JAKARTA – Pemerintah Inggris resmi menghentikan sementara proses perundingan perdagangan bebas dengan Israel. Langkah tegas ini diambil sebagai bentuk kecaman terhadap agresi militer Israel yang terus berlangsung di Tepi Barat dan Jalur Gaza.
Menteri Luar Negeri Inggris, David Lammy, dalam pernyataan resminya menyebut bahwa aksi militer Israel telah memasuki “fase baru yang gelap” dalam konflik yang sudah berlangsung puluhan tahun tersebut. Ia menyerukan agar Israel segera menghentikan blokade bantuan kemanusiaan dan mengecam keras pernyataan Menteri Keuangan Israel, Bezalel Smotrich, yang mengusulkan pembersihan Gaza dan relokasi warganya ke negara ketiga.
“Itu ekstremisme, itu berbahaya, itu menjijikkan. Itu mengerikan, dan saya mengutuknya sekeras-kerasnya,” ujar Lammy, Rabu (21/05/2025). Ia juga menyatakan bahwa operasi militer Israel di Gaza tidak sejalan dengan prinsip-prinsip dasar hubungan bilateral antara kedua negara.
“Hari ini, saya mengumumkan bahwa kami telah menangguhkan negosiasi dengan pemerintah Israel mengenai perjanjian perdagangan bebas baru,” tegas Lammy.
Menanggapi keputusan tersebut, Israel melalui juru bicara Kementerian Luar Negeri menyatakan bahwa Inggris sudah lama tidak melanjutkan pembicaraan dagang sejak pergantian pemerintahan. Ia juga menegaskan bahwa tekanan internasional tidak akan mengubah sikap Israel.
“Mandat Inggris berakhir tepat 77 tahun yang lalu,” katanya.
“Tekanan eksternal tidak akan mengalihkan Israel dari jalannya dalam mempertahankan keberadaan dan keamanannya dari musuh yang berusaha menghancurkannya.”
Ketegangan internasional terhadap Israel meningkat tajam setelah militer negara itu melancarkan operasi intensif yang dimulai pekan lalu. Menurut laporan petugas medis di Gaza, lebih dari 500 orang tewas dalam delapan hari terakhir akibat serangan udara dan darat.
Israel juga disebut telah memperketat blokade atas wilayah Gaza sejak awal Maret, menutup akses masuk bagi bantuan medis, makanan, dan bahan bakar. Meski beberapa truk bantuan berhasil masuk pada Senin (19/05/2025), PBB dan pakar kemanusiaan internasional memperingatkan ancaman bencana kelaparan yang semakin membayangi.
Dengan keputusan Inggris ini, hubungan diplomatik dan ekonomi antara London dan Tel Aviv dipastikan memasuki masa krusial, sementara tekanan internasional terhadap Israel terus meningkat di tengah krisis kemanusiaan yang belum mereda. []
Diyan Febriana Citra.