88 Orang Tewas Akibat Banjir Bandang di Nigeria

88 Orang Tewas Akibat Banjir Bandang di Nigeria

ABUJA — Sedikitnya 88 orang dilaporkan meninggal dunia akibat banjir bandang yang melanda Mokwa, sebuah kota di Negara Bagian Niger, Nigeria, pada Kamis (29/5/2025). Hal tersebut disampaikan oleh Husseini Isah, Kepala Kantor Operasi di Minna, ibu kota Negara Bagian Niger, pada Jumat (30/5).

Dalam keterangannya kepada Associated Press, Isah menuturkan bahwa jumlah korban kemungkinan masih akan bertambah seiring dengan proses pencarian yang terus dilakukan. “Jumlahnya terus bertambah,” ujarnya. “Namun, hingga penghitungan terakhir, 88 jenazah telah ditemukan.”

Banjir dahsyat tersebut dipicu oleh hujan deras yang mengguyur wilayah tersebut selama beberapa jam. Situasi diperburuk oleh runtuhnya sebuah bendungan di kota terdekat, sebagaimana dilaporkan oleh sejumlah warga dan pejabat pemerintah daerah. Runtuhnya bendungan menyebabkan aliran air meluap dan menggenangi permukiman penduduk dalam waktu singkat.

Mokwa dikenal sebagai pusat aktivitas perdagangan penting di Nigeria, karena menjadi titik temu antara para pedagang dari wilayah selatan dan para petani dari wilayah utara. Bencana ini diyakini akan memengaruhi rantai pasok pangan dan distribusi barang di kawasan tersebut.

Peristiwa serupa sempat terjadi pada September 2024 lalu di Maiduguri, kawasan timur laut Nigeria, ketika hujan lebat dan kerusakan bendungan menyebabkan banjir besar yang menewaskan lebih dari 30 orang. Banjir tersebut juga menyebabkan ratusan ribu warga mengungsi dan memperburuk situasi kemanusiaan akibat konflik berkepanjangan dengan kelompok militan Boko Haram.

Nigeria memang kerap mengalami banjir musiman, terutama di wilayah yang terletak di sepanjang Sungai Niger dan Sungai Benue. Permukiman padat penduduk serta buruknya sistem drainase menjadi faktor yang memperburuk dampak bencana hidrometeorologi di negara itu.

Pemerintah Nigeria saat ini tengah mengerahkan tim penyelamat dan bantuan darurat ke lokasi terdampak. Namun, keterbatasan akses serta kerusakan infrastruktur menghambat proses evakuasi dan distribusi logistik bagi korban selamat.[]

Putri Aulia Maharani

Internasional