JAKARTA – Gunungan limbah kulit kerang tampak mencolok di pesisir Jalan Kalibaru Barat VI E, Cilincing, Jakarta Utara. Tumpukan limbah ini menjulang setinggi lima meter dan memanjang hingga 500 meter di sepanjang sisi pantai yang telah dilindungi tanggul penahan ombak.
Pantauan di lokasi pada Senin (26/05/2025) menunjukkan bahwa limbah tersebut berasal dari aktivitas pengupasan kerang yang menjadi mata pencaharian utama warga sekitar. Puluhan perempuan dan anak-anak setiap harinya bekerja mengupas kerang di area yang hanya berjarak beberapa meter dari lokasi pembuangan. Daging kerang dijual untuk konsumsi, sementara kulitnya yang tidak dimanfaatkan ditumpuk di pinggir pantai.
“Limbah tersebut berasal dari para nelayan yang memang mengelola kerang. Itu hasil dari kupas kerang, kulitnya dikupas, dagingnya diambil. Nah, sisa dari limbahnya menumpuk,” ujar Mulyadi (40), salah satu warga setempat.
Warga membuang kulit kerang menggunakan karung besar. Karena tidak ada tempat pembuangan lain yang memadai, mereka terpaksa menumpuk limbah tersebut di pesisir. Kini, tumpukan itu telah berubah menyerupai pulau buatan di tepi laut.
Kondisi ini menimbulkan bau amis yang tajam. Area sekitarnya dikerubungi lalat hijau dan dipenuhi sampah domestik seperti plastik, styrofoam, kayu bekas, dan limbah rumah tangga lainnya. Mulyadi menyebut bahwa petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) kerap membantu merapikan tumpukan limbah agar tidak meluber ke jalan dan mengganggu akses warga.
“Jadi, kalau udah tinggi diratain ama PPSU, mungut-mungut sampahnya juga kadang. Warga juga masih ada buang sampah dibarengin buang ama kulit kerang,” tambahnya.
Belum ada solusi jangka panjang yang ditawarkan pemerintah terkait penanganan limbah ini. Sementara itu, warga hanya bisa berharap agar tumpukan limbah tidak makin membesar dan menimbulkan dampak lingkungan yang lebih serius. []
Diyan Febriana Citra.