Kebakaran besar yang melanda Los Angeles pada awal Januari 2025 menjadi salah satu tragedi nasional yang memicu polemik antara pemerintah pusat dan pemerintah negara bagian. Dalam pernyataannya melalui platform Truth Social, Presiden terpilih Donald Trump menyebut kebakaran ini sebagai salah satu bencana terbesar dalam sejarah Amerika Serikat, sembari mengkritik keras kinerja pejabat California, khususnya Gubernur Gavin Newsom.
Pernyataan Trump ini memperlihatkan ketegangan politik yang masih terus berlangsung antara pemerintah federal dan negara bagian California yang dikuasai oleh Partai Demokrat. Trump menuding kegagalan manajemen bencana oleh otoritas lokal sebagai penyebab meluasnya kebakaran, termasuk kurangnya kesiapan infrastruktur pemadam kebakaran seperti hidran yang kehabisan air dan lambannya respons di area-area vital, seperti Pacific Palisades dan San Fernando Valley.
Gubernur Gavin Newsom memberikan tanggapan defensif dengan menyatakan bahwa dirinya tidak memperoleh informasi yang jelas dari tim di lapangan. Ia juga mengundang Trump untuk melihat langsung kondisi di lokasi, sebagai bentuk transparansi dan respons terbuka atas kritik yang dilontarkan.
Kebakaran ini menyoroti kelemahan sistemik dalam kesiapsiagaan bencana, terutama di kota besar seperti Los Angeles yang memiliki wilayah perbukitan dan daerah rawan api. Meski teknologi pemadaman udara sudah digunakan, api terus menjalar dan telah merusak ribuan rumah serta membuat ratusan ribu orang kehilangan tempat tinggal. Jumlah korban tewas yang mencapai 16 orang—tersebar di Kebakaran Palisades dan Kebakaran Eaton—menunjukkan skala kehancuran yang luar biasa.
Ketegangan antara Trump dan Newsom dalam konteks ini memperkuat citra politisasi bencana, di mana persoalan kemanusiaan sering kali dibarengi dengan adu pendapat dan perebutan legitimasi antara pemerintah federal dan negara bagian. Hal ini tentu dapat mengganggu efektivitas penanganan bencana, terutama jika koordinasi lintas institusi tidak berjalan dengan lancar.
Kesimpulan, kebakaran Los Angeles tahun 2025 bukan hanya mencerminkan krisis iklim dan kegagalan teknis dalam manajemen bencana, tetapi juga memperlihatkan dinamika politik AS yang kompleks. Penanganan krisis seharusnya menjadi ruang kolaborasi lintas pihak, bukan ajang saling menyalahkan.