilai proposal Trump sebagai omong kosong berbahaya.

Kelompok advokasi hak sipil tersebut menyatakan rakyat Palestina tidak akan meninggalkan Gaza.Sementara itu, Jihad Islam Palestina (PIJ) yang berperang bersama Hamas di Gaza menilai komentar Trump mendorong terjadinya kejahatan perang. Kelompok tersebut berjanji akan membebaskan sandera Israel, Arbel Yehud sebelum Sabtu pekan ini sebagai syarat pembukaan akses ke Gaza utara.[]

Nasional