JAKARTA – Ketegangan di kalangan pejabat tinggi Rusia mencuat ke permukaan seiring melambatnya pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Dalam forum ekonomi di Saint Petersburg, Jumat (20/6/2025), sejumlah tokoh pemerintahan saling silang pendapat mengenai strategi pemulihan ekonomi.
Wakil Perdana Menteri Rusia, Alexander Novak, secara terbuka mendorong Bank Sentral untuk menurunkan suku bunga guna merangsang pertumbuhan ekonomi. Ia menilai indikator saat ini menunjukkan perlunya pelonggaran kebijakan moneter.
“Kita harus beralih dari fase pendinginan terkendali menuju pemanasan ekonomi,” ujar Novak seperti dikutip AFP. Ia menggambarkan kondisi ekonomi Rusia saat ini sebagai situasi yang “menyakitkan”.
Ketegangan ini mencuat hanya sehari setelah Menteri Perekonomian Rusia memperingatkan bahwa negara tersebut berada di “ambang resesi”.
Rusia sebelumnya menunjukkan ketahanan ekonomi yang relatif kuat pada 2023 dan 2024, di tengah sanksi Barat pasca-invasi ke Ukraina. Pengeluaran besar untuk sektor militer disebut sebagai faktor utama pendorong pertumbuhan saat itu. Namun, para ekonom telah lama memperingatkan bahwa dorongan pertumbuhan berbasis anggaran pertahanan tidak cukup berkelanjutan dalam jangka panjang.
Beberapa kalangan bisnis dan pejabat pemerintah kini mendesak agar suku bunga acuan kembali dipangkas untuk mendorong investasi dan konsumsi domestik. Namun, langkah ini menuai resistensi dari Bank Sentral Rusia.
Kepala Departemen Kebijakan Moneter Bank Sentral, Andrey Gangan, menyatakan bahwa penurunan suku bunga secara cepat dan signifikan justru berisiko mendorong lonjakan inflasi.
“Pemangkasan suku bunga secara sederhana dan tergesa-gesa tidak akan membawa banyak perubahan, kecuali memperparah tekanan harga,” ujar Gangan.
Awal bulan ini, bank sentral memang telah memangkas suku bunga dari 21% menjadi 20%, pemangkasan pertama sejak September 2022. Meski begitu, lembaga tersebut menegaskan bahwa kebijakan moneter akan tetap ketat untuk waktu yang cukup lama, mengingat laju inflasi yang masih tinggi.
Inflasi Rusia saat ini tercatat sekitar 10%, jauh di atas target bank sentral sebesar 4%. Sementara itu, produk domestik bruto (PDB) hanya tumbuh 1,4% secara tahunan pada kuartal pertama 2025—menjadi angka pertumbuhan terendah dalam dua tahun terakhir.[]
Putri Aulia Maharani