JAKARTA – Wakil Presiden RI ke-10 dan ke-12, Jusuf Kalla (JK), menilai kebijakan tarif impor baru yang diberlakukan oleh Presiden AS Donald Trump justru berpotensi merugikan masyarakat dan pengusaha Amerika Serikat sendiri. Kebijakan tersebut, menurut JK, bahkan sudah mulai berdampak pada kejatuhan bursa saham AS.
Trump diketahui memberlakukan tarif impor sebesar 10% ke seluruh negara, dan khusus untuk beberapa negara seperti Indonesia, dikenakan tarif resiprokal hingga 32%. “Yang paling rugi nanti justru Amerika sendiri. Karena yang kena ya pengusaha Amerika. Saham-saham pada turun,” ujar JK di kediamannya, Sabtu (5/4/2025).
JK juga menyoroti fakta bahwa banyak perusahaan besar AS telah memindahkan basis produksinya ke luar negeri. “Pabrik Ford, Chrysler itu di Kanada, GM di Meksiko, ada juga yang di China. Produk Apple seperti iPhone juga diproduksi di China. Jadi walaupun perusahaan Amerika, mereka tetap terkena dampak tarif ini,” lanjutnya.
Akibat kebijakan tersebut dan respons balasan dari China, bursa saham AS mengalami tekanan besar. Pada perdagangan Jumat waktu AS atau Sabtu dini hari waktu Indonesia, indeks Dow Jones anjlok 2.231 poin atau 5,5% menjadi 38.314,86. Ini merupakan penurunan terbesar sejak pandemi COVID-19 pada Juni 2020.
Indeks S&P 500 juga turun tajam sebesar 5,97% ke level 5.074,08, disusul Nasdaq Composite yang merosot 5,8% ke angka 15.587,79. Anjloknya saham-saham ini terjadi setelah China mengumumkan balasan tarif sebesar 34% terhadap seluruh produk asal AS, yang dinilai sebagai pemicu utama kekhawatiran akan perang dagang global.
Pasar bereaksi negatif karena para investor sebelumnya berharap kedua negara akan mengedepankan negosiasi, bukan langsung menerapkan sanksi dagang. Namun, dengan aksi balas-balasan tarif ini, kekhawatiran terhadap potensi resesi global mulai mencuat.
Aksi jual besar-besaran di Wall Street menunjukkan bahwa sentimen pasar sangat sensitif terhadap ketegangan geopolitik dan kebijakan proteksionis. Hanya 14 saham dari indeks S&P 500 yang mencatatkan penguatan, selebihnya mengalami penurunan signifikan.
JK menambahkan bahwa meski Indonesia tidak secara langsung terdampak dalam skala besar, daya beli masyarakat AS yang melemah bisa ikut berimbas pada ekspor Indonesia. Oleh karena itu, ia mengingatkan bahwa situasi global saat ini perlu diwaspadai, terutama oleh pelaku ekonomi dan pemerintah.[]
Putri Aulia Maharani