Ekonomi Jepang Mengalami Penurunan, Kontraksi 0,2%

Ekonomi Jepang Mengalami Penurunan, Kontraksi 0,2%

JAKARTA – Perekonomian Jepang mengalami kontraksi untuk pertama kalinya dalam 12 bulan terakhir. Berdasarkan data awal yang dirilis oleh pemerintah Jepang, produk domestik bruto (PDB) negara tersebut menyusut sebesar 0,2 persen secara kuartalan (quarter-to-quarter/qtq) pada triwulan I tahun 2025.

Penurunan ini mencerminkan kinerja yang lebih lemah dari ekspektasi sejumlah analis, yang sebelumnya memproyeksikan kontraksi hanya sebesar 0,1 persen berdasarkan jajak pendapat yang dilakukan oleh Reuters. Sebagai perbandingan, pada triwulan IV tahun 2024, ekonomi Jepang masih mencatatkan pertumbuhan sebesar 0,6 persen.

“Ini adalah kontraksi triwulanan pertama dalam setahun, dibebani oleh kekhawatiran atas dampak kebijakan perdagangan AS di bawah Presiden (Donald) Trump dan lemahnya permintaan dari mitra dagang utama termasuk China,” tulis Trading Economics, mengutip data dari Kantor Kabinet Jepang, Jumat (16/5/2025).

Salah satu penyebab utama penyusutan ini adalah kinerja konsumsi rumah tangga yang kurang menggembirakan. Komponen konsumsi swasta, yang menyumbang lebih dari separuh total output ekonomi Jepang, gagal memenuhi ekspektasi untuk tumbuh 0,1 persen. Sebaliknya, belanja konsumen menunjukkan pelemahan di tengah ketidakpastian global dan tekanan domestik.

Di sisi lain, pengeluaran pemerintah tidak mengalami pertumbuhan setelah mencatatkan peningkatan selama tiga triwulan berturut-turut sebelumnya. Kondisi ini turut memperburuk laju ekonomi nasional.

Kontribusi negatif juga datang dari sektor perdagangan luar negeri. Data menunjukkan ekspor Jepang menurun sebesar 0,6 persen—penurunan pertama sejak triwulan I 2024—berbanding terbalik dengan capaian 1,7 persen pada triwulan sebelumnya. Sementara itu, impor justru meningkat tajam sebesar 2,9 persen, berbalik dari penurunan 1,4 persen pada akhir tahun lalu.

Secara tahunan (year-on-year/yoy), ekonomi Jepang juga tercatat menyusut 0,7 persen. Angka ini jauh lebih buruk dari perkiraan konsensus yang memperkirakan penurunan hanya 0,2 persen. Bahkan, data ini menjadi pembalikan arah dari pertumbuhan tahunan 2,4 persen pada triwulan IV 2024 yang sebelumnya direvisi naik.

Situasi ini menjadi peringatan dini bagi pemerintah Jepang untuk mengambil langkah stabilisasi, mengingat tekanan global yang terus berkembang serta risiko dari kebijakan dagang eksternal yang tidak menentu.[]

Putri Aulia Maharani

Internasional