Fenomena Baru di Korsel: Serbuan Makanan Nyaris Kedaluwarsa

Fenomena Baru di Korsel: Serbuan Makanan Nyaris Kedaluwarsa

JAKARTA – Makanan yang mendekati tanggal kedaluwarsa kini semakin digemari konsumen Korea Selatan. Selain menghemat pengeluaran, tren ini juga membantu mengurangi sampah makanan, yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Inovasi penjualan ini memberikan keuntungan bagi konsumen maupun pelaku usaha ritel di tengah tekanan inflasi dan biaya hidup yang melonjak.

Dikutip dari The Korea Times, sejumlah platform daring seperti Luckymeal menawarkan produk makanan yang hampir melewati masa konsumsi dengan diskon besar. Konsumen dapat membeli tas kertas berisi makanan acak—disebut “tas keberuntungan”—tanpa mengetahui isi pastinya, dengan potongan harga mencapai 50 persen atau lebih.

Melalui aplikasi Luckymeal, pelanggan dapat memilih toko favorit mereka, mulai dari toko roti hingga gerai makanan penutup, serta memesan tas dan menentukan waktu pengambilan. Namun, pemesanan masih menyesuaikan dengan ketersediaan produk di toko.

“Setiap tahun, volume sampah makanan di Korea meningkat. Mari bantu wujudkan bumi yang lebih bersih bersama Luckymeal,” demikian bunyi pesan di laman aplikasi, Sabtu (31/5/2025). Luckymeal mengklaim telah mengurangi emisi karbon hingga 2,5 ton dengan menjual lebih dari 10.000 tas makanan.

Tren ini juga meluas ke toko fisik. Di distrik Songpa, Seoul, gerai Earth Store milik CJ Group menjual produk dari anak perusahaan mereka, CJ CheilJedang, dengan harga diskon. Makanan yang dijual biasanya memiliki sisa waktu tiga hingga empat bulan sebelum kedaluwarsa, yang dianggap terlalu singkat untuk didistribusikan ke ritel umum.

Selain Luckymeal, beberapa platform lain juga turut menawarkan konsep serupa, seperti Last Order dan Thirty Mall. Last Order menjual makanan, suplemen, hingga kosmetik mendekati kedaluwarsa di area sekitar pengguna. Sementara Thirty Mall, yang telah beroperasi sejak 2015, menjual berbagai produk sisa stok, barang bekas, hingga produk terlalu mendekati atau melewati tanggal kedaluwarsa.

Pihak perusahaan menyatakan banyak barang dibuang karena berbagai alasan, termasuk kelebihan stok atau kurang diminati. Oleh sebab itu, mereka menawarkan kembali barang-barang tersebut dengan harga lebih terjangkau.

Konsumen mengaku senang karena dapat membeli barang murah sambil mengeksplorasi berbagai jenis makanan. Seorang pengguna Luckymeal menulis di blog Naver bahwa ia mendapat tiga bagel lezat dalam satu tas keberuntungan dengan harga lebih murah dari dua bagel biasa.

“Saya merasa seperti mendapatkan hadiah. Selain hemat, saya bisa mencoba makanan yang belum pernah saya beli sebelumnya,” tulisnya.

Tak hanya konsumen, para penjual pun merasa diuntungkan. Seorang pemilik toko roti mengatakan ia merasa lega karena tidak perlu membuang roti sisa produksinya. Terlebih lagi, harga bahan baku seperti tepung dan minyak goreng yang terus naik membuat efisiensi menjadi lebih penting dari sebelumnya.[

Putri Aulia Maharani

 

 

Internasional