JAKARTA – Saham milik perusahaan konglomerasi masih menjadi andalan banyak investor, terutama karena dinilai stabil, terdiversifikasi, dan memiliki prospek pertumbuhan jangka panjang. Karakteristik inilah yang membuat saham konglomerat menempati posisi strategis dalam portofolio investasi, baik investor individu maupun institusional.
Salah satu keunggulan utama perusahaan konglomerat adalah struktur bisnisnya yang tersebar di berbagai sektor industri. Diversifikasi ini berfungsi sebagai peredam risiko; ketika satu lini bisnis mengalami penurunan, lini usaha lainnya dapat menyeimbangkan kinerja secara keseluruhan. Dengan demikian, pendapatan cenderung lebih stabil dan arus kas lebih terjaga, terutama di tengah gejolak ekonomi.
Tak hanya itu, manajemen perusahaan konglomerat umumnya dikendalikan oleh tim berpengalaman yang telah melewati berbagai krisis ekonomi. Hal ini turut meningkatkan kepercayaan investor terhadap tata kelola perusahaan dan meminimalkan risiko akibat keputusan bisnis yang keliru.
Kredibilitas dan skala bisnis yang luas juga memberi kemudahan akses terhadap sumber pendanaan, baik melalui lembaga perbankan maupun pasar modal. Kondisi ini memungkinkan perusahaan konglomerat untuk melakukan ekspansi atau akuisisi dengan lebih agresif, sehingga memperbesar peluang pertumbuhan di masa depan.
Di sisi lain, saham-saham konglomerat umumnya tergolong saham unggulan (blue chip) dan masuk dalam indeks utama seperti LQ45 dan IDX30. Tingginya volume perdagangan membuat saham-saham tersebut likuid, sehingga memudahkan investor untuk masuk dan keluar dari pasar sesuai kebutuhan.
Stabilitas harga juga didukung oleh minat tinggi dari investor institusional seperti manajer investasi dan dana pensiun, yang secara rutin memburu saham-saham berkualitas dengan fundamental kuat. Minimnya fluktuasi liar menjadikan saham konglomerat cocok untuk strategi investasi jangka panjang.
Berdasarkan data yang dihimpun hingga akhir Mei 2025, saham konglomerat tercatat turut menopang kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Sepanjang bulan tersebut, IHSG mencatat kenaikan sebesar 6,04%, melampaui pertumbuhan pada Maret yang sebesar 3,83% dan April sebesar 3,93%.
Kinerja positif ini tidak terlepas dari kontribusi saham-saham konglomerasi yang terus menunjukkan penguatan harga. Beberapa di antaranya bahkan berhasil membukukan lonjakan signifikan yang memperkuat posisi IHSG di zona hijau.
Dalam waktu dekat, pasar akan terus memantau kinerja emiten-emiten konglomerat, khususnya yang berkomitmen membagikan dividen serta melakukan ekspansi bisnis. Sejumlah saham seperti milik Perusahaan Gas Negara (PGAS) dan Indosat (ISAT) tercatat menjadi sorotan, menyusul pengumuman pembagian dividen dalam jumlah besar pada tahun buku 2024.[]
Putri Aulia Maharani