JAKARTA — Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan bahwa erupsi Gunung Marapi yang terjadi pada Rabu (2/4/2025) masih berlanjut hingga saat ini. Letusan tersebut diperkirakan disebabkan oleh dinamika pasokan fluida dan magma yang berasal dari kedalaman gunung.
Kepala Badan Geologi Muhammad Wafid menjelaskan bahwa erupsi ini tidak bersifat kontinyu dan masih berlangsung pada 3 April 2025, pukul 7.12 WIB. Penyebab utamanya adalah buka-tutup ventilasi konduit di bagian dasar kawah Verbeek, yang terjadi saat lava mengeras akibat proses pendinginan.
“Pada saat lava mendingin, ventilasi konduit dapat menutup, menghalangi gas magmatik untuk keluar ke atmosfer. Akibatnya, tekanan gas terkumpul di bagian dangkal dekat permukaan,” kata Wafid dalam keterangan tertulis pada Kamis (3/4/2025).
Proses Berulang yang Berpotensi Terjadi Erupsi Kembali
Batas kejenuhan tekanan ini dapat terlewati, yang kemudian menyebabkan erupsi atau pelepasan energi, serta membuka kembali ventilasi konduit. Proses tersebut berulang selama pasokan fluida/magma dari kedalaman masih terus berlangsung. Oleh karena itu, erupsi berikutnya masih dapat terjadi kapan saja.Meskipun saat ini, berdasarkan data variasi kecepatan seismik dan kohesi, tekanan di Gunung Marapi menunjukkan penurunan, kondisi medium dekat permukaan gunung tetap tidak stabil. Hal ini menunjukkan potensi terjadinya letusan masih ada.
Rekomendasi dari Badan Geologi
Berdasarkan evaluasi data pemantauan, Badan Geologi menyarankan beberapa langkah untuk mengurangi risiko dan dampak dari aktivitas Gunung Marapi. Adapun rekomendasi yang dikeluarkan adalah:
-
Waspada di sekitar Gunung Marapi: Masyarakat di sekitar gunung dan pendaki/peziarah diimbau untuk tidak memasuki wilayah dalam radius 3 km dari pusat aktivitas (Kawah Verbeek).
-
Mewaspadai bahaya lahar: Masyarakat yang tinggal di lembah atau bantaran sungai yang berhulu di puncak Gunung Marapi agar mewaspadai potensi bahaya lahar atau banjir lahar, terutama saat musim hujan.
-
Hindari gangguan saluran pernapasan: Jika terjadi hujan abu, masyarakat diminta untuk memakai masker penutup hidung dan mulut guna menghindari gangguan saluran pernapasan (ISPA).
-
Jaga kondusivitas: Seluruh pihak diimbau untuk menjaga kondisi sosial yang aman, tidak menyebarkan informasi bohong (hoax), dan selalu mengikuti arahan dari pemerintah daerah.
-
Koordinasi dengan pihak terkait: Pemerintah daerah di sekitar Gunung Marapi, seperti Kota Bukittinggi, Kota Padang Panjang, Kabupaten Tanah Datar, dan Kabupaten Agam, diharapkan terus berkoordinasi dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi serta Badan Geologi untuk mendapatkan informasi terbaru tentang aktivitas gunung.
-
Memantau informasi terkini: Masyarakat dapat memantau perkembangan aktivitas Gunung Marapi melalui beberapa platform, seperti website Badan Geologi geologi.esdm.go.id, PVMBG vsi.esdm.go.id, dan aplikasi Magma Indonesia yang tersedia di Google Playstore.
Tingkat Aktivitas Gunung Marapi
Berdasarkan analisis menyeluruh, tingkat aktivitas Gunung Marapi saat ini tetap berada di level II (Waspada). Masyarakat diimbau untuk selalu mengikuti perkembangan situasi yang disampaikan oleh pihak berwenang untuk mengantisipasi potensi bahaya lebih lanjut.[]
Putri Aulia Maharani