Netanyahu Sebut Intelijen Israel Berisik Soal Penghentian Perang

Netanyahu Sebut Intelijen Israel Berisik Soal Penghentian Perang

JAKARTA – Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, marah atas seruan para tentaranya yang meminta perang di Gaza dihentikan. Seruan tersebut datang dari 250 prajurit cadangan unit intelijen elite militer Israel (IDF) 8200 yang memberikan dukungan kepada para pilot Angkatan Udara Israel. Mereka meminta perubahan segera dalam kebijakan perang pemerintah.

Netanyahu menuduh para tentara tersebut mewakili minoritas kecil yang didanai oleh organisasi-organisasi yang menurutnya ingin menggulingkan pemerintahannya. “Mereka adalah kelompok pensiunan yang kecil, berisik, anarkis, dan tidak peduli, yang sebagian besar sudah tidak bertugas selama bertahun-tahun,” katanya, seperti dilansir dari Times of Israel pada Jumat (11/4/2025).

Netanyahu menganggap bahwa aksi para tentara cadangan ini hanya akan memperburuk keadaan negara. Ia menambahkan bahwa tindakan mereka hanya akan memperlihatkan kelemahan negara dan mendorong musuh-musuh Israel untuk melancarkan serangan lebih lanjut. “Para penjahat ini mencoba melemahkan Negara Israel dan IDF serta mendorong musuh kita untuk menyakiti kita,” tambah Netanyahu dengan nada keras.

Pernyataan tersebut datang setelah seruan dari prajurit cadangan unit intelijen yang mendukung permintaan para pilot untuk menghentikan perang dan mengembalikan para sandera, bahkan dengan mengorbankan perubahan kebijakan perang. Hal ini menjadi bagian dari gelombang kritik dari dalam pasukan cadangan Israel yang menuntut dihentikannya perang di Gaza dan penyelamatan 59 sandera yang tersisa.

Sementara itu, para veteran Angkatan Udara Israel (IAF) yang sebagian besar telah pensiun, menerbitkan sebuah surat yang mendesak pemerintah Israel untuk memfokuskan perhatian pada pembebasan sandera, daripada terus melanjutkan perang yang dinilai semakin tidak produktif. Mereka berpendapat bahwa pertempuran ini lebih didorong oleh “kepentingan politik dan pribadi” daripada demi keselamatan nasional. “Kami mendesak agar pemerintah Israel segera mengubah strategi perang dan memprioritaskan keselamatan dan kebebasan para sandera,” tulis mereka dalam surat tersebut.

Meski demikian, Netanyahu tetap bersikukuh untuk tidak menghentikan operasi militer dan menganggap serangan Hamas pada 7 Oktober sebagai justifikasi yang kuat untuk melanjutkan perang. Netanyahu menyatakan, “Warga Israel belajar dari pelajaran itu, penolakan untuk mengabdi adalah penolakan untuk mengabdi. Siapa pun yang mendorong penolakan akan segera dipecat,” tegasnya.

Perdana Menteri Netanyahu juga menanggapi tudingan bahwa kebijakan militer yang diterapkan tidak mengutamakan demokrasi. Ia menekankan bahwa keputusan yang diambil oleh pemerintahnya adalah demi menjaga keamanan dan integritas negara. Namun, seruan untuk menghentikan perang ini semakin mendapatkan dukungan dari berbagai kalangan, termasuk dalam tubuh militer sendiri.

Selain itu, protes terhadap kebijakan ini juga semakin meluas, dengan semakin banyak anggota cadangan yang menyatakan penolakannya terhadap kebijakan yang dinilai bertentangan dengan nilai-nilai demokrasi yang mereka junjung. Para veteran dan anggota cadangan ini mengingatkan bahwa Israel harus mengutamakan keselamatan warganya dan menangguhkan kebijakan perang yang semakin merugikan.

Dengan semakin memanasnya situasi ini, pemerintah Israel dihadapkan pada dilema besar antara mempertahankan kebijakan perang atau mempertimbangkan seruan untuk menghentikan aksi militer demi menyelamatkan lebih banyak nyawa, termasuk para sandera yang hingga kini masih belum berhasil dibebaskan.[]

Putri Aulia Maharani

Nasional