NEW YORK – Sekitar 350 rabi atau pemuka agama Yahudi di Amerika Serikat (AS) menyatakan penolakan terhadap rencana Presiden Donald Trump yang ingin mengambil alih Gaza dengan mengusir penduduk Palestina. Salah satu rabi bahkan membandingkan Trump dengan Firaun Mesir kuno.
Sejumlah tokoh Yahudi terkemuka, termasuk aktor Joaquin Phoenix, penulis skenario Tony Kushner, dan komedian Ilana Glazer, turut serta dalam aksi penolakan ini.
Mereka menyuarakan keberatan mereka melalui iklan satu halaman penuh di The New York Times pada Kamis (13/2/2025) dengan tajuk “Jewish People Say No to Ethnic Cleansing!” atau “Orang Yahudi Menolak Pembersihan Etnis!”
Langkah ini muncul setelah Trump, bersama Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, mengumumkan rencana mengejutkan untuk mengusir warga Palestina dari Gaza, mengubah wilayah tersebut menjadi resor pantai, serta melarang warga Palestina kembali ke tanah mereka.
Rencana ini mendapat kecaman luas, termasuk dari mayoritas politisi Partai Demokrat, pemerintah sekutu AS, dan organisasi internasional.
Cody Edgerly, direktur kampanye In Our Name, menyatakan bahwa para pemimpin Yahudi dari berbagai latar belakang politik merasa harus angkat suara menentang kebijakan ini.
“Para pemimpin Yahudi dari seluruh spektrum politik marah dengan usulan ini dan merasa terpaksa berbicara menentangnya, bahkan ketika beberapa pemimpin komunitas Yahudi di AS dan Israel mendukung rencana Trump,” ujar Edgerly seperti dikutip dari Middle East Eye (MEE), Jumat (14/2/2025).
Jajak pendapat terbaru dari Data for Progress menunjukkan bahwa 64 persen calon pemilih di AS tidak menyetujui rencana Trump terhadap Gaza. Sementara survei oleh The Economist dan YouGov menunjukkan bahwa di antara pemilih Partai Demokrat, 35 persen menyatakan lebih bersimpati kepada Palestina, dibandingkan 9 persen yang mendukung Israel.
Para rabi yang menandatangani iklan penolakan ini berasal dari berbagai aliran dalam agama Yahudi, termasuk Konservatif, Ortodoks, Reformasi, Rekonstruksi, serta organisasi keagamaan lainnya yang berbasis di jemaat, kampus, rumah sakit, dan komunitas di seluruh dunia.
Kritik Keras terhadap Trump
Rabi Yosef Berman dari New Synagogue Project di Washington DC menegaskan bahwa tindakan Trump bertentangan dengan ajaran Yahudi.
“Donald Trump—seperti Firaun dalam Alkitab—tampaknya percaya bahwa ia adalah Tuhan yang berhak memerintah, memiliki, dan mendominasi negara kita dan dunia. Ajaran Yahudi jelas: Trump bukanlah Tuhan dan tidak bisa mencuri tanah Palestina untuk transaksi real estatnya,” tegas Berman.Sementara itu, Ilana Glazer menyerukan solidaritas dengan rakyat Palestina.
“Kita, orang Yahudi, dan siapa pun yang peduli dengan hak asasi manusia harus bersuara agar warga Palestina tetap tinggal di tanah mereka dan dapat membangun kembali rumah serta kehidupan mereka di Gaza setelah kehancuran genosida yang mereka alami,” ujar Glazer.
Hingga kini, lebih dari 1.000 pemimpin dan anggota komunitas Yahudi dari seluruh dunia telah menandatangani seruan tersebut.Peter Beinart, penulis buku Being Jewish After the Destruction of Gaza: A Reckoning, menyayangkan sikap diam sebagian orang terhadap konflik ini.
“Sungguh mengerikan melihat bagaimana begitu banyak orang yang dihormati di komunitas kita bersedia mendukung tindakan yang dianggap sebagai salah satu kejahatan terbesar abad ke-21,” katanya.
Dampak Konflik Gaza
Konflik di Gaza semakin memburuk sejak perang antara Israel dan Hamas meletus pada Oktober 2023. Serangan Hamas saat itu menewaskan 1.139 warga Israel dan menyebabkan lebih dari 200 orang ditawan di Gaza.
Sebagai balasan, Israel melancarkan serangan udara besar-besaran yang menyebabkan lebih dari 47.000 warga Palestina tewas, dengan ribuan lainnya masih tertimbun di bawah reruntuhan. Laporan dari PBB dan Amnesty International menuduh Israel melakukan tindakan yang tergolong sebagai “genosida” terhadap rakyat Palestina di Gaza.[]
Putri Aulia Maharani