TEHERAN — Harga minyak mentah global diperkirakan dapat melonjak drastis hingga mencapai USD 130 per barel apabila Iran memutuskan untuk menutup Selat Hormuz. Prediksi ini dilaporkan oleh surat kabar Turki Hurriyet dan dikutip oleh Sputnik-OANA, Senin (17/6).
Selat Hormuz merupakan jalur perairan strategis yang memiliki peran vital dalam distribusi energi global. Diperkirakan sekitar 20 persen dari total pengiriman minyak dunia melewati selat ini. Selain itu, wilayah tersebut juga menjadi jalur utama bagi sekitar 80 persen ekspor minyak dan gas alam cair (LNG) dari negara-negara seperti Iran, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab.
Ketegangan geopolitik di kawasan Teluk Persia kembali memanas seiring dengan pernyataan keras yang disampaikan oleh mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Dalam pernyataannya, Trump menegaskan bahwa dirinya tidak tertarik pada penyelesaian konflik dengan jalan tengah.
“Saya menginginkan akhir yang nyata atas konflik ini, bukan hanya kesepakatan gencatan senjata,” ujar Trump. Ia juga menambahkan bahwa, “tidak terlalu ingin bernegosiasi” dengan Iran, sembari menekankan bahwa tidak ada ancaman khusus yang mendasari seruannya agar warga AS dievakuasi dari Teheran.
Sikap tegas tersebut memicu kekhawatiran investor dan analis energi terhadap potensi terganggunya suplai minyak dunia, khususnya jika Iran menggunakan opsi penutupan Selat Hormuz sebagai langkah strategis. Penutupan selat ini tidak hanya akan memengaruhi harga minyak global, tetapi juga dapat berdampak pada stabilitas politik dan ekonomi kawasan Timur Tengah secara keseluruhan.
Para pengamat menilai, bila jalur pelayaran tersebut ditutup, akan terjadi guncangan besar dalam pasokan energi dunia, yang bisa menyebabkan lonjakan harga secara tiba-tiba di pasar internasional. Dalam situasi seperti ini, negara-negara pengimpor minyak besar seperti Tiongkok, Jepang, dan India kemungkinan besar akan terdampak paling cepat.
Hingga saat ini, belum ada kepastian mengenai langkah konkret yang akan diambil Iran. Namun, meningkatnya eskalasi konflik dan ketegangan diplomatik membuat kemungkinan tersebut tidak bisa diabaikan begitu saja.[]
Putri Aulia Maharani