Dua Mesin TPE Mati di Sabang

Dua Mesin TPE Mati di Sabang

JAKARTA – Dua dari sebelas unit Terminal Parkir Elektronik (TPE) yang terpasang di Jalan H. Agus Salim, lebih dikenal sebagai Jalan Sabang, Jakarta Pusat, mengalami kerusakan dan tidak dapat digunakan. Kondisi ini mengharuskan juru parkir melakukan pencatatan parkir secara manual sebagai bentuk antisipasi terhadap gangguan sistem.

“TPE di Jalan Sabang atau Jalan H. Agus Salim, ada 11 unit. Dua TPE rusak, sembilan TPE masih aktif,” ujar Adi Pramono, pengawas dari Unit Pengelola Perparkiran Dinas Perhubungan Jakarta Pusat saat ditemui di lokasi, Selasa (29/04/2025).

Meski sebagian besar mesin masih beroperasi, kerusakan ringan seperti kehabisan kertas struk atau mesin mati mendadak kerap terjadi. Hal ini cukup mengganggu efektivitas sistem parkir elektronik yang sebelumnya diharapkan mampu menertibkan sistem perparkiran dan meningkatkan pendapatan asli daerah.

“Kalau rusaknya itu yang dua, kalau yang lain biasanya terbilang (rusak) ringan, seperti error selama sejam atau struk parkir yang habis,” jelas Adi.

Ia juga mengakui belum dapat memastikan sejak kapan kerusakan tersebut berlangsung. Namun, laporan mengenai gangguan teknis ringan telah muncul sejak beberapa waktu lalu. “Untuk rusaknya kita kurang tahu dari kapan, tapi kalau yang sering rusak ringan dan tiba-tiba mati itu sudah dari lama,” lanjutnya.

Di kawasan Sabang, sekitar 14 orang juru parkir disiagakan. Satu orang bertugas mengelola satu mesin, kecuali di titik-titik sibuk seperti depan rumah makan yang membutuhkan dua petugas.

“Kalau di Jalan Sabang ada sekitar 14 orang juru parkir, dengan sistem satu orang per mesin, kecuali di area ramai seperti depan rumah makan,” ujar Adi.

Sementara itu, di wilayah Cikini, dua mesin TPE yang tersedia masih berfungsi dengan baik. “Di Cikini cuma ada dua, dan berfungsi keduanya. Di sini yang jaga ada dua juru parkir juga,” kata Slamet Riansyah (34), salah satu petugas parkir.

Kerusakan mesin TPE ternyata tidak hanya terjadi di Jakarta Pusat. Menurut Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Syafrin Liputo, salah satu penyebab utama adalah ketiadaan suku cadang. Mesin-mesin TPE merupakan produk impor dari Swedia, sementara kerja sama dengan pihak penyedia, PT Agung Tunas Perkasa (ATP), telah berakhir sejak 2016.

“Mesin parkir elektronik itu kalau mau diperbaiki, sekarang sparepart-nya enggak ada. Karena barang ini kan diimpor dari Swedia,” kata Syafrin di Balai Kota, Senin (28/04/2025).

Kondisi ini tidak hanya mengganggu layanan parkir, tetapi juga berdampak pada turunnya pendapatan daerah dari sektor retribusi parkir elektronik. []

Diyan Febriana Citra.

Nasional