JAKARTA — Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menyatakan keinginannya untuk mengambil alih kendali atas Jalur Gaza, wilayah Palestina yang hingga kini masih menjadi sasaran agresi militer Israel sejak Oktober 2023. Pernyataan ini disampaikan Trump saat menghadiri forum bisnis di Qatar, Kamis (15/5).
Dalam forum tersebut, Trump menyoroti kondisi Jalur Gaza yang dinilai sudah sangat parah akibat konflik yang terus berlanjut. Ia menyebut hampir tidak ada bangunan yang tersisa berdiri kokoh di wilayah itu. “Ini bukan lagi soal menyelamatkan sesuatu. Bangunan-bangunan di sana sudah rata dengan tanah, dan penduduk hidup di bawah reruntuhan. Situasi seperti ini tidak bisa dibiarkan,” ungkapnya.
Trump juga mengungkapkan harapannya untuk mengubah Gaza menjadi sebuah “zona kebebasan” (freedom zone). Ia menambahkan bahwa apabila perlu, Amerika Serikat akan bangga jika dapat mengambil alih pengelolaan wilayah tersebut agar dapat menghadirkan perubahan positif bagi masyarakat Gaza. Pernyataan ini dikutip dari laporan Al Jazeera.
Gagasan Trump sebenarnya sudah muncul pertama kali pada Februari lalu. Saat itu, ia menyatakan ambisi untuk mengubah Gaza menjadi sebuah kawasan seperti “Riviera di Timur Tengah”. Namun, rencana tersebut mendapat penolakan keras dari berbagai pihak, termasuk rakyat Palestina, negara-negara Arab, serta Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Mereka menilai inisiatif tersebut sebagai bentuk pembersihan etnis terhadap penduduk asli Gaza.
Dalam pernyataannya beberapa bulan lalu, Trump juga menyebut rencana merelokasi penduduk Palestina ke negara lain secara permanen, dan membangun kembali Jalur Gaza dengan konsep kawasan wisata dan pemukiman baru yang modern. Ia menegaskan bahwa pemerintah Amerika akan menjadi pelopor dalam pembangunan tersebut, menyediakan lapangan pekerjaan dan tempat tinggal yang memadai bagi warga Gaza.
Lebih lanjut, Trump membandingkan wilayah Gaza dengan “real estate besar” yang potensial dikembangkan. Ia menegaskan bahwa gagasan tersebut bukanlah keputusan yang diambil sembarangan, dan menurutnya banyak pihak yang ia ajak berdiskusi mendukung ide tersebut karena dapat membuka ribuan kesempatan kerja dan mendorong pembangunan.
Pengumuman rencana Trump ini disampaikan secara tiba-tiba, bahkan tanpa koordinasi terlebih dahulu dengan pejabat-pejabat pemerintahan Amerika Serikat. Reaksi kaget juga datang dari delegasi Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, yang sedang berkunjung ke Washington pada bulan yang sama.
Rencana pengambilalihan Jalur Gaza ini menuai kecemasan, tidak hanya di kalangan warga AS, tetapi juga dari berbagai pihak internasional yang mengkhawatirkan dampaknya terhadap situasi konflik di wilayah tersebut.[]
Putri Aulia Maharani