Investor Gelisah, Trump Diduga Dorong Kebangkitan Nuklir

Investor Gelisah, Trump Diduga Dorong Kebangkitan Nuklir

JAKARTA – Energi nuklir diprediksi akan mengalami kebangkitan baru di Amerika Serikat (AS) dengan dukungan kuat dari pemerintahan Presiden Donald Trump. Hal ini disampaikan oleh Chief Information Officer (CIO) Tema ETFs, Yuri Khodjamirian, yang mengungkapkan bahwa administrasi Trump menunjukkan minat besar dalam mengembangkan teknologi ini.

Dalam wawancara dengan CNBC International pada Jumat (7/2/2025), Khodjamirian menegaskan bahwa pemerintahan Trump “sangat, sangat tertarik untuk mendukung teknologi ini.” Namun, ia juga mengingatkan bahwa pengembangan energi nuklir bukanlah sesuatu yang bisa terjadi secara instan.

“Persetujuan teknologi nuklir baru membutuhkan waktu sekitar 10 tahun untuk diselesaikan,” ujarnya. Meskipun demikian, ia memperkirakan bahwa kebangkitan energi nuklir bisa terjadi lebih cepat di bawah kepemimpinan Trump.

Menurut Khodjamirian, tren positif ini membuat perusahaan-perusahaan yang bergerak di sektor teknologi nuklir mulai menjadi incaran investor. Salah satu perusahaan yang disebutnya adalah BWX Technologies, perusahaan yang berbasis di AS dan dikenal dalam pengembangan reaktor nuklir untuk kapal induk dan kapal selam militer.

Lebih lanjut, ia menyoroti potensi besar dari reaktor modular skala kecil atau Small Modular Reactor (SMR). Teknologi ini merupakan reaktor nuklir canggih yang memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan reaktor nuklir konvensional.

Lebih kecil dan fleksibel: SMR hanya menyediakan sekitar sepertiga dari kapasitas reaktor nuklir tradisional, sehingga dapat diimplementasikan di lebih banyak lokasi, Lebih hemat ruang: SMR membutuhkan lahan yang lebih sedikit dibandingkan reaktor konvensional, Ramah lingkungan: SMR dapat menghasilkan listrik dalam jumlah besar dengan emisi karbon yang sangat rendah.

Meski begitu, Khodjamirian menegaskan bahwa tidak semua perusahaan yang mengembangkan teknologi ini layak menjadi target investasi.

“Ada banyak kegembiraan di sektor ini, tetapi juga banyak perusahaan yang belum membuktikan teknologinya dan masih merugi. Kami hanya akan mencari perusahaan yang memiliki proyek yang telah mendapat persetujuan,” ujarnya.

Gelombang minat terhadap energi nuklir ini juga didorong oleh meningkatnya kesadaran bahwa nuklir merupakan sumber energi yang stabil dan bersih.”Energi terbarukan itu bagus dan bisa dipercepat pengembangannya, tetapi mereka memerlukan penyimpanan baterai yang masih menjadi tantangan,” tambah Khodjamirian.

Sejak kembali ke Gedung Putih, Donald Trump bergerak cepat dalam agenda energinya. Salah satu langkah penting yang diambil adalah menunjuk Chris Wright, seorang eksekutif di industri fracking (teknik pengeboran minyak dan gas) dan sekutu dekat Trump, sebagai Menteri Energi AS.

Wright dikenal sebagai pendukung energi nuklir dan pernah duduk di dewan perusahaan reaktor nuklir canggih, Oklo. Ia juga merupakan mantan CEO di Liberty Energy, sebuah perusahaan energi yang kini telah menunjuk CEO baru setelah Wright resmi menjabat sebagai Menteri Energi.

Pada tahun 2023, Wright bahkan menandatangani surat dukungan untuk pengembangan energi nuklir, yang semakin memperjelas arah kebijakan energi di bawah kepemimpinan Trump.

Dukungan penuh dari Trump dan para pejabatnya membuat banyak pihak optimistis bahwa nuklir akan kembali menjadi bagian utama dari strategi energi AS. Namun, para ahli tetap mengingatkan bahwa meskipun ada dorongan politik, pengembangan energi nuklir membutuhkan waktu lama.

Kebangkitan energi nuklir akan bergantung pada keberhasilan inovasi teknologi seperti SMR, regulasi pemerintah, serta minat investor dalam membiayai proyek-proyek nuklir yang baru. Dengan langkah agresif yang telah diambil, bukan tidak mungkin AS akan mengalami era baru energi nuklir dalam dekade mendatang.[]

Putri Aulia Maharani

Nasional