JAKARTA – Maestro seni Indonesia, Sudarwati alias Titiek Puspa, telah berpulang di RS Medistra, Jakarta, pada Kamis (10/4/2025) sekitar pukul 16.25 WIB. Perempuan kelahiran 1 November 1937 ini meninggal dunia setelah kehilangan kesadaran selama dua hari pasca-operasi untuk mengatasi pendarahan otak sebelah kiri.
Titiek Puspa sempat kolaps pada 26 Maret 2025 di sebuah studio stasiun televisi swasta sekitar pukul 20.00 WIB. Sebelumnya, ia sempat menghadiri acara Musica Berbagi bersama 300 anak yatim piatu, dan meskipun kondisinya sempat stabil, dua hari terakhir ia mengalami penurunan kesehatan hingga akhirnya berpulang.
Rekam Jejak 67 Tahun Berkarya
Kiprah Titiek Puspa dalam dunia seni dimulai pada 1954 ketika ia menjuarai ajang Bintang Radio tingkat Jawa Tengah. Kemenangan tersebut membuka jalannya untuk menjadi penyanyi tetap Orkes Simfoni Jakarta di bawah pimpinan Sjaiful Bachri. Kemudian, penampilannya yang memukau di Istana Negara di hadapan Presiden Soekarno semakin melambungkan namanya. Presiden Soekarno juga yang memberikan nama panggung “Titiek Puspa” yang melekat hingga akhir hayatnya.
Pada tahun 1963, Titiek Puspa merilis album perdananya berjudul “Si Hitam dan Pita”, yang menandai awal perjalanan karirnya sebagai pencipta lagu. Seiring berjalannya waktu, ia menjadi salah satu musisi paling produktif dengan menciptakan antara 400 hingga 600 lagu yang menyentuh berbagai tema, mulai dari cinta hingga isu sosial.
Lagu-Lagu Ikonik dan Penghargaan
Beberapa lagu ciptaannya seperti “Kupu-Kupu Malam”, “Bing”, “Apanya Dong”, “Pantang Mundur”, dan “Mama” menjadi hits ikonik di blantika musik Indonesia. Dua lagu Titiek Puspa, “Kupu-Kupu Malam” dan “Bing”, bahkan dimasukkan oleh Majalah Rolling Stone Indonesia dalam daftar “150 Lagu Indonesia Terbaik Sepanjang Masa” pada tahun 2009.
Sepanjang karirnya, Titiek Puspa juga banyak berkolaborasi dengan penyanyi ternama Indonesia, seperti Lilis Surjani, Broery Pesolima, dan Eddy Silitonga, serta memperkenalkan penyanyi baru di industri musik tanah air. Selain itu, kontribusinya dalam dunia hiburan tidak hanya terbatas pada musik, ia juga merambah dunia akting dengan membintangi beberapa film layar lebar, seperti “Minah Gadis Dusun”, “Inem Pelayan Seksi”, dan “Ini Kisah Tiga Dara”.
Penghargaan dan Pengakuan
Sebagai bentuk pengakuan atas kontribusinya yang luar biasa dalam dunia seni, Titiek Puspa menerima berbagai penghargaan, termasuk BASF Award pada tahun 1994 untuk kategori “Pengabdian Panjang di Dunia Musik”, Anugerah Musik Indonesia (AMI) pada tahun 2016, dan Indonesian Choice Awards pada tahun 2018. Di usia 84 tahun, ia merilis dua album digital berjudul “69 Tahun Perjalanan Karir Titiek Puspa” dan “Puspa Dewi”, yang menjadi bukti dedikasinya dalam berkarya meski di usia senja.
Majalah Rolling Stone Indonesia juga mengabadikannya sebagai salah satu dari “The Immortals: 25 Artis Indonesia Terbesar Sepanjang Masa” pada tahun 2008, menunjukkan betapa besar pengaruh dan kontribusinya dalam musik Indonesia.
Legacy yang Tak Terlupakan
Jejak karir Titiek Puspa di dunia seni Indonesia sangatlah besar. Ia bukan hanya seorang penyanyi dengan suara khas, tetapi juga seorang pencipta lagu yang inovatif dan produktif. Dedikasi, bakat, dan karya-karyanya telah membuatnya menjadi salah satu legenda musik Indonesia yang tak akan terlupakan.
Dengan kontribusinya yang begitu besar, Titiek Puspa telah meninggalkan warisan yang akan terus dikenang oleh generasi mendatang. Ia menjadi simbol ketekunan dan keabadian dalam dunia musik Indonesia.[]
Putri Aulia Maharani