Agresi Israel Tewaskan 50 Ribu, Mayoritas Perempuan dan Anak​

Agresi Israel Tewaskan 50 Ribu, Mayoritas Perempuan dan Anak​

JAKARTA – Dalam 24 jam terakhir, kekejaman agresi militer Israel kembali menambah panjang daftar korban jiwa di Jalur Gaza. Sejak dimulainya serangan pada 7 Oktober 2023, tercatat sebanyak 50.669 orang meninggal dunia dan 115.225 lainnya terluka, mayoritas di antaranya adalah perempuan dan anak-anak — kelompok rentan yang seharusnya paling dilindungi dari dampak konflik.

Situasi kemanusiaan di Gaza kini berada pada titik nadir. Fasilitas kesehatan kolaps, rumah sakit kewalahan, dan tenaga medis berjuang di tengah keterbatasan alat, obat-obatan, hingga aliran listrik. Banyak korban luka tak bisa segera ditangani, dan tak sedikit yang masih terjebak di bawah reruntuhan bangunan yang hancur dihantam bom.

Menurut sumber medis setempat, layanan darurat tak mampu menjangkau banyak lokasi karena blokade ketat dan serangan terus-menerus dari pasukan Israel. Ambulans dan tim pertahanan sipil kerap dihambat pergerakannya, memperparah jumlah korban yang seharusnya masih bisa diselamatkan. Para relawan mengaku tak berdaya menghadapi tekanan fisik dan psikologis di lapangan, sementara jeritan dan tangis keluarga yang mencari sanak saudara mereka menjadi pemandangan memilukan sehari-hari.

Serangan yang tidak pandang bulu ini tak hanya menghancurkan bangunan, tetapi juga menyisakan luka mendalam bagi rakyat Palestina yang kehilangan tempat tinggal, anggota keluarga, dan harapan hidup. Wilayah-wilayah sipil berubah menjadi hamparan puing-puing, sementara kehidupan sehari-hari berubah menjadi perjuangan untuk bertahan hidup dari satu serangan ke serangan berikutnya.

Dunia internasional kembali didesak untuk tidak tinggal diam. Seruan penghentian genosida dan pelanggaran hak asasi manusia terus menggema di berbagai forum global. Namun, langkah konkret dan tegas untuk menghentikan penderitaan rakyat Gaza masih belum terlihat nyata. Setiap detik yang berlalu berarti nyawa yang bisa saja tak tertolong, dan tragedi ini akan terus memperdalam luka kemanusiaan yang mungkin tak akan pernah benar-benar sembuh.[]

Putri Aulia Maharani

Nasional