JAKARTA – Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan bahwa uji klinis vaksin tuberkulosis (TBC) M72 di Indonesia telah memasuki fase ketiga sejak dimulai pada November 2024. Dalam uji klinis ini, sebanyak 2.095 peserta telah menerima suntikan vaksin, dengan jumlah penerima terbanyak berasal dari Provinsi Jawa Barat.
Menkes menegaskan bahwa proses uji klinis vaksin dilakukan secara berjenjang dan ketat sesuai protokol ilmiah. Ia menjelaskan bahwa fase pertama bertujuan memastikan keamanan vaksin, sementara fase ketiga yang kini berjalan difokuskan pada pengukuran efektivitasnya terhadap pencegahan penularan penyakit.
“Vaksin itu ada clinical trial 1, 2, dan 3. Clinical trial 1 ditentukan vaksin ini aman atau tidak, dan ini sudah dilakukan dua-tiga tahun lalu, jadi sudah pasti aman. Clinical trial 3 ngecek efektivitasnya, dari 100 yang diobatin, yang tidak tertular, tidak jatuh sakit berapa,” jelas Menkes saat ditemui di Jakarta Timur, Kamis (09/05/2025).
Ia menambahkan bahwa hingga saat ini, tidak ditemukan efek samping serius yang dilaporkan dari para peserta uji klinis. “Itu sudah disuntikkan sejak November. Kalau ada efek samping, langsung dilakukan penanganan saat itu juga. Sampai sekarang, tidak ada sama sekali yang masuk bahwa mereka bermasalah,” tegasnya.
Uji klinis vaksin TBC M72 ini merupakan hasil kolaborasi internasional, salah satunya dengan pihak yayasan yang didirikan oleh Bill Gates. Keterlibatan Indonesia dinilai strategis mengingat negara ini memiliki beban kasus TBC kedua tertinggi di dunia setelah India.
Menanggapi kekhawatiran bahwa Indonesia menjadi “kelinci percobaan”, Menkes menepis anggapan tersebut. Ia menekankan pentingnya keikutsertaan Indonesia dalam pengembangan vaksin agar tidak mengalami kegagalan seperti yang terjadi pada vaksin malaria di masa lalu.
“Ini bukan seperti kelinci percobaan seperti itu. Indonesia berpartisipasi karena Indonesia pasiennya banyak yang meninggal. Kita waktu malaria nggak ikut, pas sudah ketemu vaksinnya ternyata vaksin khusus,” ungkapnya.
“Cocoknya pasien genetik Afrika, jadi vaksin malaria hanya cocok di Afrika. Indonesia nggak. Padahal kita banyak juga kasusnya,” pungkas Budi.
Uji klinis M72 menjadi harapan baru dalam menekan angka kematian akibat TBC di Indonesia, dengan kemungkinan akses lebih awal terhadap vaksin jika efektivitasnya terbukti. Pemerintah pun terus memantau hasil dan dampak jangka panjang dari vaksin ini terhadap populasi. []
Diyan Febriana Citra.